Study Tour

Kecelakaan yang merenggut nyawa siswa SMK beberapa waktu yang lalu membuat munculnya penolakan terhadap adanya study tour siswa sekolah menengah, khususnya saat kelulusan atau saat liburan. Banyak penyebab adanya musibah itu dari kelalaian, hingga memang sudah ajal yang bisa kapan saja dan dengan cara apa saja. Sebagai orang tua mungkin kita was-was jika ada kegiatan di luar sekolah, apalagi ke daerah yang sulit seperti puncak misalnya.

Sebagai ketua program studi sering kali saya menerima pesan WA dari orang tua yang menanyakan kabar anaknya, terutama jika tidak pulang ke rumah, misalnya acara mahasiswa pencinta alam (MAPALA) yang memang kerap kumpul di luar. Kembali ke kondisi pembelajaran saat ini akibat pandemi COVID 19 terkadang menjadikan kontroversi antara kuliah online dengan offline, dengan bantuan AI atau tidak. Prof Renald Kasali dalam video youtube-nya menyarankan mendidik anak-anak/siswa agar menjadi Driver bukan Passenger. Terkadang diberi tugas ke luar negeri sendiri agar merasakan problem-problem yang terjadi di lapangan dan menyelesaikannya dengan cara dan usaha sendiri.

Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diganti dengan perkuliahan online. Terkadang siswa tidak sekedar menerima transfer ilmu dari pengajar. Siswa bisa mendapat inspirasi dari pengajar bagaimana berinteraksi, bagaimana pengajar, guru, dosen atau pelatih menghadapi permasalahan. Inspirasi yang merupakan gabungan dari softskill dan hardskill inilah yang tidak bisa diperoleh dari pembelajaran online. Banyak kegiatan-kegiatan yang tidak bisa digantikan oleh dunia online, misalnya kunjungan langsung, magang, hinggak Kuliah Kerja Nyata (KKN).

KKN di Kec Bayan Purworejo Tahun 2000 dengan Dosen DPL

AI sendiri jika dikombinasikan dengan cara pembelajaran yang tepat sangat membantu, mengingat pengajar bisa fokus ke hal-hal lain yang berkaitan dengan kreativitas, perencanaan, hingga pendekatan antar individu terhadap siswa. Hubungan dengan guru pun tidak putus walaupun anak didik telah lulus. Semoga kita tetap kuat menyongsong masa depan yang kian kompleks. Di akhir tulisan di salah satu artikel di majalah TIME ada satu komen yang menarik di akhir ulasan mengenai apakah AI bisa menggantikan pengajar:
I’ve been to former students’ weddings and baby showers and funerals of their parents,” says Millard, the high school English teacher in Michigan. “I’ve hugged my students. I’ve high-fived my students. I’ve cried with my students. A computer will never do that. Ever, ever.”—Updated excerpt from TIME, Aug. 8, 2023.

Syukuran Kelulusan dengan Promotor