Manusia ketika lahir tidak memiliki skill seperti hewan, misalnya kerbau, sapi, kambing, dan lain-lain yang ketika lahir langsung bisa jalan. Manusia harus belajar, entah dari orang tua, lingkungan maupun bangku sekolah. Berbeda dengan seorang pawang/pelatih hewan melatih binatang peliharaan, melatih manusia jauh berbeda karena manusia memiliki kesadaran.
Di tahun 80an, di jaman guru sangat mendominasi, galak, penuh dengan hukuman, sebagian besar siswa cenderung takut mengeluarkan ide, pendapat, dan aspirasi lainnya. Jangankan protes bertanya pun takut, apalagi mengeluarkan pendapat. Berbeda dengan saat ini, guru harus berhati-hati, jangan sampai kebablasan dalam menghukum, bisa-bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib. Hal ini ditunjang oleh banyak tools/alat bantu belajar seperti Google dan yang terkini adalah ChatGPT, serta alat bantu berbasis AI lainnya. Kehebatan guru tidak terlau dominan lagi.
Nah, untuk Anda yang mengalami luka lama seperti saya yang mengalami pendidikan di sisa-sisa jaman penjajahan dahulu, ada sedikit trik yang bisa digunakan, khususnya jika akan lanjut kuliah lagi (S3 khususnya). Jenjang S3 memang menuntut adanya Tesis yang berupa pendapat terhadap kasus tertentu yang akan diuji saat sidang, baik progress, tertutup, maupun terbuka.
Pendapat merupakan satu alat ukur mengenai hal-hal yang ada di kepala kita. Misalnya kita membaca sebuah buku, tanpa adanya ‘ujian’ berupa entah pertanyaan terkait buku atau resensi/kritik, kita tidak bisa mengatakan telah membaca buku itu. Pendapat juga merupakan satu alat bantu untuk mencari kebenaran. Berbeda dengan ilmu pasti, khususnya ilmu sosial sebagian besar tidak 100% benar atau 100% salah.
Kemarin, tanggal 14 Februari 2024, sebagian besar penduduk mengeluarkan pendapat lewat pemilu. Di sini rakyat yang beragam tingkat pendidikan, kepercayaan, kekayaan, dan lain-lain menyalurkan pendapat mengenai siapa pemimpin negara 5 tahun ke depan. Kedewasaan kita dalam menerima pendapat yang berbeda diuji, apakah kita marah dengan orang yang beda pendapat dengan kita, ataukah menerima karena tiap orang punya pandangan yang berbeda.
Itulah menariknya manusia, karena memiliki pendapat yang beragam. Suatu malam saat saya tinggal di kos-kosan di Yogya, rekan saya yang suka begadang, asyik mengobrol dengan temannya. Suaranya terdengar hingga kamar tidur saya. Tidak terlalu berisik sih, cuma omongannya membuat kepala saya aktif kembali dan jadi sulit tidur. “Eh, menurut kamu, bintang itu isinya apa ya?”, tanya rekanku di ruang tamu kos yang memang tidak ada atapnya sehingga langit terlihat jelas. “Apa ya?”, jawab teman satunya lagi, sepertinya berfikir keras. “Menurut pendapat saya, itu seperti batu, cuma nyala aja”, jawab si penanya. Upss .. praktis saya jadi ikut mikir di tempat tidur sendirian. Anda yang membaca tulisan ini kalo jadi ikutan tidak bisa tidur .. Sorry ye.