Editing with ChatGPT

Salah satu kelemahan yang dimiliki kebanyakan peneliti berbasis pembuatan sistem, aplikasi, dan sejenisnya adalah membuat laporan yang lengkap. Hal ini dapat dimaklumi karena mereka sudah menghabiskan banyak waktu dalam merakit/mendevelop sistem. Biasanya ada asisten yang mensuport dalam pembuatan laporan, tapi jika tidak ada, salah satu andalan adalah ChatGPT. Alat berbasis AI ini tentu saja tidak boleh langsung digunakan untuk menulis otomatis, karena beberapa plagiarism check sudah bisa mendeteksinya. Postingan ini sedikit memberi informasi manfaat apa saja.

One of the common challenges faced by researchers involved in system development, application creation, and similar fields is the task of producing comprehensive reports. This can be understood considering the significant amount of time they have invested in building and developing the systems. While there are usually assistants available to support in report writing, if they are not accessible, one reliable option is to rely on ChatGPT. However, it is important to note that this AI-based tool should not be directly used for automatic writing, as plagiarism checks are capable of detecting such attempts. This post provides some information on the benefits it offers instead.

A. Translate

Saya sudah lama mengenal translate Google, bahkan di awal-awal, sudah pernah mencoba dan sempat heran ketika mentranslate “my name is jack” menjadi “nama saya dongkrak”. Namun saat ini sudah cukup baik, hanya saja terkadang istilah yang digunakan kurang tepat. Untuk ChatGPT tinggal menambahkan “translate ke inggris:<paste kalimat>” saja. Untuk translate berikutnyat terkadang tidak perlu menulis translate sudah langsung mentranslate.

I have known Google Translate for a long time, even in the early days, I have tried it and was surprised when it translated “my name is jack” to “nama saya dongkrak”. However, it has improved now, although sometimes the terms used are not quite accurate. For ChatGPT, you just need to add “translate to English: <paste sentence>”. Sometimes, for subsequent translations, you don’t need to write “translate” as it automatically translates the text.

Selain translate, bisa juga dengan menulis “revise: <paragraf>” untuk mengecek salah ketik, tenses, dan sejenisnya.

In addition to translation, you can also use “revise: <paragraph>” to check for typos, tenses, and similar errors.

B. Inserting Text

Selain malas menulis, terkadang software developer hanya menyajikan tabel, gambar, dan sejenisnya tanpa menambahkan informasi yang terkadang perlu diketahui oleh pembaca. Misalnya rentetan tabel atau gambar seperti berikut. Biasanya jurnal tidak menyukai style ini.

Apart from being lazy to write, sometimes software developers only present tables, images, and the like without adding information that readers may need to know. For example, a series of tables or images like the following. Usually, journals do not prefer this style.

Blok saja satu tabel di atas, lalu tulisakan “Buat satu kalimat tentang ini: <paste>” pada ChatGPT. Hasilnya adalah sedikit informasi tentang tabel yang dimaksud.

Block only one table above, then write “Create a sentence about this: <paste>” on ChatGPT. The result is a brief information about the mentioned table.

Jika terlalu ‘norak’, bisa dengan mengganti “Table 4, referred to as …” menjadi nama tabel saja. Sehingga dihasilkan bentuk seperti ini.

If it’s too ‘tacky’, you can change “Table 4, referred to as …” to just table name. So it will result in a format like this.

Masih banyak fasilitas-fasilitas lain yang diberikan ChatGPT. Tentu saja, namanya tool, sebaiknya hanya sebagai alat bantu saja. Terima kasih.

There are still many other features provided by ChatGPT. Of course, as its name suggests, it’s best to use it only as a tool. Thank you.

Iklan

XAMPP Cannot be Run

XAMPP merupakan aplikasi terkenal yang mengintegrasikan server web Apache dengan server Database MySQL. Kendala yang menyebalkan saat menggunakannya adalah XAMPP control panel tidak bisa menghidupkan MySQL.

XAMPP is a popular application that integrates the Apache web server with the MySQL database server. An annoying issue encountered while using it is that the XAMPP control panel is unable to start MySQL.

Jika kita mengalami hal tersebut, langkah pamungkas adalah instal ulang XAMPP. Tentu saja tidak ada masalah jika MySQL masih kosong atau baru sedikit, jika sudah banyak tentu saja merepotkan. Postingan ini sedikit berbagi pengalaman bagaimana menyelesaikan hal tersebut ketika problem terjadi.

If you encounter such an issue, the final step would be to reinstall XAMPP. Of course, this is not a problem if your MySQL database is empty or contains only a few entries, but it can be quite troublesome if there is a large amount of data. This post shares a little experience on how to resolve such a situation when the problem occurs.

1. Backup

Sebagai langkah awal backup database kita, bernama ‘data’, yang berlokasi di xampp/mysql. Simpan di lokasi baru, misalnya old_data.

As an initial step, let’s backup our database named ‘data’, which is located in xampp/mysql. Save it to a new location, for example, ‘old_data’.

2. Restore

Buka folder ‘backup’ di xampp/mysql lalu copy seluruh isi ke folder ‘data’. Hal ini bermaksud membuat mysql seperti baru kembali. Pastikan XAMPP control panel bisa menjalankan MySQL.

Open the ‘backup’ folder in xampp/mysql and then copy all its contents to the ‘data’ folder. This is intended to make MySQL start fresh. Make sure the XAMPP control panel can run MySQL.

Kemudian di folder ‘old_data’ pindahkan folder berisi database yang akan dijalankan (jika semua ingin diaktifkan, berarti seluruh folder-folder databasenya). Copy ke folder data.

Next, in the ‘old_data’ folder, move the folder containing the database that needs to be run (if you want to activate all of them, it means moving all the database folders). Copy them to the ‘data’ folder.

3. Run

Di sini jika kita buka PhpMyAdmin tampak database kita berhasil dibuka. Tetapi terkadang ada kendala karena tidak bisa diakses. Oleh karena itu timpa saja file ‘ibdata1’ yang berlokasi di xampp/mysql/old_data ke folder xampp/mysql/data. Oiya, pastikan confirm untuk replace ketika muncul jendela konfirmasi. Restart kembali MySQL kita lewat XAMPP Control Panel, kemudian cek kembali, dan pastikan database bisa dibuka di PhpMyAdmin. Sekian, semoga bermanfaat.

Here, if we open PhpMyAdmin, it appears that our database has been successfully accessed. However, sometimes there may be issues with accessing it. Therefore, simply overwrite the ‘ibdata1’ file located in xampp/mysql/old_data with the one in the xampp/mysql/data folder. Oh, and make sure to confirm the replacement when prompted. Restart MySQL through the XAMPP Control Panel, then check again and ensure that the database can be opened in PhpMyAdmin. That’s all, hope it’s helpful.

Tanda Peringatan Dini Dari Artificial Intelligence

Tidak dipungkiri, Artificial Intelligence (AI) merupakan pendukung Industri 4.0. Manfaatnya sudah banyak terasa karena mempermudah pekerjaan manusia. Tapi berita berikut menunjukan hal yang lain, yaitu ‘warns of danger‘ dari AI.

Munculnya ChatGPT membuat Google khawatir, dan berusaha memasukan AI ke mesin pencarinya tersebut. Sebelumnya, kehadiran AI membuat dunia pendidikan sedikit kerepotan karena siswa terlihat cerdas secara instan, padahal meminta bantuan dari AI. Untuk plagiasi, saat ini sudah bisa dideteksi namun muncul kekhawatiran dari sisi penggunaan internet.

Mirip Alfred Nobel yang menemukan mesiu dan kecewa melihat dampak dari temuannya, ahli AI juga merasakan hal yang sama. Namun tidak dapat dicegah, “Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya,” kata Hinton, pionir kecerdasan buatan. Kekhawatiran merayapi banyak insider industri adalah bahwa mereka sedang melepaskan sesuatu yang berbahaya ke dunia. Kecerdasan buatan generatif saat ini bisa menjadi alat untuk penyebaran informasi yang salah. “It is hard to see how you can prevent the bad actors from using it for bad things,”, katanya lagi.

Ketika ChatGPT release, sekitar 1000 peneliti membuat moratorium agar perusahaan itu melakukan freeze terhadap pengembangan lebih lanjut. Gimana, Anda ikut pihak yang mana?

How to Fix ‘Zoom Failed to Save’ Issue

Ketika mengadakan acara via zoom terkadang ketika save ke local PC mengalami kegagalan. Salah satunya adalah ketika save zoom sebelumnya belum selesai sudah menyimpan yang baru. Namun jangan khawatir, postingan berikut ini mencoba share pengalaman yang terjadi menimpa saya yang sudah zoom 40-an menit (dibatasi karena gratisan).

When hosting an event via Zoom, sometimes there are failures when saving to the local PC. One of them is when trying to save a new Zoom session before the previous one has finished saving. However, don’t worry, the following post tries to share the experience that happened to me when I had been on Zoom for around 40 minutes (limited due to the free version).

Ok, buka lokasi zoom default, biasanya di /documents/zoom dan pastikan tanggal hari ini. Ternyata ada sekitar 500-an Mb yang minta dilakukan ‘double_click’ untuk mengkonversi menjadi file video/audio.

Ok, open the default Zoom location, usually in /documents/zoom, and make sure it’s the current date. Apparently, there are around 500 MB that need to be ‘double-clicked’ to convert them into video/audio files.

Setelah dobel klik, pastikan zoom mengkonversi menjadi file recording yang siap anda nikmati. Tunggu beberapa saat hingga selesai.

After double-clicking, make sure Zoom converts it into a recording file that you can enjoy. Wait for a few moments until it’s finished.

Akhirnya video bisa terekam dengan baik. Semoga postingan ini bermanfaat.

Finally, the video has been successfully recorded. May this post be useful.

Cara Mengunduh Audio Music Resolusi Tinggi – Dari Youtube

Tahukah Anda jika format MP3 menghilangkan sekitar 20% dari asilinya? Untuk yang seumuran dengan saya pasti pernah mengalami beli CD music dimana hanya sekitar 10 lagu saja, tiap lagu berukuran puluhan (hampir seratus) megabyte. Ketika mendengarkan MP3, jika telinga Anda tajam pasti tidak puas karena ada yang hilang dibandingkan format aslinya (biasanya WAV). Apalagi jika pernah mendengar dari kaset yang memang asli (tidak digital). Postingan ini mencoba membantu bagaimana mendapatkan format non-lossless yang dikenal dengan istilah FLAC, yang ekstensi filenya nanti *.flac.

Beberapa alat pengunduh, seperti https://ontiva.com/en/9f349 memiliki kemampuan mengunduh file FLAC. Caranya copas aja link dari Youtube, misalnya lagu cover aku takut repvblik berikut. Lalu paste di situs pengunduh tersebut.

Pilih AUDIO (jangan MP3) jika ingin tidak ada yang dihilangkan karena kompressi. Pilih HQ, misalnya FLAC. Pilihan lain, bisa Anda pilih, misalnya WAV. Lalu tunggu sesaat setelah tombol Download ditekan. NOTE: oiya, terkadang tidak tersedia audio HQ, pastikan unduh dari original channelnya, misal SONY, atau cannel resminya.

Tekan Download Now untuk mengunduhnya. Untuk AUDIO yang diunduh dari youtube tersebut ada sekitar 48 MB yang harus diunduh. Jadi pastikan kuota Anda cukup. Hasilnya, buka dengan pemutar, misalnya Winamp, ternyata Ok kualitas suaranya karena tidak ada yang dihilangkan akibat kompressi.

Tentu saja kalau ingin murni tanpa ada yang dihilangkan ya dengar lewat kaset atau piringan hitam. Tapi tentu saja ada noise yang ikut terekam. Silahkan dengarkan sambil mengendarai mobil setelah diunduh di flashdisk. Silahkan lihat video short berikut. Sekian semoga bermanfaat.

Pulling Grade Data from Google Classroom

Walau perkuliahan sebagian besar sudah tatap muka saat ini, terkadang alat bantu, seperti Google Classroom (GC) masih menjadi andalan mempercepat proses penilaian. Untuk mahasiswa yang banyak siswanya termasuk juga nilai harian yang banyak, ada kalanya perlu waktu untuk memberi nilai. Nah, GC memiliki fasilitas untuk secara otomatis mengunduh seluruh nilai (grade) dalam bentuk CSV untuk diolah lebih lanjut.

(Although most of the classes have been conducted face-to-face, sometimes tools such as Google Classroom (GC) are still relied upon to speed up the assessment process. For students who have a large number of classmates and also have many daily grades, there are times when it takes time to give grades. Well, GC has a feature to automatically download all grades in CSV format for further processing.)

Menu yang ada adalah setting yang memiliki simbol ‘gear’, tapi letaknya bukan di menu grades melainkan di menu Stream perkuliahan (bukan di Classwork). Klik saja salah satu week, lalu tekan simbol ‘gear’ di bagian kanan atas. Tinggal pilih seluruh grade atau these grade (minggu yang dipilih saja). Untuk jelasnya lihat video short berikut.

(The menu in question is the “Settings” menu, which has a “gear” symbol, but it is not located in the “Grades” menu, but rather in the “Stream” menu of the class (not in “Classwork”). Simply click on one of the weeks, then press the “gear” symbol in the upper right corner. Just select all grades or those grades (only the selected week). For more details, please see the following short video.)

Systematic Literature Review (SLR) for Dummy

Rekan yang sedang study lanjut sudah pasti mengenal Systematic Literature Review (SLR) karena memang diwajibkan. Sementara rekan dosen lainnya yang biasanya fokus ke ngajar sebagian besar tidak cukup waktu untuk menjalankan aktivitas ini saat dituntut riset demi cairnya tunjangan BKD/LKD. Nah, manfaat kata ‘systematic’ adalah untuk mempermudah melakukan studi pustaka. Postingan ini sedikit sharing tentang trik menggunakan scopus untuk SLR.

Hal yang utama untuk mencari paper yang relevan adalah kata kunci yang tepat untuk mensortir naskah artikel yang beredar. Misalnya saya butuh artikel tentang spectral feature analysis dan NDVI. Walaupun ada pilihan advanced search, untuk gampangnya langsung searching seperti Google, nanti baru dilanjutkan dengan secara bertahap mensortir.

Kalau langsung digunakan jumlahnya cukup banyak, yaitu 594 dokumen. Karena syarat jurnal kebanyakan riset 5 tahun terakhir, ditambah proses publikasi misalnya 1 atau 2 tahun (tergantung nasib), kita ambil rentang 2020 sampai sekarang saja. Makin baru, paper makin sulit dicari karena scihub biasanya paper beberapa tahun yang lalu saja. Jika sudah cukup, langsung saja mensortir. Bisa dari yang terkini, atau berdasarkan sitasi tertinggi.

Klik saja Sort on pilih Cited by (highest) agar urut berdasarkan sitasi tertinggi pada rentang tahun tersebut. Dari judul biasanya terlihat apakah topik sesuai dengan riset yang dijalankan, jika ragu-ragu bisa klik View abstract untuk melihat isinya. Tampak yang disorot kuning merupakan kata kunci yang digunakan di searching tadi.

Nah, tunjukan kemampuan/skill reading Anda. Tapi jika pusing, kelamaan buka kamus, tinggal pakai bantuan saja yang saat ini sedang tren: ChatGPT. Ketik ‘apa metode dan hasil artikel ini:’ dilanjutkan dengan paste dari abstrak. Bisa juga dengan kata lain, misalnya ‘artikel ini membahas apa:’ dan seterusnya.

Langkah terakhir adalah mencari naskah lengkapnya. Walaupun bisa juga bertanya kelemahan artikel, tapi masih prediksi saja. Perlu membaca hasil dan kesimpulan untuk mengisi tabel, misalnya seperti ini (sesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan promotor).

No

Author

Metode

Hasil

Kelemahan

         

Jika ada rekan yang tidak punya scopus, bisa diprint pdf. Sebaiknya disertai abstrak agar cepat menentukan apakah relevan atau tidak. Nah, pada tabel di atas, mengisi author sebaiknya menggunakan Mendeley dengan terlebih dahulu mengunduh sitasinya seperti berikut.

Nah, file bib yang diunduh tinggal di drag ke mendeley.

Oiya, buat satu folder khusus agar tidak berantakan di Mendeley kita. Sekian, semoga bisa sedikit mencerahkan.

Mendeteksi Naskah Apakah Dibuat dengan ChatGPT

Banyak kekhawatiran dari para pengajar karena siswa menggunakan ChatGPT untuk membuat karya tulis. Bagaimana tidak, akurasi penulisan ChatGPT sangat baik dan konsisten. Bahkan beberapa alat cek plagiarisme tidak menemukan adanya plagiarisme. Banyak tools yang membantu mengecek apakah seseorang menggunakan ChatGPT ketika menulis, namun di sini akan kita bahas bagaimana menggunakan ChatGPT untuk mengetahui apakah suatu tulisan meminta bantuan ChatGPT.

Misal saya bertanya ke ChatGPT untuk membuatkan dua paragraf tentang data mining. Hasilnya akan tampak dan cukup baik.

Bagaimana cara mengeceknya? Mudah saja, kopi saja tulisan itu dan tanya ke ChatGPT: “apakah ini tulisan Anda: <paste>. Dan ternyata ChatGPT menjawan “Ya, itu benar” dan mengaku telah menulisnya. Siap-siap Anda dipanggil kepala sekolah.

Sebagai contoh kita uji dengan tulisan buatan sendiri, atau paragraf pertama di pos ini saja, lalu tanya apakah tulisan tersebut milik ChatGPT? Dan beliau (eh .. bukan manusia ya) menjawab: “No, that is not my writing”. Alhamdulillah, kalau kita membuat tulisan sendiri, aman dari plagiarisme berbasis AI.

Apakah ketika ditanya lagi ChatGPT konsisten? Repot juga kalo tulisan kita direkam dia dan diaku jadi tulisannya. Coba tanya lagi tulisan hasil ketikan sendiri tadi (kopi saja pertanyaan sebelumnya).

Ternyata jawabannya konsisten: “Tidak, tulisan tersebut bukanlah tulisan saya” (kata maaf, salah menjawab mungkin karena sebelumnya menggunakan bahasa Inggris). Lihat, kita bisa mengetahui apakah suatu tulisan minta bantuan ChatGPT atau tidak. Selain cara tersebut, info dari ChatGPT sendiri ketika ditanya: “bagaimana cara mendeteksi apakah suatu tulisan dibuat dengan bantuan ChatGPT?”. Ada 3 cara mendeteksinya:

  • Akurasi tinggi yang konsisten (mirip Chess.com mendeteksi pemain pakai engine atau tidak)
  • Gaya bahasa yang berbeda dengan gayanya (tiap orang memiliki gaya bahasa sendiri).
  • Plagiarism Checker

Sekian, semoga kita terhindar dari godaan minta dibikinin ChatGPT.

Cara Menggunakan CANVA Untuk Disain Roadmap

Canva adalah sebuah situs web yang memungkinkan penggunanya untuk membuat desain grafis dengan mudah tanpa harus memiliki keterampilan desain yang tinggi. Situs ini menyediakan berbagai macam template desain, termasuk desain presentasi, poster, undangan, kartu nama, brosur, dan banyak lagi. Selain itu, Canva juga menyediakan berbagai macam elemen desain seperti gambar, ikon, font, dan warna yang dapat digunakan untuk membuat desain yang lebih menarik. Canva tersedia secara gratis dengan beberapa fitur terbatas, namun untuk fitur lengkap dan lebih banyak template, pengguna bisa berlangganan dengan biaya bulanan atau tahunan. Canva sangat berguna bagi siapa saja yang ingin membuat desain grafis dengan cepat dan mudah tanpa harus memiliki keterampilan desain yang tinggi.

Buat akun atau masuk jika sudah memiliki akun. Pilih template roadmap: Pada halaman utama Canva, ketik “roadmap” di kolom pencarian. Akan muncul beberapa pilihan template roadmap yang dapat dipilih. Pilih salah satu template yang sesuai dengan kebutuhan.

Lanjutkan langkah-langkah berikut setelah memilih template:

  • Setelah memilih template roadmap, ubah desainnya agar sesuai dengan kebutuhan. Tekan tombol “Edit” untuk membuka template di editor Canva. Kemudian, pilih elemen yang ingin diubah seperti font, warna, dan gambar.
  • Tambahkan informasi: Tambahkan informasi yang diperlukan ke dalam roadmap, seperti milestone, tanggal, dan deskripsi. Gunakan fitur Canva seperti teks, gambar, dan ikon untuk memperjelas informasi yang ditampilkan.
  • Simpan dan bagikan: Setelah selesai mengedit roadmap, simpan desainnya dengan cara menekan tombol “Download” atau “Publish”. Jika ingin membagikan desain ke orang lain, klik tombol “Share” untuk membagikan tautan atau mengunduh file yang sudah selesai.
  • Revisi dan update: Revisi dan update roadmap sesuai dengan kebutuhan saat diperlukan. Gunakan Canva untuk membuat perubahan yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah.

Beberapa elemen dapat ditambahkan (ingat pilih yang tidak pro yang tidak ada simbol mahkota). Setelah itu download dalam format jpg, png, atau pdf. Oiya, kalau ada yg pro kita tidak bisa mengunduh, ganti saja dengan elemen yang gratis.

Berikut hasil unduhannya, bagus bukan? Praktis, gratis, dan cepat. Sekian, semoga bermanfaat. Sekian, semoga bermanfaat.

Scrapping Media Online dengan NEWSAPI.ORG

Bagi Anda yang ingin melakukan analisa media online, ada baiknya mendaftarkan API key pada Newsapi.org. NewsAPI.org adalah sebuah platform yang menyediakan akses ke ribuan artikel berita dari berbagai sumber media di seluruh dunia. Platform ini memungkinkan pengguna untuk mengakses berita terbaru dari berbagai kategori seperti politik, bisnis, hiburan, olahraga, dan banyak lagi. NewsAPI.org memiliki antarmuka pemrograman aplikasi (API) yang mudah digunakan oleh pengembang untuk mengambil data dan menyajikannya di aplikasi mereka.

NewsAPI.org menawarkan berbagai fitur dan fungsi yang berguna bagi pengguna dan pengembang aplikasi. Fitur yang tersedia di antaranya adalah kemampuan untuk memilih sumber berita yang diinginkan, menampilkan gambar dan video dalam artikel berita, dan mengatur hasil pencarian berdasarkan kata kunci dan tanggal terbit. NewsAPI.org juga menyediakan fitur untuk mengelompokkan artikel berita berdasarkan kategori dan sumber berita.

Salah satu keuntungan menggunakan NewsAPI.org adalah penggunaan data yang akurat dan up-to-date. Platform ini mengumpulkan dan mengelola berita dari berbagai sumber media terkemuka seperti BBC, CNN, dan New York Times. Hal ini memastikan bahwa pengguna mendapatkan akses ke berita terbaru dan terpercaya dari sumber yang terpercaya. Selain itu, NewsAPI.org juga menyediakan dokumentasi yang lengkap dan mudah dipahami bagi pengembang aplikasi yang ingin memanfaatkan API mereka. Format contoh mengaksesnya adalah sebagai berikut (NOTE: Gunakan API key Anda dengan daftar terlebih dahulu di newsapi.org).

<!DOCTYPE
html>
<html>
<head>
<title>News API Example</title>
</head>
<body>
<h1>News API Example</h1>
<p
id=“articles”></p>
<script>
const url = https://newsapi.org/v2/everything?q=politik%20indonesia&sortBy=date&apiKey=<APIKEY>&#8221;;
fetch(url)

.then(response => response.json())
.then(data => {
const articles = data.articles;

const articleList = document.getElementById(“articles”);
let html = “”;
for (let i = 0; i < articles.length; i++) {
const article = articles[i];

html += `<h2>${article.title}</h2>`;
html += `<p>${article.description}</p>`;
html += `<a href=”${article.url}“>Read More</a>`;
}
articleList.innerHTML = html;

})
.catch(error => {
console.log(error);

});
</script>
</body>
</html>

Berikut ini tampilan HTML yang mengaksses API. Untuk lebih spesifik, misal artikel Indonesia tentang politik.

Menyikapi ChatGPT

Beberapa media online mulai memberitakan kalau ChatGPT akan diblokir, alasannya karena belum terdaftar di sistem Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Kominfo. Tapi sepertinya itu hanya masalah administrasi, bagaimana dari sisi konten? Apakah berdampak negatif?

Kalau kita lihat visi AI Indonesia 2045 tampak Etika dan Kebijakan sebagai landasar, infrastruktur & data dan pengembangan talenta sebagai pilar untuk menopang 4 area fokus dan 5 bidang prioritas AI.

https://ai-innovation.id/server/static/ebook/stranas-ka.pdf

AI Sebagai Senjata

Memang sudah ada kekhawatiran tentang dampak AI, bahkan sudah dibahas di PBB (link). Sebenarnya AI itu sendiri mirip dengan pertama kali diperkenalkannya komputer, dimana sekutu berhasil membongkar kode mesin enkripsi elektromekanis Jerman, Enigma, lewat tangan Alan Turing. Komputer yang dahulu sebagai alat support/pendukung sekarang sudah berubah menjadi IT yang berperan bak senjata agar unggul dalam persaingan. Industri 4.0 mulai memasukan AI sebagai komponennya.

AI Untuk Mengejar Ketertinggalan

Semua mengakui kita masih tertinggal dengan negara lain, bahkan di Asia Tenggara sekalipun. Jika ada ‘sepatu’ yang membuat kita berlari cepat menyusul negara-negara lain, terutama negara maju, bisa jadi namanya Artificial Intelligence (AI). Lihat 5 bidang prioritas AI di Indonesia gambar di atas. Jika ingin memanfaatkan ChatGPT guna mengetahui ‘hal-hal yang orang lain tahu’ tentu saja tidak ada salahnya, kecuali ‘hal-hal yang sebaiknya tidak boleh tahu’, yang ini jatuh di ranahnya kebijakan. Di mana-mana mengejar harus berlari, bahkan harus lebih cepat dari larinya sesuatu yang dikejar. Saya teringat ketika kuliah dulu, dosen bertanya ke mahasiswa Thailand, dapat materi variabel kompleks kapan? Dijawab ketika S1, begitu juga Indonesia dan negara asia tenggara lain, seperti Viet Nam dan Malaysia. Tapi ketika ditanya ke mahasiswa Perancis, ternyata sudah memperoleh dari bangku sekolah menengah atas. Jika ada sesuatu yang secara gratis dan mudah membuat orang tahu lebih cepat, sepertinya cocok untuk negara yang sedang berkembang, apalagi yang untuk makan saja butuh kerja keras (kecuali sebagian kecil rakyat seperti kasus viral gaya hidup mewah anak-anak pejabat saat ini). Untuk yang ingin melihat tanggapan para profesor bisa lihat youtube berikut.

Meratakan Titik Dua Pada Teks dan Tabel Microsoft Word

Jika pembaca pernah membuat CV, ketika menulis daftar isian seperti nama, alamat, dan seterusnya, pasti pernah jengkel karena titik dua tidak rata secara vertikal. Ada beberapa yang menyarankan dengan menjadikan ‘:’ dalam satu kolom tertentu pada tabel.

Cara lainnya adalah dengan memanfaatkan fasilitas ‘tab’ pada ruler di MS word. Seperti pada gambar berikut. Arahkan mouse di ruler pada lokasi tertentu. Ketika sudah diklik simbol ‘L’, yang artinya left tab, maka ketika menekan tab akan tepat mengarah ke lokasi tersebut dan rata kiri.

Berikutnya, setelah mengklik ‘L’, blok seluruh tulisan yang akan dibuatkan “:”-nya, lalu arahkan ke ruler lokasi tempat ‘:’ berada, misal di angka 5. Maka ketika tab ditekan, akan otomatis mengarah tepat ke angka 5 pada ruler.

Masalah muncul ketika kita menggunakan tabel karena tab pada tabel artinya pindah ke cell tetangga. Misal kita buat seperti data di atas, dipilih tab rata kanan “L” terbalik.

Di sini untuk tabel, dengan menekan ctrl+tab, bukan hanya tab pada tiap-tiap “:”. Tentu saja bisa dengan cara menjadikan “:” satu kolom khusus seperti cara pertama, tetapi sepertinya kurang efisien. Sekian, semoga sedikit membantu.

Masih Rekrutmen Tanpa Ijazah?

Beberapa waktu yang lalu banyak beredar di medsos informasi bahwa perusahaan raksasa seperti Apple, Google, dll merekrut karyawan tanpa perlu menunjukan ijazah. Berita tersebut sangat menohok dan terkesan mengerdilkan institusi pendidikan. Memang ini salah kampus juga yang tidak bisa mengikuti kemauan pasar, yaitu organisasi pemakai lulusan. Namun informasinya institusi sekelas Google membutuhkan bukti tertentu kepada calon karyawan yang mendaftar tanpa ijasah.

Terkadang memang, programmer tertentu tidak memiliki pendidikan formal. Karena bakat, ketekunan, dan keingintahuannya bisa belajar dengan cepat, baik otodidak maupun kursus kilat yang banyak tersedia. Youtube, milist, Github, atau sekedar Googling dengan cepat mampu memahami bahasa pemrograman tertentu. Apalagi saat ini aplikasi berbasis AI seperti ChatGPT mampu ‘mengajari’ lewat chatting apa saja, khususnya pemrograman. Silahkan lihat video berikut bagaimana menjalankan Web-based Python lewat ‘chatting’.

Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu bidang standar minimal kompetensi S1 (sarjana). Diharapkan peserta didik mampu menerapkannya. Untuk S2 dan S3 mampu mengembangkan bidang tersebut. Nah, jika organisasi ingin mendapatkan keunggulan kompetitif pada sistemnya, tidak ada jalan lain untuk memanfaatkan AI yang mulai menyusup ke segala lini.

Pendiri Google kabarnya ‘turun gunung’ mengingat ancaman AI mulai terasa. Bahkan dengan jumlah 1 juta pengguna yang oleh Netflix butuh 3.5 tahun ternyata ChatGPT hanya butuh 5 hari (link).

Jika masih diam saja, servis-servis lain Google seperti mail, Youtube bisa saja dikalahkan pemain baru dengan kemampuan AI yang terintegrasi Chat dan sejenisnya. Dengan chat yang teks saja sudah begitu heboh apalagi dalam bentuk gambar dan video. Untuk itu diperlukan periset-periset tangguh yang tentu saja tidak bisa lagi merekrut ‘tanpa ijasah’, mutlak diperlukan peneliti-peneliti yang tidak hanya jago praktis, melainkan juga teoritis dan analitis. Yuk, mulai oprek-oprek AI.

 

Pendidikan dan Artificial Intelligence (AI)

Waktu kuliah Theory of Computing, ada materi tentang Grammer. Salah satu tokohnya adalah Noam Chomsky, ilmuwan keturunan Yahudi. Memang bahasa pemrograman ternyata tetap bahasa, dengan tata cara penggunaan dalam bentuk syntax. Jika salah dalam penggunaannya, biasa ada error: ‘syntax error’. Sialnya mata kuliah itu saya dapat C .. hehe.

Nah, munculnya ChatGPT ternyata ditentang oleh Noam Chomsky (lihat link ini atau majalah fortune). Khususnya pada saat membuat komposisi kalimat yang disebut olehnya dengan istilah plagiarisme dengan teknologi tinggi.

Para gamers sepakat, seseorang yang menggunakan teknik tertentu agar bisa menang disebut melakukan cheating. Seorang siswa yang menulis dengan bantuan ChatGPT ibarah main catur dimana ketika melangkah dibantu oleh engine catur. Beberapa waktu lalu sempat heboh ‘dewa kipas’ yang oleh chess.com di-‘banned’ karena dicurigai menggunakan engine. Akhirnya diadakanlah live duel dengan master catur Irene Sukandar.

Dalam pendidikan dan pengajaran ada proses ‘berlatih’ dimana peserta didik harus melakukan suatu proses dalam menghasilkan karya/output. Tidak hanya menghasilkan output tertentu saja. Jadi, pendekatan berbasis output belum tentu bagus juga ya.

Artikel Ilmiah

Kebetulan saya menjadi editor sebuah jurnal (berikut link-nya – sedikit promosi). Karena menggunakan bahasa Inggris, banyak author memanfaatkan Google Translate. Perlu melakukan revisi menyesuaikan tata bahasa yang tepat. Ketika ChatGPT muncul, problem tata bahasa dapat teratasi, tetapi ada hal-hal tertentu yang tidak bisa di-akali dengan ChatGPT.

Gaya bahasa merupakan aspek yang perlu diperhatikan. Biasanya ada sedikit perbedaan antara style skripsi/tesis berbahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Misalnya kata ‘researchers’ yang artinya penulis.

Sehingga perlu memodifikasi istilah tersebut agar sesuai dengan style artikel ilmiah di jurnal (biasanya dengan kalimat pasif atau beberapa menggunakan aktif, misalnya: ” … we are expected to …”, tergantung style jurnal yang beberapa menghendaki kalimat pasif yang fokus ke objek bukan ke subjek.

Praktisi

Bagi praktisi, engineer/teknisi, dan pihak-pihak yang fokus ke aspek praktis, kemunculan ChatGPT sangat membantu. Ejaan yang salah (typo dan sejenisnya), tata bahasa yang tidak standar dapat diatasi. Praktisi memang tidak fokus ke bahasa sehingga mempercepat laporan/dokumentasi.

Kemunculan AI tidak bisa dihindari, apalagi terkait dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan pengusungnya, sekarang tergantung bagaimana kita menyikapinya saja. Jika ingin menguji kemampuan siswa membuat komposisi tinggal awasi saja di kelas, jangan sampai buka HP/laptop. Riset tentang cek plagiarisme terhadap penulis yang menggunakan bantuan AI perlu dilakukan. Sementara, ini jawaban jujur dari ChatGPT:

 

Memahami Level S1, S2, dan S3

Jenjang pendidikan selepas SMA jauh lebih rumit. Banyak variasi yang ada, baik itu dari sisi tipenya apakah vokasi atau akademik, hingga levelnya: Diploma (D1,D2,D3, Sarjana Terapan), Sarjana (S1), S2 hingga Doktoral. Di Indonesia sendiri aturan hukumnya sudah jelas di mana letak/posisi jenjang pendidikan tersebut, yakni:

  • Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan
  • Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT).

Tanggung jawab unit pengelola sangat berat, tidak boleh melanggar aturan tersebut. Beberapa kampus negeri, misalnya ITS bahkan mempublish masalah tersebut (lihat link berikut).

Sampai-sampai ditulis ‘bukan sekedar berdasarkan persepsi individu’. Sepertinya banyak dosen-dosen yang memberi beban yang tidak/kurang tepat ke mahasiswanya. Biasanya memaksa siswa S1 melakukan riset dengan beberapa research question dengan harapan ada novelty, padahal standar minimal KKNI Sarjana adalah cukup bisa mengaplikasikan IPTEKS, menguasai teori, dan seterusnya. Walaupun boleh saja melebihi standar minimum, asalkan tidak memaksa khawatir melanggar UU. Kampus sekelas ITS saja masih menggunakan standar minimal.

Eksperimen

Untuk mahasiswa informatika, banyak sekali bahan eksperimen karena bisa menggunakan laptop. Kalaupun server, bisa juga di-remote, tidak perlu datang ke lokasi. Bahan eksperimen sangat banyak, dengan modul-modul untuk memahami konsep atau metode. Biasanya masuk dalam kurikulum yang diajarkan dalam laboratorium. Beberapa bahasa pemrograman, misalnya Python menyediakan IDE yang praktis, yaitu Google Colab. Biasanya dipakai untuk proses training, atau menguji dan membandingkan metode-metode tertentu, oleh mahasiswa doktoral untuk menguji metode usulan atau memperbaiki/meng-improve metode yang ada. Dalam perkuliahan S1 biasanya untuk eksperimen dimana suatu metode mampu menyelesaikan masalah.

Jika mahasiswa S1 hanya fokus ke Google Colab, dikhawatirkan kurang memahami standar minimal (menerapkan, menguasai teori, dll) di mana di dunia kerja yang dibutuhkan adalah menerapkan, misalnya membuat web, android, instalasi server, network, memantau security, dan sejenisnya. Kalaupun mau mengikuti standar S2 pun harus mampu mengembangkan. Jangan sampai ingin mengikuti standar S2 tetapi tidak ada yang dikembangkan, hanya memakai, tetapi masih berupa eksperimen di Google Colab, seperti tugas Lab. Akibatnya level S1 bukan .. S2 juga bukan. Termasuk keharusan menghasilkan pengakuan nasional dan internasional lewat jurnal pun agak berat bagi mahasiswa S1, kecuali mungkin jurnal nasional yang membolehkan tidak ada novelty.

Implementasi

Google colab sejatinya sangat bermanfaat, misal kita akan membuat mesin penerjemah sendiri, kita coba dengan google colab dan ternyata berhasil jalan dengan baik. Nah selanjutnya tugas mahasiswa S1 ya mengimplementasikan mesin penerjemah itu dalam suatu aplikasi misalnya web, android, ios, dan sejenisnya. Tapi kan susah? Tidak juga, sekarang kan sumber info sudah banyak, berikut video bagaimana mengutak-atik agar suatu metode bisa diimplementasikan.

Khusus aplikasi web, video short berikut yang merupakan kelanjutan video sebelumya mungkin bisa menginspirasi Anda. Terima kasih.