Istilah Big Data muncul bersamaan dengan perkembangan hardware dan software, termasuk media sosial seperti facebook, twitter, tiktok, instagram, dan sebagainya. Secara sederhana, Big Data dengan konsep volume, velocity, veracity, dan variety, merupakan kumpulan data yang tidak mudah disimpan dalam penyimpanan konvensional [link]. Untuk mengolahnya butuh piranti yang kuat (super computer), dan beberapa software seperti Matlab memperkenalkan konsep pemrosesan Tall Array [link], dimana untuk uji coba digunakan data sederhana, setelah ok baru data yang besar agar ketika testing tidak memberatkan kinerja komputer.
Sebenarnya konsep big data adalah data yang buruk lebih baik dari pada tidak ada data. Namun, jika kurang pandai mengelola data dapat dipastikan hasil kurang relevan, tidak akurat atau tidak bermakna. Jadi Big Data memerlukan satu komponen lain yaitu Algoritma, dimana saat ini penerapannya disertai dengan Artificial Intelligence. Dengan algoritma yang tepat disertai pemrosesan paralel, pengolahan Big Data jadi lebih mudah dan cepat.
Bagaimana dengan “brainware”? Dalam hal ini adalah manusia. Berbeda dengan komputer yang bisa dijalankan secara paralel, kita sebagai manusia ternyata tidak sanggup paralel. Istilah multitasking sebenarnya bukan bersamaan secara paralel melainkan berganti-ganti secara cepat. Repotnya, tiap berganti memerlukan delay yang secara total mengurangi performa. Bahkan ada psikolog yang meneliti ketika mengerjakan suatu tugas psikis, jika sering diinterupsi, kerap terjadi error/kesalahan. Peneliti lain menghasilkan informasi adanya penambahan waktu sekitar 30% jika dua aktivitas dilakukan secara bersamaan dibanding secara serial satu kali finish dilanjutkan dengan aktivitas kedua hingga finish juga [link]. Namun untuk tugas tertentu seperti petugas McD yang menerima pesan sekalian melakukan pembayaran lebih menguntungkan dengan orang yang sama mengingat penambahan waktu 30% tapi menurunkan membayar petugas yang terpisah.
Untuk melatih the power of one sederhana, kerjakan satu aktivitas satu saja, hilangkan gangguan seperti notifikasi, berita yang tiba-tiba muncul di browser, youtube kesukaan, dan sejenisnya. Kemampuan untuk ‘bersikap bodo amat’ terkadang perlu [link], maksudnya adalah menyingkirkan yang tidak penting. Sehingga kemampuan ‘mengupas’ hal-hal yang tidak perlu hingga yang tinggal adalah hal yang perlu dikerjakan, dijamin tugas akan selesai. Prinsip the power of one ini merupakan awal dari prinsip ‘do less and obsess’ konsep yang mendorong seseorang untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan mendalam daripada mencoba melakukan terlalu banyak hal dengan sekali waktu.
Orang pun senang dengan the ‘power of one’. Manakah yang lebih Anda sukai, berdialog dengan orang yang kerap membaca notif dari HP dengan orang yang fokus mendengarkan dan merespon pembicaraan dengan Anda. Sekian, semoga bermanfaat.