Reformasi Pendidikan Tinggi di Indonesia: Tantangan dan Harapan

Berbicara masalah pendidikan di Indonesia ternyata rumit. Berbeda dengan negara-negara tetangga yang kecil, Indonesia selain luas, juga beragam. Kesenjangan kualitas SDM antara timur dan barat, serta kondisi sosial tertentu sangat mempengaruhi keberagamannya.

Nah, disini kita hanya bicara pendidikan tinggi. Memang, pendidikan dasar dan menengah tidak kalah penting, tetapi pendidikan tinggi sangat mempengaruhi masa depan. Kalau dasar dan menengah memang karena harus dan wajib ada. Syukurlah, sudah ada perbedaan antara kementerian pendidikan dengan pendidikan tinggi (kemendiktisaintek).

Kelemahan lulusan S1 di negara kita ternyata di luar dugaan, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Ini sedikit mengejutkan saya, karena generasi saya yang namanya membaca dan menulis bukan hanya di bangku kuliah, saat SMA pun sudah dimulai, minimal dasar-dasarnya.

Reformasi yang lain menurut mendiktisaintek yang baru adalah sifat struktural di dunia pendidikan yang bersifat kolegial, bukan atasan – bawahan. Dekan, Kaprodi, dan lain-lain sudah selayaknya ditunjuk, bukan seperti pilpres atau pilkada, pemaparan visi-misi, dan sejenisnya.

Beberapa aturan terkadang perlu dihapus, khususnya yang menghambat inovasi dari dosen-dosen. Seperti gaya mengajar, tata cara, administrasi yang mengganggu tri darma sebaiknya dibuang, dan fokus ke yang diistilahkan beliau, ‘kepatutan’.