Passion
Passion artinya mengerjakan sesuatu sesuai dengan minat kita, misalnya bermain musik, olah raga tertentu, mengajar, dan lain-lain. Biasanya aktivitas tersebut dilakukan dengan senang hati, tanpa paksaan. Waktu pun terasa berlalu tanpa disadari. Banyak yang menganjurkan kita bekerja mengikuti passion kita, bahkan oprah winfrey, salah satu acara di tv amerika menganjurkan itu. Namun benarkah?
Sesuai dengan artinya, passion menuntut adanya kepuasan batin yang diterima. Jadi arahnya dari luar menuju ke dalam diri. Apakah bermanfaat bagi orang lain? Tentu saja belum tentu. Terkadang seseorang yang hanya mau bekerja sesuai passion akan mengalami kondisi serba kekurangan, bahkan cenderung menjadi pengangguran.
Purpose
Kutub ekstrim lainnya adalah purpose, yang artinya bekerja dengan tujuan tertentu. Biasanya menghasilkan kontribusi ke pihak lain. Arahnya berlawanan dari passion, purpose dari dalam ke luar. Jika tanpa passion, purpose berarti bekerja sesuai dengan tuntutan, kebutuhan, guna memberikan kontribusi ke pihak/orang lain. Terkadang yang dikerjakan tidak sesuai dengan minatnya. Biasanya fokus ke hasil, kalau bekerja ya gaji. Jadi mana yang tepat? Kutub passion atau kutub purpose?
Keseimbangan Passion & Purpose
Jim Carry ternyata mempunyai ayah yang tidak berbeda dengannya, yakni suka melucu. Tetapi demi menghidupi keluarga ayahnya bekerja sebagai akuntan, dengan gaji kecil. Dan Jim Carrey pun tidak ingin seperti ayahnya. Passion melucu tetap dia implementasikan sesuai dengan purpose, yaitu lewat acting di film, stand up comedy, dan lain-lain yang tentu saja menghasilkan profit. Ternyata passion bisa diimplementasikan dalam bekerja, setidaknya dalam hal-hal tertentu. Seorang pembuat roti, bisa saja memberikan kemasan indah, asesoris, dan disain roti yang diimplementasikan karena pekerjanya memiliki passion di bidang seni.
Untuk dosen pun passion dan purpose ada. Terkadang ada yang passionnya mendidik/mengajar, memberikan motivasi, dan arahan-arahan di depan kelas/diskusi, sementara jika dipaksa menulis, sulitnya bukan main. Sebaliknya tidak jarang dosen yang passionnya meneliti, dan ketika mengajar, murid bukannya tambah paham malah sakit kepala. Di Jepang pembagian dosen sesuai passionnya sudah berlaku [link], apakah Indonesia akan mengikuti? Saat ini dosen dipaksa selain mengajar juga meneliti dan melakukan pengabdian kepada masyarakat agar ilmunya bermanfaat.
Bagaimana dengan mahasiswa? Mahasiswa pun banyak passionnya, ada yang memang ingin murni belajar, alias ‘kupu-kupu’ – kuliah pulang-kuliah pulang. Tapi ada juga yang passionnya berorganisasi, aktif di ukm, organisasi kemahasiswaan, atau main musik, ke mana-mana bawa gitar. Tapi jangan lupa purpose ya, mengingat SPP harus tetap dibayarkan, sayang kalau tidak lulus. Ketika lanjut di dunia kerja jangan lupakan keseimbangan passion dan purpose.