Konon kabarnya kemenangan Donald Trump dibantu oleh intelligence media analytic yang mengandalkan pengaruh media sosial, salah satunya facebook [link]. Nah, kita akan memasuki pilpres dan pileg tahun depan, ada waktu sekitar 3 bulan untuk kampanye. Apakah waktu tersebut cukup?
Melihat kondisi geografis Indonesia yang tersebar dalam pulau-pulau, sangat sulit jika kampanye dilakukan dengan cara off line, turun ke lapangan. Dengan jumlah provinsi sebanyak 34 provinsi, tidak efektif hanya mengandalkan kunjungan langsung. Maka cara yang efektif tentu saja lewat media online.
Peran media analytic jadi sangat penting, selain untuk menebarkan kampanye positif (tentu saja kampanya negatif tidak etis). Beberapa mahasiswa sudah bisa membuat sentiment analysis dari twitter yang memang berbasis text. Nah, bagaimana dengan yang video? Tentu saja butuh sedikit usaha untuk mengkonversi ucapan menjadi tulisan, seperti video berikut:
Ketika video berhasil dikonversi menjadi tulisan, maka di sini Natural Language Processing (NLP) bekerja dengan memanfaatkan metode-metode yang ada, misal SVM, Naïve Bayes, BERT, dan sejenisnya, termasuk fasilitas khusus untuk bahasa selain Inggris, misalnya bahasa Indonesia. Berikut bagaimana menganalisa video menjadi sentiment analysis dan fasilitas lain seperti wordcloud.