Entah dalam bekerja maupun kuliah, terkadang ada tugas yang harus dikerjakan dalam bentuk kelompok. Sebagian besar kelompok yang kita ada di dalamnya biasanya berbeda-beda karakteristik personilnya. Apalagi jika Anda kuliah di luar negeri dengan orang-orang dari berbagai kebudayaan dan lingkungan. Nah, repotnya terkadang tiap personil memiliki goal atau tujuan masing-masing, sehingga goal kelompok harus sejelas mungkin jangan sampai terganggu oleh goal masing-masing.
Peran besar Sukarno pada bangsa Indonesia adalah menyatukan seluruh rakyat Indonesia agar memiliki satu tujuan bersama, alias unifying Goal. Bangsa yang beragam suku, agama, ras, dan adat harus memiliki satu tujuan bersama, tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang terkenal. Pertarungan dua kubu perang dingin Uni Sovyet yang komunis dengan Amerika Serikat yang liberal membuat tujuan bersama bangsa Indonesia ketika itu di tahun 60an kacau balau tak menentu. Efeknya adalah terulang kembali kekacauan di akhir Era Majapahit, alias perang saudara.
Jika tujuan personil mengalahkan tujuan kelompok sudah dipastikan pekerjaan berat bakal dihadapi. Saya pernah memiliki kelompok saat kuliah yang menggabungkan mahasiswa master dengan doktoral. Repotnya adalah mahasiswa magister tidak masalah mendapat B, sementara mahasiswa doktoral harus nilai A, nilai B pada dasarnya tidak lulus. Bayangkan jika mahasiswa magister yang kebanyakan mayoritas di kelompok memiliki tujuan cukup dapat B, dijamin mahasiswa doktoral akan bekerja keras, bahkan menjadi ‘single fighter’ agar minimal B+.
Dalam dunia kerja, misalnya kerjasama antara klien dan konsultan. Memang aslinya masing-masing memiliki tujuan di institusinya, misalnya konsultan memiliki banyak membimbing klien sementara klien mencapai tujuan perusahaannya. Tujuan utama mereka seharusnya menyelesaikan problem klien secepat dan sebaik mungkin, namun jika konsultan mengutamakan tujuan institusi kebanyakan menjaga agar klien tergantung terus dengan konsultan. Ada beberapa instansi pemerintah yang memiliki aplikasi dari konsultan tetapi source code tidak diberikan, kalau diberikan pun ternyata tidak bisa diakses. Sebagian lagi memasang server di tempat lain atau di tempatnya agar klien tergantung dan tidak bisa lepas dari konsultan itu.
Biasanya pemimpin yang baik akan melihat hal tersebut dimana tujuan bersama harus yang utama. Seperti pemimpin bangsa mungkin berasal dari partai tertentu, suku tertentu, agama tertentu, dan lain-lain yang sudah pasti memiliki tujuan individu dan kelompoknya. Namun untuk keberlangsungan bangsa, tujuan bersama harus di atas tujuan kelompok masing-masing, alias Unifying Goal harus tetap terjaga. Repotnya adalah terkadang tujuan kelompok menjadi yang utama sehingga setelah pemilu, ketidakpuasan merajalela, kritik tidak manusia kerap berseliweran di medsos dan media. Parahnya lagi jika pemimpin, misalnya menteri, masih memiliki tujuan kelompoknya menjadi tujuan utama.
Anak-anak muda kita merupakan pewaris bangsa yang di tahun 2045 kabarnya persentasenya tertinggi di dunia. Persentase tersebut tidak ada artinya jika masing-masing berjalan dengan tujuan sendiri dan melupakan bahkan tidak menganggap tujuan bersama. Jangankan tercapainya tujuan bersama, perpecahan bisa saja terjadi. Kalau bisnis mungkin kita bisa memilih bekeja sama dengan siapa, tetapi sebagai satu bangsa tentu saja tidak ada pilihan lain harus bisa bekerja sama dengan bangsa sendiri. Semoga kedepan bangsa kita menjadikan tujuan bersama lebih diutamakan dari tujuan individu dan kelompok.