Tiap generasi memiliki karakter masing-masing. Tidak dapat dipungkiri lingkungan sangat berpengaruh terhadap kejiwaan orang yang berada di dalamnya. Uniknya manusia merupakan makhluk yang amat adaptif, yang mampu menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Prinsip yang paling bertahan adalah yang adaptif ternyata terbukti. Dinosaurus yang perkasa pun punah, malah cicak yang kecil mampu beradaptasi dan eksis sampai sekarang.
Kita yang bisa bertahan dari pandemi memiliki kemampuan beradaptasi terhadap virus mematikan tersebut. Konon, resesi saat pandemi kemarin persentasenya sama dengan ketika perang dunia kedua, toh kita mampu melaluinya. Kalau lihat mbah saya dulu, ketahanan mereka bertani, mengangkut rumput berat di pundaknya, berbeda dengan ayah dan ibu saya, satu bekerja di kantor, satu lagi membantu dengan usaha kecil-kecilan lewat dagangan di rumah. Lalu saya dan istri yang mengajar, berbeda pula dengan generasi anak saya, khususnya yang paling kecil yang disebut generasi z (gen z). Sering pula generasi itu disebut generasi strowberi yang rawan emosinya.
Mbah kita mungkin tidak masalah mendidik ayah/ibu kita, dilanjutkan ke kita anaknya pun tidak terlalu bermasalah juga. Walau sulit protes toh kalau tidak cocok akibat paksaan, generasi yg disebut gen x tetap bisa beradaptasi dan fleksibel. Walau masih ga habis pikir kenapa dulu ditaboki tanpa alasan yg jelas di sekolah, tetapi tetap saja nurut dan menghormati, apalagi yang saat ini masih hidup dan sudah jompo.
Gen z yang memang sejak lahir sudah diberikan gadget dan aplikasi yang serba instan dan memanjakan membuat mereka manja. Sebagai orang tua harus mau tidak mau mengalahkan gadget dari sisi respon menjawab, menyemangati, dan selalu hadir. Kalau tidak, mereka akan lebih dekat ke smart phone. Banyak yang mengkhawatirkan kondisi mereka nanti yang akan menggantikan kita. Ada yang khawatir karena terkenal malas, manja, kurang tangguh, namun saya yakin Allah tuhan semesta alam mungkin punya rencana lain. Mereka yang hidup di zamannya sudah pasti dibekali dengan kemampuan adaptif yang mungkin saja otak kita tidak sanggup memikirkannya. Jadi, kadang generasi ‘peniru’ dan ‘latah’ ya diajari dengan mencontohkan saja. Para guru, orang tua, pejabat, pemerintah, ya tunjukan yang ‘wah’, ‘hebat’, ‘cool’, dan sejenisnya ke para gen z ini agar mereka meniru, bukan sebaliknya ya, semoga dugaan saya benar.