Negara kita merupakan negara berkembang yang sejak awal dibentuknya melalui pertarungan menghadapi penjajah. Pertarungan selanjutnya adalah mengisi kemerdekaan. Ketertinggalan kita banyak yang menduga karena negara kita yang subur, makmur, dan seperti dalam lagu koes plus, ‘tongkat dan kayu jadi tanaman’. Akibatnya, kehilangan jiwa bertarung (fight) sehingga dengan mudahnya penjajah yang lebih maju masuk ke bumi pertiwi.
Saat ini kita mulai memiliki keunggulan dari sisi jumlah SDM muda, yang diistilahkan ‘bonus demografi’. Tinggal bagaimana orang tua menciptakan jiwa bertarung dari anak-anak kita, tidak perduli pria maupun wanita. Bertarung di sini bukan bertarung seperti binatang, atau anak-anak yang tawuran, melainkan berusaha mengungguli dari yang lain, syukur-syukur mengungguli negara lain.
Kabarnya generasi yang termuda, generasi alpha sering diistilahkan dengan generasi ‘strawberry’, alias generasi yang rapuh dan mudah ‘penyok’. Tugas besar guru dan dosen, apalagi orang tua adalah merubah generasi kaleng krupuk itu menjadi generasi baja, secepatnya sebelum terlambat.
Nah, salah satu cara mengajari yang efektif adalah memberi contoh. Generasi muda akan melihat bagaimana para orang tua, pemimpin, guru, dosen, dan senior-senior bertarung dalam mencapai cita-cita, target, sasaran, dan sejenisnya. Kemampuan meliuk-liuk di sela-sela undang-undang yang tarik ulur, misalnya terkait pendidikan, tidak boleh melemahkan jiwa bertarung para guru dan dosen. Yang sedang studi lanjut, atau yang sedang ingin naik pangkat, tetap fokus, jika mentok, cari jalan lain, asalkan halal. Ada tidaknya tunjangan kinerja (tukin) tidak perlu diambil pusing. Terus dalam kondisi ‘lapar’, seperti singa yang garang tak kenal takut. Semoga kita bisa kuat di hari-hari yang akan datang.