Basemap dan Buka Shapefile di QGIS

Walaupun dibenci, shapefile masih tetap menjadi andalan praktisi GIS. Dibenci karena karakternya yang satu data spatial wilayah tertentu berisi lebih dari satu file (*.shp, *.shx, *.dbf, dll). Saat ini yang lebih disukai adalah tipe file KML atau KMZ yang sering dijumpai di Google Earth dimana satu data hanya berisi satu file saja.

Karena sebagian instansi/institusi menggunakan shapefile maka mau tidak mau harus bisa mengelola file tersebut. Untuk membuka di QGIS cukup dengan men-drag ke Layer View. Hasilnya dapat langsung terlihat beserta dengan koordinat lintang dan bujur beserta proyeksi yang menyertainya.

Tampilan baik warna, jenis dan ukuran garis, dapat dikelola dengan mendoble klik saja layer yang baru saja disuplay ke QGIS. Untuk instalasi silahkan lihat post terdahulu [Link]. Karena saat ini kebanyakan aplikasi GIS sudah terintegrasi dengan basemap maupun satellite view baik Bing maupun Google, maka alangkah baiknya kita bisa menyisipkan Basemap di shapefile yang baru saja dibuka di QGIS. Berikut ini video bagaimana membuka file Shapefile serta menyisipkan dengan basemap yang tepat. Selamat mencoba.

Install Quantum GIS Pada Mac OS

Saya ingat dosen saya dulu bercanda kalau orang Geografi biasanya bilang, seluruh yang ada di permukaan bumi itu geografi .. wah kok? Ada istilah geopolitik juga penting, kalo ga percaya silahkan tinggal dekat Ukraina, Korea utara, timur tengah, dan wilayah-wilayah konflik lainnya. Jadi aplikasi-aplikasi berbasis data spasial sangat penting. Gojek, Gofood, dan aplikasi-aplikasi e-commerce sangat membutuhkan juga data spasial, data yang melibatkan koordinat dan proyeksi.

Sayangnya aplikasi sistem informasi geografis (SIG) biasanya mahal. Google Map API saja yang dulunya gratis sekarang berbayar. ESRI yang merupakan vendor ternama memberikan lisensi SIG baik yang desktop maupun web dengan biaya yang sangat mahal. Waktu saya kuliah dosen mewanti-wanti jika konferensi di luar negeri Laptop dijaga jangan sampai ketahuan menggunakan software bajakan.

Untungnya saat ini konsorsium yang mengembangkan open source software untuk geoinformatika sudah mulai kompak mengembangkan software GIS yang gratis dan open source, salah satunya Quantum Geographic Information Systems (QGIS). Aplikasi ini berjalan di semua platform, di sini akan didemonstrasikan dengan sistem operasi Mac OS, atau OS X.

Silahkan lihat video berikut yang diinstal di Mac OS dengan prosesor M1 (Apple Silicon). Ternyata berjalan dengan cepat dibandingkan Intel i5.

Problem API Tidak Bisa Diakses Komputer Lain

Banyak aplikasi ML yang memanfaatkan konsep API agar modul AI dapat diakses oleh orang lain tanpa khawatir kode diambil. Hal ini terjadi karena API hanya menyediakan gerbang input/output yang bisa diakses orang lain. Sebagian besar memerlukan KEY agar tidak sembarangan orang menggunakannya, misalnya ChatGPT, Twitter, dan lain-lain yang kebanyakan subscribe terlebih dahulu.

Biasanya kita mencoba server API dan pengakses di komputer/laptop yang sama dan tidak ada masalah. Namun jika server API di lokasi yang berbeda dengan pengakses, biasanya ditolak oleh server API jika tidak dilengkapi dengan Cross-Origin Resource Sharing (CORS).

Bagaimana cara mengatasinya? Jawabannya adalah CORS. Berikut contoh penggunaan CORS pada Flask:

from flask import Flask, jsonify

from flask_cors import CORS

app = Flask(__name__)

CORS(app, resources={r”/api/*”: {“origins”: “*”}})

# Contoh endpoint

@app.route(‘/api/data’, methods=[‘GET’])

def get_data():

    return jsonify({‘message’: ‘Data dari API’})

if __name__ == ‘__main__’:

    app.run(debug=True, host=’0.0.0.0′)

Di sini folder /api/ diset CORS agar bisa diakses public, dengan lokasi endpoint pada /api/data. Untuk mengujinya buat aplikasi Docker dari kode di atas dan jalankan.

Perkuliahan Hybrid

Salah satu dampak positif dari pandemi COVID-19 adalah kita dipaksa biasa menjalankan sesuatu secara daring. Mulai dari belanja, bekerja, hingga sekolah atau kuliah. Bahkan orang tua jadul yang tidak pernah memanfaatkan device untuk online terpaksa harus memanfaatkannya. Saya pernah menulisa dampak COVID dari sisi lingkungan [Link]. Karena kendaraan hampir tidak beroperasi, efeknya adalah suhu permukaan (land surface temperature) turun hingga 7 derajat baik siang maupun malam.

Seperti diutarakan oleh bapak Ridwan Kamil, sebaiknya hal-hal yang bisa diterapkan saat COVID tetap dilanjutkan saat COVID telah selesai, khususnya yang menguntungkan dari sisi waktu, tenaga, hingga dampak negatif terhadap lingkungan. Memang ada kesulitan suatu aktivitas dijalankan secara remote, seperti perkuliahan yang mengandalkan keterampilan yang memang harus dijalankan secara luring. Namun, keterampilan tertentu seperti bidang IT dan pemrograman masih bisa memanfaatkan aktivitas secara daring.

Pemasaran misalnya, ternyata efektif lewat daring, entah itu media sosial seperti tiktok, instagram dan sejenisnya, perlu terus diterapkan. Dalam pengajaran, beberapa waktu yang lalu pernah saya jalankan dengan cara hybrid yang menggabungkan tatap muka dengan online meeting. Jenis pertama saya dari rumah menggunakan zoom meeting, kampus yang dihadiri mahasiswa menayangkan zoom tersebut di layar dan mereka secara offline mengikut acara tersebut. Jenis kedua, saya hadir di kelas, beberapa siswa yang karena ada kegiatan khusus dan urgen tidak berada di lokasi dekat kampus terpaksa hadir lewat zoom. Jadi saya harus mengajar sambil zoom. Agak sedikit merepotkan tetapi ternyata untuk pertukaran data dan file lebih mudah, apalagi disertai dengan e-learning yang mendukung seperti tampak dalam video contoh berikut.

Mengurus Jabatan Fungsional Dosen

Walau dalam Tri Darma Perguruan Tinggi hanya ada tiga tugas yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dalam pelaksanaannya ternyata tidak sesederhana itu. Banyak pekerjaan-pekerjaan administratif yang sangat menyita waktu yang jika tidak kuat, seorang dosen akan terlantar. Salah satunya adalah mengumpulkan berkas-berkas kinerja.

Salah satu komponen saja misalnya mengajar. Seorang dosen perlu mempersiapkan surat keputusan (SK) mengajar, tanda tangan absensi siswa, nilai UTS, UAS, tugas. Belum lagi mengoreksinya. Untuk bimbingan perlu mempersiapkan SK pembimbing, berita acara sidang akhir mahasiswa, dan lain-lain yang tidak semua dosen senang mengumpulkan berkas-berkas tersebut. Publikasi pun tidak sesederhana itu, perlu mengecek plagiarismenya, link review, upload di repository kampus jika link naskah tidak bisa diakses dari luar secara gratis, dan lain-lain.

Masalah muncul ketika beberapa tahun, data menumpuk dan tiba-tiba diminta mengurus jabatan fungsional dosen, di situlah letak permasalahan. Banyak berkas-berkas yang hilang. Walaupun laporan Beban Kerja Dosen (BKD) untuk pencairan tunjangan tiap semester harus dibuat, tetap saja namanya data bisa saja selip entah ke mana. Ini menjadi lingkaran setan, mau mengurus enggan karena harus cari berkas-berkas, tidak diurus, makin menumpuklah berkas-berkas yang harus dikumpulkan, tambah enggan lagi, begitu seterusnya.

Untungnya di tempat saya ada tim yang kita tinggal menyerahkan berkas-berkas, masalah input ke sistem mereka yang melaksanakan. Maklum kadang untuk dosen-dosen senior masalah seperti itu walaupun gampang tetap saja karena kesibukan jadi terbengkalai. Repot juga kan jika sudah mengumpulkan, memasukkan pula ke sistem. Yang lebih merepotkan adalah kampus yang tidak mengurusi, ditambah syarat-syarat khusus yang tidak ada di aturan DIKTI tapi diadakan kampus. Misal diminta 1 sinta 2 tatapi diminta 2 paper, harus diprint out, padahal DIKTI minta hanya upload pdf saja ke sistem.

Salah satu hal baru yang ada adalah aplikasi mobile Selancar PAK yang dapat diunduh di Playstore untuk mengecek progres perjalanan pengurusan jabatan fungsional kita. Setelah mendapat persetujuan dari LLDIKTI tempat kita berada, kita bisa menggunakan akun yang sama untuk login.

Perhatikan usulan diinput tanggal 18 Desember 2023 operator mengajukan tanggal 3 Maret 2024, alias tiga bulan. Infonya hal ini karena antrian yang banyak di pihak operator, bisa sampai ratusan. Tetapi selepas dari pengajuan operator, proses berjalan dengan kilat karena berkas sudah dicek dengan benar oleh LLDIKTI.  

Berikunya adalah proses penilaian dimulai setelah 5 hari kemudian. Di sinilah poin terpenting karena berkas kita dinilai, banyak-banyak berdoa. Untungnya bulan Ramadhan, jadi otomatis berdoa disertai dengan shalat malam.

Jika berhasil, dua minggu kemudian akan muncul tahapan berikutnya yakni terbit PAK. Untuk yang kurang beruntung pada tahapan ini muncul notif warna merah yang artinya ada yang perlu diperbaiki. Dengan aplikasi ini proses yang dulu kabarnya bisa sampai 2 tahun sekerang beberapa bulan saja. Yuk mengurus Jabatan Fungsional.

Buruh yang Dihargai vs Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Merana

Pendidikan merupakan komponen terpenting kemajuan bangsa. Tanpa pendidikan, perkembangan suatu bangsa terbatas, mengingat salah satu keunggulan manusia dibanding makhluk lain adalah kemampuannya berpikir, dan mengatasi problem-problem yang dihadapi sepanjang waktu. Negara kita di sisi lain sedang berupaya mengejar ketertinggalannya dari sisi pendidikan, termasuk komponen di dalamnya adalah ketersediaan pengajar (guru dan dosen).

Presiden Indonesia, Joko Widodo, kaget ketika mengetahui lulusan S2 dan S3 negara kita kalah dengan Malaysia [Url]. Untuk dosen, sudah hampir 100% bergelar Doktor di Malaysia, walaupun memang banyak juga sih doktor kita yang mengajar di sana. Namun terlepas dari itu semua memang seharusnya pemerintah mendukung segala usaha untuk meningkatkan kompetensi pengajar.

Dibanding buruh atau pekerja-pekerja lainnya, guru dan dosen sedikit berbeda. Cap ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ sedikit banyak ‘mengerem’ tuntutan praktisi pendidikan. Tunjangan serdos sedikit banyak membantu, tetapi hal-hal lain seperti perpindahan homebase dan ikatan-ikatan dinas tidak masuk akal lain masih menerpa dosen-dosen kita. LLDIKTI sepertinya masih memihak kampus dibanding dengan dosen-dosen. Akibatnya banyak ‘brain drain’ alias migrasi penduduk berpendidikan untuk bekerja di negara lain sulit dibendung selama negara sendiri tidak mendukung. Padahal, sedikit diberi kenyamanan, walau gaji kecil bagi penduduk kita tidak jadi masalah.

Kekompakan asosiasi dosen sepertinya tidak sekuat organisasi buruh. Selama menjadi dosen, banyak fenomena-fenomena yang sepertinya pengajar sedikit berbeda dengan profesi lainnya. Mungkin postingan ini bisa menjadi bahan referensi bagaimana kondisi pendidikan kita, setidaknya dari sudut pandang pengajar dan bisa jadi berbeda antara satu dosen dengan dosen lainnya. Termasuk jika Anda dosen negeri, pasti berbeda pula dengan saya yang dosen swasta di kampus menengah.

Dosen itu Mandiri. Berbeda dengan profesi-profesi lain yang dibentuk untuk mendukung pengguna lulusan, dosen selalu dipersiapkan tanpa disengaja. Memang ada asisten-asisten dosen ketika menjadi mahasiswa yang siap menjadi dosen, tetapi jumlahnya minoritas. Hampir kebanyakan dosen di Indonesia mempersiapkan secara mandiri pendidikan, dari S1, S2, bahkan S3. Banyak pihak yang mengambil keuntungan dari kemandirian dosen, khususnya yayasan-yayasan swasta yang mengelola kampus. Padahal studi lanjut bagi seorang dosen bisa jadi nyawa taruhannya.

Kurang Kompak. Ini merupakan pendapat pribadi saya, seorang dosen yang sempat bekerja di industri (perbankan). Kalau menurut Anda dosen itu kompak, ya semoga pendapat Anda benar. Ketika berencana S3 pun halangan internal menghadang, belum lagi hadapan eksternal. Saat studi lanjut, kebetulan saya mengalami kondisi yang sudah ‘membaik’. Biasanya kondisi buruk akibat sikap pemerintah yang mengambil kebijakan yang parsial. Sering kita mendengar gara-gara si “A”, kita semua dipersulit. Waktu itu saya ingat agar mudah pencairan, ada forum milis yang mempermudah akses ke DIKTI, tapi ternyata ada yang menggunakan email dengan nama asing, akibatnya bubar sudah karena DIKTI ga percaya.

Satu hal yang menurut saya kurang kompaknya dosen adalah tidak saling melindungi, bahkan ada istilah ‘susah lihat orang senang, senang lihat orang susah’. Kalau Anda belum mengalami mungkin tidak percaya. Saya ingat ketika tahun pertama beasiswa, karena situs LITABMAS (sekarang BIMA) tidak ada larangan penerima beasiswa ambil hibah penelitian, saya iseng memasukkan proposal dan ternyata lolos. Repotnya aturan baru membatalkan kelulusan hibah dosen yang menerima beasiswa, dan di luar dugaan, banyak yang bersorak gembira atas aturan tersebut (semoga cuma pikiran saya aja .. tapi ga sampai share ke semua grup lah, udah tahu juga, kan ada LPPM). Untungnya tidak di cancel, tetapi anggota yang menjadi ketua, sementara ketua tidak diperbolehkan ikut serta. Ga jadi masalah sih, yang penting dananya cair .. hehe. Nah, ini membuat kecewa pihak-pihak tertentu (aneh kan?).

Jabatan Fungsional. Kurangnya jumlah profesor di negara kita tidak lepas dari proses pengajuan Jabatan Fungsional (JAFUNG) yang membutuhkan waktu lama, bahkan bisa bertahun-tahun [Post Terkait]. Nah, saat ini ternyata dengan aplikasi yang canggih, bisa hanya beberapa bulan, saya sendiri mengajukan Lektor Kepala pertengahan Desember, Maret sudah selesai. Profesor-profesor muda pun bermunculan. Kondisi terakhir membuat saya khawatir, yakni seorang Profesor yang baru diangkat, kabarnya melakukan pelanggaran dalam publikasi, sekaligus jumlah publikasinya yang disebut tidak wajar (ratusan paper dalam waktu beberapa bulan saja). Yang saya khawatirkan adalah kebijakan parsial yang nanti biasa dilakukan oleh pemerintah, yakni ‘mempersulit’ kenaikan jafung guru besar (profesor). Sebagai sesama dosen, alangkah baiknya melihat sesuatu dengan menganggap kita merupakan bagian di dalamnya, agar ibarat menyembuhkan penyakit tidak merusak bagian lain yang sehat atau yang baru sembuh. Yuk sesama dosen kita kompak. Lebih baik disebut buruh yang dihargai dari pada pahlawan tanpa tanda jasa yang merana.

Instal XAMPP di Mac OS

Aplikasi berbasis web merupakan aplikasi yang diminati saat ini, menggantikan aplikasi desktop ala tahun 90-an. Di Indonesia, PHP masih diminati dibanding bahasa yang lain seperti Python maupun Java. Versi yang paling banyak diminati, khususnya untuk belajar adalah XAMPP [Link].

Versi ini sangat praktis, tinggal mengunduh dari situs resminya, lalu pasang di komputer tujuan. Hanya versi Linux, misalnya untuk Ubuntu, yang agak sulit mengingat perlu memberikan akses tertentu pada folder tujuan. XAMPP sangat cocok untuk belajar dan diinstall di laptop karena tidak membebani laptop, hanya dihidupkan ketika ingin dipakai. Berbeda dengan server, misalnya di Linux, yang harus selalu hidup ketika mesin dihidupkan.

Untuk Mac OS, instalasi sangat mudah dan praktis. File dmg tinggal di run dan instal. Hanya saja perlu dibuka aksesnya lewat ‘gatekeeper’. Untuk jelasnya silahkan lihat video berikut ini.

Instal Visual Studio Code pada Apple Silicon Processor

Berbeda dengan era 90-an atau awal 200-an dimana bahasa pemrograman memiliki satu Integrated Development Environment (IDE) yang satu paket ditor teks dengan compiler/interpreter, saat ini bahasa pemrograman memisahkan antara compiler dengan fasilitas-fasilitas lain, seperti editor teks maupun fasilitas-fasilitas lain seperti emulator, web server dan lain-lain. Saat ini teks editor canggih sudah tersedia dengan cuma-cuma, salah satunya adalah Visual Studio Code [Link].

Apple dengan Mac OS memang terkenal sebagai notebook dengan performa yang baik ketika digunakan untuk kebutuhan harian seperti mengetik, presentasi, maupun spreed sheet, termasuk browsing dan lain-lain. Untuk game dan programming masih banyak yang menggunakan PC biasa dengan Windows maupun Linux. Ketika menggunakan prosesor Intel, Mac dapat diinstall Windows di dalamnya dengan memanfaatkan Bootcamp. Namun ketika Apple memutus kerjasama dengan Intel dan menggunakan processor M1 buatan Apple Silicon, fasilitas dual OS dengan Bootcamp sudah tidak bisa lagi, hasilnya terpaksa pengguna Macbook hanya bisa menggunakan Mac OS.

Mau tidak mau, programmer yang memanfaatkan Macbook perlu menyesuaikan diri dengan prosesor mobile tersebut. Di awal memang agak kesulitan karena M1 sendiri masih menggunakan emulator bernama Rosetta agar aplikasi berbasis Intel dapat berjalan di M1. Namun lama kelamaan beberapa aplikasi sudah menyesuaikan dengan Apple Silicon. Pada fasilitas pengunduhan tersedia pilihan Apple Silicon. Silahkan simak video bagaimana menginstall VS Code disertai dengan Python pada prosesor M1.

Kualitas Udara Kita

Kalau kita jalan-jalan ke Jakarta sering kita jumpai tempat/jalur pesepeda yang kadang-kadang diisi oleh motor. Saya lihat pesepeda rata-rata cukup lengkap dari seragam, alat minum, hingga asesoris-asesori lainnya. Sempat terpirkan bagaimana mereka sanggup menggenjot sepeda di kondisi udara Jakarta seperti itu. Postingan ini sedikit membahas bagaimana mengetahui kualitas udara di tempat kita.

Kualitas udara secara detil dapat diperoleh dengan memasang sensor di titik-titik tertentu di wilayah yang akan dicari datanya. Salah satu website yang dapat diakses antara lain Link berikut [URL]. Gambarannya adalah sebagai berikut.

Kalau dilihat Jakarta berwarna ungu yang dari legend artinya Berbahaya. Silahkan kalau mau bersepeda pun tidak apa-apa asal bawa masker. Link yang lain ada juga yang lebih detil membahas kualitas udara berdasarkan titik-titik tertentu [URL].

Situs ini berisi informasi lokasi sensor kualitas udara. Hasilnya dapat dilihat secara detil berikut ini. Kondisi berbahaya ternyata ada saran untuk penduduk berikut ini.

Di sini tampak bahaya bagi kelompok orang yang sensitif. Untuk yang masalah di paru-paru, istilahnya halusnya apa ya, bahasa betawinya sih bengek, silahkan menggunakan masker jika ingin beraktifitas di wilayah tersebut.

Ibu Kota Baru – Nusantara

Pilpres 2024 sudah berlalu dan kemungkinan besar presiden pendukung ibu kota baru yang menang, jadi IKN tetap berjalan (walau siapapun yg menang sih, karena sudah ditetapkan). Terpikir di benak saya keinginan untuk melihat seperti apa sih IKN itu. Mirip istilah Semesta Mendukung (mestakung) yang dicetuskan oleh Prof Yohannes Surya, tiba-tiba ada tugas ke salah satu kampus negeri di Balikpapan. Kebetulan dah.

Seperti biasa, pesawat menuju bandara Sepinggan dari tempat saya lewat Soetta. Berangkatlah ke sana dengan Garuda selama kurang lebih dua jam. Bandara itu ternyata tidak terlalu besar tidak juga kecil, mungkin karena tidak sepadat bandara di kota-kota besar lain seperti Surabaya, Bali, atau Jogja. Namun fasilitas sudah cukup baik.

Karena hari sudah menjelang siang, terpaksa mampir di warung makan Buguri, yang merupakan singkatan dari Bumbu Gurih. Lokasinya di pinggir pantai, dengan pemandangan yang oke banget.

Perjalanan ke IKN karena belum ada toll langsung harus melewati toll ke Samarinda, berbelok ke barat melewati jalan berliku dari lokasi hotal Platinum butuh 1.5 jam. Kabarnya jika sudah ada toll langsung yang melewati muara yang menjorok ke dalam IKN tidak sampai 1 jam.

Banyak kendaraan berat lewat, maklum ada target deadline 17 Agustus 2024 akan ada upacara 17-an di IKN yang dihadiri oleh presiden Jokowi. Nah, ada warung makan Acang, yang dikepalai oleh keturunan Cina yang ternyata enak juga dengan rasa khas masakah Cina.

Setelah shalat, lanjut ke IKN yang melewati jalan naik turun (tidak rata). Setelah tiba tampak pohon-pohon ekaliptus yang biasa dijadikan bahan baku kertas. Sepertinya dulu tempat hutan untuk pabrik kertas.

Sepertinya masih on progress agar bisa jadi tempat rekreasi. Ada satu stan untuk nyewa foto-foto di titik nol IKN. Titik nol ditandai dengan satu gapura kecil buatan Badan Informasi Geospasial (BIG). Lihat orang-orang yang foto, jadi kepengen juga.

Hari ketiga (selasa) entah kenapa tiba-tiba di hotel ramai, banyak polisi, ternyata beberapa hari kemudian (hari jumat), presiden Jokowi menengok progres pengerjaan IKN. Tiga hari ternyata sudah cukup untuk melihat bagaimana kondisi Balikpapan yang sepertinya tidak lama lagi akan ramai. Oiya, jangan lupa beli Mantau rasa sapi lada hitam ya …

Mem-bo-san-kan

Di dunia per-medsos-an, atau mungkin saat ini yg lebih tepat per-tik-tok-an, bosan merupakan indikator kalau suatu konten gagal. Tiap orang berusaha membuang jauh-jauh istilah tersebut kalau ingin tetap diperhatikan. Di sinilah problem untuk bangsa kita, dengan jumlah nitizen yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Apakah ini baik-baik saja?

Untuk menarik perhatian usaha membuat sesuatu itu tidak membosankaan adalah baik, tetapi lebih baik lagi membuat sesuatu yang membosankan menjadi menarik. Mbah surip pernah menyanyikan lagu dengan lirik ” bangun tidur, tidur lagi. Bangun lagi, tidur lagi. Bangun … tidur lagi, hahaha”. Unik juga, sesuatu yang membosankan bisa dikemas menarik.

Sebagian besar kegiatan kita sehari-hari pun bisa dibilang membosankan, akan tetapi toh tetap harus dijalankan. Jika kita perhatikan anak-anak, mereka melakukan sesuatu yang bagi kita membosankan dan tidak menarik dengan keceriaan. Ternyata salah satu prinsip yang mereka jalankan adalah keingintahuan atau kalau dalam bahasa Inggris curiosity. Atau dalam istilah kekiniannya: kepo. Anak-anak ingin tahu segala hal, maka bagi mereka kehidupan tidak ada yang membosankan. Repotnya ketika masuk dunia pendidikan, khususnya pendidikan di negara kita, keingintahuan secara perlahan berkurang.

Saya pernah menghadiri pelatihan seminggu tentang penulisan artikel ilmiah. Dalam kondisi habis sesi ISHOMA, hawa kantuk mulai menyelimuti peserta dan sang profesor pun agak kesulitan dalam mengatasi kondisi membosankan.

Karena ngantuk saya coba untuk menggunakan ke-kepo-an saya. “Prof, mengapa judul gambar di bawah tetapi judul tabel di atas?”, wajah sang profesor pun tiba-tiba cerah. Sepertinya terkejut senang karena ada juga yang memperhatikan. Dia menjelaskan dengan sedikit logika bahwa judul tabel di atas karena tabel tumbuh ke bawah, sementara judul gambar di bawah karena biasanya gambar tumbuh ke atas, walaupun ada gambar tertentu yang memang tumbuh ke bawah, misalnya bagan organisasi. Lihat, sesuatu yang membosankan ternyata bisa juga menarik.

Einstein enggan dibilang orang cerdas, dia hanya ingin dibilang orang yang selalu ingin tahu. Nah, rendah hati bukan? Ya, rendah hati adalah salah satu obat kalau ingin memiliki sifat ingin tahu.

Saya pernah ikut kuliah umum pada mata kuliah tertentu tentang GIS, selesai presentasi beberapa mahasiswa bertanya. Yang unik adalah terkadang pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang berasal dari Jepang adalah pertanyaan yang menurut saya waktu itu biasa saja, kalau tidak ingin dibilang ‘katro’, kalau dalam istilah anak gaul “ya elah, gitu aja kok nanya”. Tapi kalau dipikir-pikir, namanya orang bertanya pasti maksudnya ingin tahu kan? bukan ingin dipuji. Jadi jika ada keingintahuan di hati kita, buang jauh-jauh gengsi, takut dibilang bodoh, dan lain-lain.

Ketika masih mengagung-agungkan gengsi maka salah sendiri jika menderita karena tidak tahu, mirip puisi Khairil Anwar “Bukan maksudku mau berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing’. So, agar tidak bernasib malang, buang jauh-jauh gengsi agar tidak ‘malu bertanya sesat di jalan’ menyelimuti kita. Yang tidak sedang tugas belajar pun jika selalu ingin tahu, maka berarti lifelong learning ada dalam diri kita. Oiya, sebaiknya jangan pangkas keingintahuan hanya pada gossip, atau ghibah, atau perpolitikan praktis yang saat ini sedang jadi alat baik media massa ataupun medos agar jadi trending topic, gunakan untuk pekerjaan/tugas sehari-hari juga, dan semoga pekerjaan dan tugas kita hari ini lancar ya gays.

Kita Ingin Diperlakukan Sama

Cepat sekali waktu berlalu, tahu-tahu sudah mulai bulan puasa lagi. Beberapa kegiatan banyak yang numpuk minggu-minggu menjelang bulan penuh berkah ini. Hari jumat ini, sudah bisa ditebak, tema kutbah Jumat pasti tidak jauh dari perintah puasa.

Salah satu ayat yang terkenal adalah Al-Baqarah ayat 183 tentang perintah untuk berpuasa. Yang unik dari surat ini adalah “..sebagaimana telah diwajibkan kepada kaum-kaum sebelum kamu..”. Argumen sederhana yang menyentuh salah satu sifat manusia yang selalu membanding-bandingkan dan iri jika diperlakukan tidak adil.

Perintah sunat pun perlu narasi penjelasan bahwa perintah tersebut telah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya bahkan sejak jaman nabi Ibrahim a.s. Sepertinya sifat ingin diperlakukan sama merupakan bawaan dari manusia.

Ketika diimplementasikan pada kebijakan, hasilnya pun serupa. Kalau tidak membeda-bedakan, hasilnya dijamin akan damai, sebaliknya jika ada perlakuan yang membeda-bedakan, diskriminasi, dan sejenisnya, pasti ada penolakan. Mirip apartaid di Afrika Selatan, atau jaman penjajahan Belanda dulu, tidak akan lama, penguasa akan runtuh. Bukan hanya sekedar sama, tentu ada unsur keadilan juga. Mirip permintaan Nabi Muhammad SAW yang meminta adanya perlakuan khusus untuk umatnya yang umurnya singkat, berbeda dengan jaman nabi-nabi yang terdahulu yang bisa sampai ratusan tahun usianya. Akhirnya diberikanlah malam Lailatul Qadar, yang satu malam jika beribadah setara dengan 1000 bulan atau sekitar 83 tahun.

Untuk pemerintahan yang sebentar lagi berganti, jika ingin damai, sebaiknya kebijakan tidak membeda-bedakan, karena tidak ada yang suka diperlakukan berbeda dengan yang lain.

Katanya Kita Semua Sakit Jiwa

Berbeda dengan sakit fisik/jasmani dimana kita langsung ke klinik, mumpung ada BPJS, sakit jiwa biasanya santai saja, karena kita tidak merasa sakit.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca novel karangan Sydney Seldom berjudul ‘Naked Face’. Novel ini menceritakan seorang psikiater yang menangani beragam pasien sakit jiwa, dari yang kecil, sedang, hingga parah. Suatu waktu ada seorang pasien yang ternyata istri seorang bos Mafia Italia, yang bermaksud memerlukan bantuan psikiater tersebut untuk menyembuhkan masalah kejiwaan sang suami. Walaupun si wanita tersebut tidak menceritakan bahwa suaminya seorang mafia, tetapi mata-mata si mafia mengetahui bahwa istrinya mengunjungi psikiater.

Alhasil, khawatir rahasia sang bos mafia terbongkar akhirnya nyawa sang psikiater terancam. Walau berat, karena banyak polisi yang jadi antek mafia, alhasil ketika berhadapan dengan si bos mafia, dengan ilmu psikologisnya si psikiater mampu mempecundangi bos mafia sampai tewas. Di akhir cerita si psikiater menangis terus, ketika ditanya oleh sang detektif dengan sedih sang psikiater berkata, “ibarat seorang dokter, si penjahat itu adalah orang sakit yang seharusnya menjadi pasien saya, saya yang ditugasi menyembuhkan tidak seharusnya malah membunuh orang yang sakit”.

Sang psikiater juga mengatakan bahwa setiap orang ada penyakit jiwa yang seharusnya bisa disembuhkan, misalnya luka/trauma lama, dan sejenisnya, atau yang saat ini sedang trend adalah sakit jiwa akibat kalah pemilu.

Oke, sekian dulu tulisan singkat ini, semoga kita yang sama-sama, maaf sakit jiwa, bisa sembuh .. minimal jika belum sembuh tidak memperburuk keadaan bangsa yang sedang berusaha menjadi negara maju ini.

Ingin Begini, Ingin Begitu

Yang suka nonton film doraemon pasti mengenal judul di atas, yang sering muncul saat awal film. Dari bayi yang baru lahir, anak-anak, hingga orang dewasa pasti ingin sesuatu. Bukan hanya itu, organisasi pun ada yang diinginkan. Istilahnya objektif yang akan dicapai. Kalau istilah perusahaan, berbeda-beda, misalnya visi misi, atau istilah lain misalnya north-star metric ala GOJEK.

Google, sebagai perusahaan ternama yang menguasai dunia IT memanfaatkan istilah Objectives and Key Results (OKRs). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang kapitalis ternama: John Doerr, dengan formula ternamanya [link]:

I will … as measured by …

Ketika formula tersebut diimplementasikan pada OKRs maka menjadi I will (Objective) as measured by (Key Result). Sangat sederhana, begitu juga waktu pengukurannya biasanya tiap bulan dan bukan tiap tahun. Jika anda ‘ingin’ tapi tidak tahu cara mengukurnya maka itu dikatakan bukan ‘goal/tujuan’. Jadi apapun keinginan Anda harus tahu ukuran ketercapaiannya.

Misal Anda seorang mahasiswa, ketika ingin lulus maka alat ukurnya adalah tentu saja harus bisa diukur tiap bulan jika menerapkan OKRs. Kalau ukurannya nilai mata kuliah, maka itu terlalu lama, so .. nilai tugas, latihan, absen dan lain-lain yang bisa diukur perbulan harus ada. Untuk dosen biasanya diukur tiap semester dalam bentuk beragam, yang jelas untuk yang sudah tersertifikasi bisa menggunakan BKD, untuk per bulan? silahkan cari sendiri.

Untuk yang sedang S3? Nah ini sedikit unik mengingat S3 adalah riset. Banyak rekan saya yang sanggup menjalankan OKR saat di fasa course, tapi kewalahan saat fasa riset. Biasanya mengukur lewat latihan-latihan soal, tugas, dan lain-lain terkait kuliah, kini saat riset harus mengukur progress tiap bulan. Alhasil, karena terlalu lamanya ukuran dari kampus (seminar progress) karena terlena akhirnya tidak sanggup mengejar deadline. Ada satu hal yang diwajibkan saat penelitian, yakni log book. Walaupun ini sekedar mencatat, bisa dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana progres yang telah tercapai, sehingga bisa digunakan untuk mencapai objective-objektive kecil yang menjawab objective utama.

Ok, selamat menyelesaikan objektif-objektif Anda, semoga lancar. Jangan terpengaruh objektif-objektif orang lain yang bukan objektif kita ya, e.g., menjadi presiden, DPR, dan lainnya, … nanti dikhawatirkan objektif utama kita malah terlupakan, selain tentu saja membuat tekanan darah kita tidak normal.

Pendapat Anda

Manusia ketika lahir tidak memiliki skill seperti hewan, misalnya kerbau, sapi, kambing, dan lain-lain yang ketika lahir langsung bisa jalan. Manusia harus belajar, entah dari orang tua, lingkungan maupun bangku sekolah. Berbeda dengan seorang pawang/pelatih hewan melatih binatang peliharaan, melatih manusia jauh berbeda karena manusia memiliki kesadaran.

Di tahun 80an, di jaman guru sangat mendominasi, galak, penuh dengan hukuman, sebagian besar siswa cenderung takut mengeluarkan ide, pendapat, dan aspirasi lainnya. Jangankan protes bertanya pun takut, apalagi mengeluarkan pendapat. Berbeda dengan saat ini, guru harus berhati-hati, jangan sampai kebablasan dalam menghukum, bisa-bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib. Hal ini ditunjang oleh banyak tools/alat bantu belajar seperti Google dan yang terkini adalah ChatGPT, serta alat bantu berbasis AI lainnya. Kehebatan guru tidak terlau dominan lagi.

Nah, untuk Anda yang mengalami luka lama seperti saya yang mengalami pendidikan di sisa-sisa jaman penjajahan dahulu, ada sedikit trik yang bisa digunakan, khususnya jika akan lanjut kuliah lagi (S3 khususnya). Jenjang S3 memang menuntut adanya Tesis yang berupa pendapat terhadap kasus tertentu yang akan diuji saat sidang, baik progress, tertutup, maupun terbuka.

Pendapat merupakan satu alat ukur mengenai hal-hal yang ada di kepala kita. Misalnya kita membaca sebuah buku, tanpa adanya ‘ujian’ berupa entah pertanyaan terkait buku atau resensi/kritik, kita tidak bisa mengatakan telah membaca buku itu. Pendapat juga merupakan satu alat bantu untuk mencari kebenaran. Berbeda dengan ilmu pasti, khususnya ilmu sosial sebagian besar tidak 100% benar atau 100% salah.

Kemarin, tanggal 14 Februari 2024, sebagian besar penduduk mengeluarkan pendapat lewat pemilu. Di sini rakyat yang beragam tingkat pendidikan, kepercayaan, kekayaan, dan lain-lain menyalurkan pendapat mengenai siapa pemimpin negara 5 tahun ke depan. Kedewasaan kita dalam menerima pendapat yang berbeda diuji, apakah kita marah dengan orang yang beda pendapat dengan kita, ataukah menerima karena tiap orang punya pandangan yang berbeda.

Itulah menariknya manusia, karena memiliki pendapat yang beragam. Suatu malam saat saya tinggal di kos-kosan di Yogya, rekan saya yang suka begadang, asyik mengobrol dengan temannya. Suaranya terdengar hingga kamar tidur saya. Tidak terlalu berisik sih, cuma omongannya membuat kepala saya aktif kembali dan jadi sulit tidur. “Eh, menurut kamu, bintang itu isinya apa ya?”, tanya rekanku di ruang tamu kos yang memang tidak ada atapnya sehingga langit terlihat jelas. “Apa ya?”, jawab teman satunya lagi, sepertinya berfikir keras. “Menurut pendapat saya, itu seperti batu, cuma nyala aja”, jawab si penanya. Upss .. praktis saya jadi ikut mikir di tempat tidur sendirian. Anda yang membaca tulisan ini kalo jadi ikutan tidak bisa tidur .. Sorry ye.