Ilmu-Ilmu Dasar yang Tetap Dibutuhkan

Salah satu pembeda orang yang belajar sekarang dengan jaman dulu adalah adanya Artificial Intelligence (AI). Jika jaman dulu mencari informasi itu sulit, mahal, dan perlu usaha keras, saat ini sangat mudah dan terbiasa di mana-mana (di internet). Ada informasi beberapa jurusan ter-disrupsi, misalnya programmer yang tergantikan dengan AI. Namun, mbah-nya AI mengatakan, tetap saja jurusan ilmu komputer dicari (Link).

Nah, yang membuat jurusan ilmu komputer tetap penting adalah justru ilmu-ilmu lain yang dipelajari, seperti matematika, statistika, dan sejenisnya. Walau dalam waktu beberapa bulan suatu ilmu segera usang, tetap saja skill ‘belajar’ yang diperoleh, misalnya dari belajar pemrograman, tetap melekat di sisi siswa. Seperti orang yang belajar bahasa asing, misalnya bahasa Jepang, sebenarnya ketika belajar, ada aspek-aspek tertentu yang membentuk siswa itu memiliki kemampuan mempelajari sesuatu, yang makin lama makin cepat dan mahir mempelajari hal baru.

Anda mungkin pernah membaca buku. Terkadang orang yang pesimis mengatakan bahwa tidak ada manfaatnya membaca buku, toh tidak pasti digunakan. Bahkan terkadang terlupakan dalam beberapa bulan ke depan. Namun, ketika seseorang membaca (atau mempelajari hal baru), sebenarnya manfaatnya pada terbukanya fikiran (insight) hasil dari bacaan tersebut. Bahkan ke depan seorang guru yang ‘menginspirasi’ jauh lebih penting dari apa yang diajarkan. Bagaimana siswa melihat si guru mencari letak kesalahan kode program, menyelesaikan masalah, atau pengalamannya dalam menuntut ilmu di negara asing, bisa menambah wawasan siswa. Kedekatan terkadang bisa membedakan antara offline dengan online.

Ilmu terus berkembang, dimana saat ini mungkin benar dan tepat, belum tentu di masa yang akan datang pasti tepat. Terkadang kasus-kasus tertentu tidak bisa diselesaikan dengan buku teks, sehingga muncul jurnal-jurnal yang menjabarkan hal-hal baru yang bisa mematahkan teori lama. Beberapa bidang memanfaatkan riset yang diolah kemudian dengan statistik. Kebetulan saya mengajar siswa agribisnis, fakultas pertanian UNISMA Bekasi, yang kali ini mulai masuk ke statistika terapan, dengan software SPSS. Sebelumnya video berikut masuk dulu ke Excel, guna menjebatani sebelum masuk ke software tersebut.

Vosviewer Untuk LSR

Peneliti dalam melakukan publikasi terkadang melibatkan peneliti-peneliti lain. Terkadang bidang ilmu yang berbeda. Untuk mengetahui informasi terkait bagaimana terlibatnya antara satu peneliti dengan peneliti lain, beberapa tools tersedia salah satunya adalah Vosviewer. Aplikasi berbasis Java ini memanfaatkan diagran network.

Selain itu suatu term atau kata kunci tertentu, yang merupakan topik penelitian, dapat dirunut pihak-pihak yang terlibat, bahkan dalam bentuk klasterisasi dalam bentuk diagram network yang cantik. Tentu saja untuk lebih detil, perlu mencari kelemahan dan kelebihan jurnal-jurnal yang jadi rujukan.

Video berikut menggambarkan bagaimana menginstal Vosviewer di Mac. Yang perlu jadi perhatian adalah Mac OS terkadang tidak bisa menjalankan Aplikasi ini. Untungnya ada versi yang dijalankan lewat Java Runtime Environmen (JRE), suatu aplikasi *.Jar.

Salah satu keunggulan dari Vosviewer adalah kemampuan memetakan siapa saja Author yang menjadi pioneer suat tema penelitian. Tentu saja diperlukan data CSV yang diperoleh dari Scopus, misalnya.

Sekian, semoga informasi singkat ini bermanfaat.

Investasi

Terkadang kita harus memperhitungkan semua aspek, tidak hanya untung rugi, menang kalah, dan lain-lain. Misanya anak yang sekolah. Kalau orang tua hanya melihat dari sisi untung rugi, dia akan cenderung mencari yang gratis, kalau perlu tidak sekolah, langsung saja ikut orang tua berdagang, mencari ikan, berladang, dan lain-lain.

Nah, orang tua yang melihat pendidikan sebagai investasi akan berfikir lain. Kalau harus bayar, walau mahal, tetapi memiliki manfaat ke depan yang lebih besar, orang tua jenis ini akan suka rela menggelontorkan dana yang besar. Kalau si anak juga memahami, maka klop, orang tua dan anak memahami investasi. Bahkan, selain pendidikan formal, pendidikan non formal pun dijalani.

Ada juga hal lain yang perlu diperhatikan, yakni masa depan yang tidak jelas, khususnya di negara kita. Selain pendidikan, banyak investasi yang bisa ditempuh, seperti network, pertemanan, asosiasi, dan sejenisnya. Bukan investasi seperti saham, crypto, dan lain-lain saja ya. Saya termasuk orang introvert (lengkapnya INFJ), kalau tidak ikut asosiasi, perbanyak network, relasi, tidak akan dikenal di mana-mana. Alhamdulillah, karena itu bisa ada saja jalan. Terkadang diminta mengajar dengan bayaran murah saya terima dengan alasan network, baik dengan yang menawarkan maupun orang-orang yang saya ajar, apalagi mereka bukan orang sembarangan.

Sederhana saja, misalnya Youtube. Youtuber2 ternama kebanyakan berhasil karena di awal tidak fokus mencari pemasukan, melainkan menginvestasikan tenaga dan usaha, dimana di awal tidak fokus ke pemasukan dulu. Lihat saja startup-startup yang berhasil sekarang ini, tetap eksis karena ada istilah ‘bakar duit’, alias investasi dulu di awal baru mengeruk keuntungan di akhir, setelah stabil. Atau setelah kompetitor-kompetitornya colaps.

Oke, semoga tulisan ini juga investasi, walaupun terkesan tidak ada pemasukannya. Minimal ada pahala dan sesuai dengan visi blog ini, ‘just for a little kindness’.

Ketika Angin Perubahan Menerpa

Lama juga saya vakum dalam aktivitas blogging. Banyak kejadian-kejadian di tempat saya mengajar, mulai dari alih kelola, hingga tawaran untuk pindah. Tiada yang abadi, termasuk kondisi terkini, yakni masuknya Muhammadiyah ke kampus. Rektor dan jajarannya sudah diganti, alhasil wajah UNISMA BEKASI pun berubah. Rencananya menjadi Universitas Muhammadiyah Indonesia. Tadinya ingin internasional, ternyata berubah rencana.

Untuk dua kaki saat ini agak berat, karena kampus kedua meminta saya untuk pindah rumah (homebase) mengingat akan buka kelas jauh (PSDKU) karena universitasnya sekarang unggul. Oleh karena itu, pindah homebase tidak serta merta pindah rumah ke kampus utama (di Sukabumi). Jadi masih bisa mengikuti proyek-proyek yang berjalan saat ini, maupun mengajar di institusi kepolisian.

Teringat awal tahun 2000an, ketika lulus kuliah dulu. Tidak ada satu pun perusahaan yang menerima saya menjadi karyawannya. Walau akhirnya berlabuh di akademi, yang saat ini jadi universitas besar, tetap saja statusnya honorer (atau disebut juga luar biasa, istilah satir yang berkaitan dengan bayaran yang ‘luar biasa’).

Sempat juga sambil mengajar bekerja di bank swasta nasional. Itu pun statusnya outsourcing, status yang bisa dibilang pegawai ‘anak tiri’. Tapi toh bisa belajar implementasi IT di perbankan. Yang mengecewakan justru di kampus kedua yang menolak saat melamar jadi dosen tetap, dengan alasan ijasah yang bukan komputer. Namanya orang jadul, mana ada jurusan komputer waktu itu. Di tahun 95 saja ketika saya mendaftar UPMTN, komputer di UGM hanya konsentrasi di prodi matematika, di bawah fakultas MIPA.

Nah, akhirnya ada juga kampus yang menerima saya bekerja, yakni Univ Islam 45 Bekasi. Walaupun tetap saja harus menjadi honorer dulu selama setahun sebelum dikontrak jadi dosen tetap. Lalu setahun kemudian jadi Dosen Tetap Yayasan (DTY). Saat wawancara, warek 1 mengatakan kalau take home pay saya (gaji) sebulan Rp. 850 ribu. Besar atau kecil kah? Sebagai perbandingan, sebelumnya walaupun outsourcing, dulu sudah Rp. 3 juta per bulan. Dapat dibayangkan turunnya penghasilan. Tetapi, toh bisa hidup, karena masih nyambi ngajar di dua kampus lain, STMIK Nusa Mandiri dan Univ Darma Persada. Namun satu-satunya organisasi yang mempercayakan saya menjadi dosen tetap yayasan, membuat haru. Apalagi dapat serdos dan studi lanjut (walau dengan biaya DIKTI) membuat saya ‘harus setia’.

Nah, sampailah di penghujung 2018, ketika kampus ditawarkan ke Muhammadiyah untuk alih kelola. Akhirnya seluruh karyawan haru ‘di nol kan’ masa kerjanya, dengan diganti pesangon. Tapi ternyata dalam kurun waktu 6 tahun, kondisi masih ‘alot’. Karena kondisi ga jelas, dana kurang, pemasaran sulit, akhirnya kampus univ Islam 45 ‘menyerah’. Berakhirlah yayasan lama yang selama ini mempercayakan saya sebagai dosen tetap yayasan. Berakhir pula hutang budi saya, dan kini ingin terbang bebas. Semoga dilancarkan, amiin.

AI dan Cybersecurity: Dua Kunci Karier Masa Depan

Menurut informasi dari World Economic Forum, pada tahun 2030 pekerjaan yang paling dibutuhkan adalah di bidang Artificial Intelligence (AI) & Big Data dan Network & Cybersecurity. Informasi resmi ini dapat dilihat melalui tautan resmi WEF yang menunjukkan dominasi bidang-bidang tersebut. Mau tidak mau, para praktisi di bidang ilmu komputer harus mulai memahami dan mendalami dua ranah penting ini.

Untuk bidang AI, hal ini umumnya tidak menjadi masalah karena sebagian besar cabang ilmu komputer memang sudah mencakup aspek kecerdasan buatan. Namun, untuk cybersecurity, cakupannya sering kali belum terlalu dalam, meskipun beberapa mata kuliah membahasnya. Sebagian besar materi masih berfokus pada jaringan komputer dasar, dan belum menyentuh aspek penting seperti analisis malware, penetration testing, dan teknik pertahanan sistem lainnya.

Untuk pembelajaran jaringan, Cisco Packet Tracer masih menjadi pilihan utama. Sementara itu, dalam dunia cybersecurity, praktisi perlu mendalami Kali Linux, sistem operasi yang dirancang khusus untuk pengujian keamanan dan ethical hacking. Situs resmi Kali Linux dapat diakses di https://www.kali.org, dan tutorial-tutorialnya tersedia banyak secara daring, seperti Panduan resmi Kali Linux Documentation.

Berikut adalah video sederhana yang membahas penggunaan Kali Linux untuk melakukan serangan simulasi terhadap sistem operasi Windows XP, sebagai bahan pembelajaran awal

Untuk keamanan bisa memanfaatkan VMWare yang terinstal di virtual, misalnya dengan salah satu aplikasi Firewall bernama pfSense berikut ini.

Kampus, Krisis, dan Harapan Baru

Kondisi dunia yang penuh ketidakpastian turut berdampak pada perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani pun tampak memutar otak, meski dalam setiap komentarnya ia tetap berusaha menjaga suasana agar tidak semakin keruh. Situasi ini juga menyentuh dunia pendidikan tinggi, terutama kampus-kampus yang mayoritas mahasiswanya berasal dari kalangan menengah ke bawah—golongan yang bila dihadapkan pada pilihan sulit, akan lebih mengutamakan kebutuhan dasar seperti makan daripada kuliah.

Kampus tempat saya bekerja pun tidak luput dari imbasnya. Setelah melalui berbagai tantangan dan kompleksitas permasalahan, akhirnya pengelolaan kampus dialihkan dari yayasan lama ke Muhammadiyah, tentu saja dengan prosedur sesuai aturan seperti pesangon, kadeudeuh, dan lain-lain, agar proses perkuliahan dan pelaksanaan tri darma tetap berjalan.

Meski demikian, semangat optimisme harus terus dipupuk. Hari ini, misalnya, baru saja digelar webinar tentang quantum computing di salah satu kampus saya yang lain, meskipun rumus-rumus matematisnya cukup membuat kepala pening.

Promosi dan penguatan citra kampus tetap perlu dilakukan melalui kegiatan yang bermanfaat, baik lewat webinar maupun pengabdian kepada masyarakat. Biarlah dinamika dunia terus bergulir, kita hadapi dengan menjalankan peran masing-masing sebaik mungkin. Sikap wait and see tetap perlu dijaga agar kita tidak gegabah, khususnya dalam hal penggunaan anggaran.

Turnitin Versi Class-Based (Student)

Turnitin masih menjadi andalan utama dalam pengecekan plagiasi, khususnya di dunia akademik seperti dalam penyusunan skripsi, tesis, maupun pengajuan kenaikan pangkat dosen. Meskipun pemanfaatan ChatGPT semakin meluas untuk membantu penulisan, hasil teks dari ChatGPT tetap berisiko terdeteksi oleh Turnitin jika memiliki kemiripan dengan repositori akademik seperti makalah, tugas, dan tesis; situs web umum dan artikel daring; serta dokumen yang sebelumnya telah diunggah oleh pengguna lain. Oleh karena itu, penting untuk melakukan parafrase dan menyisipkan pemikiran orisinal saat menggunakan bantuan LLM. Di sisi lain, ChatGPT juga dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk memeriksa kesalahan ketik, menyusun kalimat, hingga memperbaiki struktur penulisan agar lebih baik sebelum dicek dengan Turnitin.

Cara tersebut tergolong aman, tapi disarankan untuk tidak langsung menyalin dan menempel jawaban dari AI. Ada baiknya, ikuti langkah-langkah berikut agar tulisan tidak terdeteksi sebagai hasil buatan AI: edit teks dengan gaya penulisanmu sendiri, tambahkan opini atau sudut pandang pribadi, ubah struktur kalimat, gabungkan dengan referensi atau kutipan nyata, serta gunakan ChatGPT sebagai alat bantu, bukan sebagai sumber utama. Menulis ulang dengan gaya sendiri tidak hanya membuat tulisan lebih natural, tetapi juga memastikan konsistensi dengan style pribadi dan menghindari deteksi sistem AI writing.

Terdapat beragam skema dalam penggunaan Turnitin, dan yang paling mudah adalah melalui fitur Quick Submit. Namun, tidak semua institusi atau organisasi yang berlangganan Turnitin mengaktifkan fitur tersebut. Jika Quick Submit tidak tersedia, alternatifnya adalah menggunakan skema class-based, yaitu dengan mengunggah dokumen sebagai seorang mahasiswa (student) dalam kelas yang telah dibuat di Turnitin, terlampir ilustrasinya. Oiya, ternyata masih bisa exclude, jaga-jaga nanti diminta cek plagiasi tapi sudah publish (biasanya kena 100% similarity).

Manfaat Publish di Jurnal Nasional yang Sedang Daftar ke SCOPUS

Setelah era Kampus Merdeka, kini kita memasuki era Kampus Berdampak, seiring dengan pergantian Menteri Pendidikan dari Nadiem Makarim kepada Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi sejak 19 Februari 2025.  Salah satu tolok ukur dari dampak tersebut adalah keberadaan karya akademik yang dapat diakses publik, seperti jurnal ilmiah. Jurnal ini pun terbagi dalam berbagai kategori, mulai dari yang tidak terakreditasi namun memiliki ISSN, jurnal terakreditasi nasional (SINTA 1 hingga SINTA 6), jurnal terindeks internasional, hingga jurnal terindeks internasional bereputasi seperti yang terindeks di SCOPUS dan Web of Science.

Untuk jurnal lokal, syarat minimal bagi seorang doktor yang ingin naik jabatan menjadi lektor kepala (dalam istilah internasional disebut associate professor) adalah memiliki publikasi pada jurnal nasional terakreditasi minimal SINTA-2, dan karya tersebut tidak boleh merupakan bagian dari disertasi saat studi doktoral. Karena seluruh jurnal internasional saya merupakan bagian dari disertasi, akhirnya saya mencoba untuk submit ke jurnal nasional SINTA-2, yaitu RESTI (http://jurnal.iaii.or.id/index.php/RESTI), yang diterbitkan oleh Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII).

Setelah melalui proses revisi yang cukup panjang—tiga hingga empat ronde revisi—dan hampir satu tahun menunggu sejak submission, akhirnya artikel saya berhasil diterbitkan: http://jurnal.iaii.or.id/index.php/RESTI/article/view/4446.


Menulis di jurnal umumnya terbagi menjadi dua jenis: berbayar dan tidak berbayar. Sangat jarang ada penulis yang dibayar; justru dalam banyak kasus, penulislah yang harus membayar—baik menggunakan dana pribadi, dari institusi, maupun melalui sponsor. Meskipun terdengar aneh, hal ini wajar karena publikasi jurnal memerlukan biaya, mulai dari proses editorial, peer review, hingga penyediaan penyimpanan digital jangka panjang, mengingat artikel ilmiah diharapkan tersedia selamanya (selama tidak terjadi perang nuklir, he he). Untuk jurnal nasional terakreditasi SINTA-2, biaya publikasi biasanya berkisar antara 2 juta hingga 2,5 juta rupiah. Namun, tidak jarang tarif ini meningkat karena penerbit tahu bahwa banyak dosen yang membutuhkan publikasi SINTA-2 sebagai syarat utama untuk usul kenaikan jabatan fungsional akademik.

Sempat dulu saya pernah submit ke jurnal nasional yang saat itu masih terindeks SCOPUS—sayangnya sekarang sudah tidak lagi, istilahnya discontinued from SCOPUS. Waktu itu gratis karena artikelnya merupakan best paper dari sebuah konferensi, sehingga mendapat “jatah” publikasi tanpa biaya. Nah, yang ini saya submit sebagai jurnal nasional biasa. Namun karena proses editorialnya sangat baik, dan jurnal ini dikelola oleh asosiasi profesi independen, yaitu Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII), yang tidak berorientasi pada profit (non-profit organization), akhirnya jurnal tersebut berhasil terindeks SCOPUS. Alhamdulillah.


Ternyata, jika kita submit ke jurnal yang sedang dalam proses pengajuan ke SCOPUS—biasanya jurnal SINTA-2, karena jurnal SINTA-1 umumnya sudah terindeks SCOPUS—ada manfaat tambahan ketika jurnal tersebut akhirnya disetujui dan resmi masuk SCOPUS. Beberapa edisi sebelumnya, terutama yang digunakan sebagai bahan evaluasi dalam proses penilaian SCOPUS, biasanya ikut terindeks juga. Sekian cerita dari saya, semoga bisa menjadi inspirasi untuk ikut berkontribusi lewat publikasi di jurnal SINTA-2. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari menulis di jurnal nasional, salah satunya adalah menjaga agar devisa tidak lari ke luar negeri, sekaligus ikut mendukung peningkatan kualitas riset dan publikasi ilmiah di dalam negeri.

Permasalahan atau Mempermasalahkan?

Jangankan kondisi Indonesia, kondisi dunia pun saat ini sedang tidak baik-baik saja. Presiden Prabowo terus mengimbau agar bangsa ini tetap kompak dan tidak terpecah belah. Kita perlu fokus pada pembangunan dan mengatasi berbagai krisis yang ada.

Namun demikian, kita masih sering kesulitan melihat persoalan secara proporsional. Terkadang kita justru membesar-besarkan masalah kecil dan mengecilkan masalah yang besar. Contohnya, kasus ijazah mantan Presiden Jokowi yang belakangan ramai diperbincangkan. Mudah-mudahan pemberitaan ini tidak terlalu tersebar luas ke luar negeri, bisa bikin malu bangsa kita.

Bagi mahasiswa yang telah lulus, ijazah merupakan hasil jerih payah yang penuh perjuangan—terlebih bagi mereka yang kuliah di era 1980-an, saat kelulusan jauh lebih sulit. Saat kuliah, saya pernah mengambil mata kuliah mandiri di perpustakaan. Tugas saya waktu itu adalah membuat abstrak dari skripsi-skripsi lama, yang pada masanya belum memiliki abstrak, apalagi yang dalam bahasa Inggris. Tugas ini cukup berat, mengingat banyaknya jumlah naskah dengan beragam format dan gaya bahasa. Belum lagi, ruangannya dirancang dingin dan kering, menambah tantangan tersendiri.

Saat membaca skripsi-skripsi lama, saya menemukan hal-hal unik. Ada mahasiswa yang menggunakan tripleks sebagai bahan hardcover, karena di masa itu, selain mesin ketik, percetakan tampaknya belum menyediakan hardcover. Yang mengejutkan, ternyata ada beberapa mahasiswa yang membuat lebih dari satu skripsi. Setelah saya cari tahu, rupanya mahasiswa teknik mesin kala itu memang diwajibkan membuat tiga skripsi. Berat juga perjuangan mahasiswa zaman dulu. Bahkan, ada cerita menarik: sebelum wisuda, ada mahasiswa yang mendapat telepon undangan wisuda karena aturan baru menyatakan bahwa skripsi cukup satu saja. Mahasiswa yang sebelumnya belum bisa lulus pun akhirnya bisa wisuda dengan bahagia bersama keluarganya.

Setiap departemen memiliki kekhasannya masing-masing. Di teknik kimia, misalnya, saat saya kuliah, ada seorang profesor yang tidak mengizinkan skripsi diketik. Semuanya harus ditulis tangan.

Mengecek keaslian ijazah seharusnya bukan hal yang sulit bagi kepolisian, apalagi institusinya masih ada, yaitu kampus besar seperti UGM. Saat ini, sebagian besar kampus telah menyediakan tautan digital untuk mempermudah pengecekan ijazah oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Silakan lihat contoh tautan ijazah saya di sini: [link]. Termasuk disertasi [link].

Jika masalah-masalah kecil sudah selesai, mari kita beralih ke isu-isu yang lebih penting. Sebagai informasi, India dan Pakistan saat ini mulai terlibat konflik. Mengingat kedua negara tersebut memiliki hulu ledak nuklir, semoga saja tidak terjadi baku hantam nuklir. Semoga saja.

Lawan Tak Kasat Mata

Kemarin, seperti biasa, saya membeli lauk karena malas memasak. Namun ada yang berbeda, jalanan tampak sepi, dan pedagang langganan saya mengeluh bahwa beberapa hari terakhir dagangannya sepi, bahkan kadang tak ada uang untuk membeli bahan makanan. Beberapa hari sebelumnya, saya dan istri sempat berjalan ke mal karena ingin melihat langsung barang yang hendak dibeli—sebuah mesin cuci karena via online tidak cukup meyakinkan, maklum orang jadul perlu memegang dan melihat langsung. Tapi ternyata, mal pun sepi. Para pelayan tampak lelah dan putus asa, mungkin karena hanya sedikit pengunjung yang benar-benar membeli, kebanyakan hanya bertanya.

Kondisi ini barangkali tak lepas dari berbagai tekanan global. Nilai tukar dolar yang melesat naik, harga emas yang melonjak, dan laju inflasi seakan membuat mayoritas rakyat semakin terjepit. Di dunia internasional, ketegangan antarnegara pun meningkat, sebagian dipicu oleh kebijakan luar negeri Donald Trump yang agresif. Baru-baru ini, konflik panas terjadi antara India dan Pakistan, saling kirim rudal dan pesawat. Masyarakat pun semakin waspada. Media sosial dan berita daring penuh dengan narasi kehati-hatian, membuat banyak orang menahan diri untuk tidak gegabah menghabiskan uang.

Dalam catur, jika lawan tangguh atau kita sedang tidak dalam kondisi prima, pilihan terbaik adalah bertahan. Pertahanan Prancis, misalnya, menjadi strategi solid untuk menghemat energi sekaligus menanti peluang melakukan serangan balik. Begitu pula dalam hidup: bagi mereka yang sudah bekerja, mungkin saat ini adalah waktu untuk mempertahankan posisi aman sambil tetap menjaga idealisme. Yang sudah menyelesaikan pendidikan lanjut patut bersyukur, dan yang masih berjuang, setidaknya tetaplah bertahan, menjaga kesehatan fisik dan mental.

Presiden Tiongkok pernah berkata dalam pidatonya bahwa bangsanya telah berdiri ribuan tahun dan terbiasa menghadapi penderitaan. Musuh silih berganti, tapi semangat bertahan tetap terjaga. Ia bahkan tidak menganggap Amerika Serikat sebagai lawan mutlak, karena dalam hidup, seperti dalam turnamen catur, lawan bisa berganti di setiap ronde. Yang terpenting adalah kesiapan menghadapi mereka, dengan permainan yang cantik dan rapi.

Pembukaan Program Doktor Ilmu Komputer

Jumlah dosen bergelar doktor di Indonesia ternyata masih tergolong sedikit. Menurut data dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) [http://pddikti.kemdikbud.go.id], jumlah tersebut masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia. Di wilayah Jawa Barat sendiri, pada saat tulisan ini dibuat, hanya terdapat satu perguruan tinggi swasta yang membuka program doktor. Sementara itu, banyak dosen di Indonesia yang sudah terlalu lama tidak melanjutkan studi, sehingga usia menjadi tantangan tersendiri untuk kembali kuliah, terlebih di luar negeri.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Universitas Nusa Putra, sebuah perguruan tinggi swasta di Sukabumi, mengajukan diri untuk membuka program doktor di bidang Ilmu Komputer. Langkah ini tidak hanya karena kebutuhan akan peningkatan jumlah doktor di Indonesia, tetapi juga karena program sarjana (S1) dan magister (S2) di kampus ini telah memiliki reputasi yang unggul, bahkan mendapatkan akreditasi internasional dari AQAS secara unconditional.

Sebagai program baru, setiap program doktor biasanya harus memiliki ciri khas tertentu. Universitas Nusa Putra mengajukan ciri khas programnya pada bidang kesehatan, keamanan, dan kebencanaan, dengan fokus khusus pada kecerdasan buatan (AI) dan keamanan siber. AI, sebagai bidang yang berkembang sangat pesat, kini merambah ke berbagai sektor dan aplikasi, dari sistem kesehatan hingga mitigasi bencana. Salah satu tren terkini dalam AI adalah munculnya model bahasa besar (Large Language Models atau LLM), yang populer sejak kehadiran ChatGPT dan DeepSeek yang fenomenal.

Untuk mendirikan program doktor, dibutuhkan minimal dua orang guru besar yang memiliki kepakaran di bidang yang sesuai, dalam hal ini Ilmu Komputer, serta didukung oleh beberapa dosen bergelar doktor dengan jabatan akademik minimal lektor kepala. Menariknya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) memberikan kemudahan dalam proses awal pendirian program ini. Salah satunya adalah diperbolehkannya menggunakan dosen tidak tetap sebagai penguat struktur dosen—artinya, seorang dosen boleh menjadi dosen tetap di kampus asal (homebase), dan sekaligus menjadi dosen tidak tetap di kampus lain yang mengajukan program. Namun, untuk keperluan akreditasi dua tahun setelah program berjalan, persyaratan menjadi lebih ketat, yaitu harus tersedia minimal lima dosen tetap homebase, termasuk dua di antaranya adalah guru besar di bidang Ilmu Komputer.

Yang membuat rencana ini semakin menarik adalah bahwa jika Universitas Nusa Putra berhasil membuka program doktor, maka kampus ini akan menjadi satu-satunya perguruan tinggi di tingkat kabupaten yang menyelenggarakan program doktor. Hal ini sangat unik, mengingat sebagian besar program doktor di Indonesia umumnya terpusat di ibukota provinsi seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan sejenisnya. Lokasi kampus yang berada di Sukabumi juga menawarkan suasana belajar yang nyaman, sejuk, dan tenang, dengan latar pemandangan indah Gunung Gede Pangrango. Selain itu, Universitas Nusa Putra merupakan perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa asing terbanyak ketiga di Indonesia, setelah Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), didukung dengan fasilitas asrama yang memadai. Bahkan, direncanakan akses tol akan dibangun dan tembus langsung ke sisi kampus, yang tentu akan menambah kenyamanan dan kemudahan akses ke kampus ini.

Stoisisme pada Anak Milenial?

Anak-anak generasi sekarang memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di era digital yang penuh dengan kemudahan informasi dan akses teknologi, sehingga cara mereka berpikir, berperilaku, dan berinteraksi pun lebih dinamis serta sangat cepat berubah. Keunikan ini kadang membingungkan generasi sebelumnya, tetapi juga menunjukkan potensi luar biasa jika diarahkan dengan tepat.

Sering disebut sebagai generasi stroberi, banyak anak muda masa kini dikenal sensitif dan lebih mudah merasa terluka. Mereka cenderung ingin mendapatkan pengakuan dan pujian atas usaha mereka, dan ketika tidak mendapatkannya, bisa merasa tidak dihargai. Meskipun kesan ini kadang negatif, di sisi lain ini juga menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap nilai diri dan ingin eksistensinya diakui.

Namun, tidak semua anak muda terjebak dalam stereotip tersebut. Contoh terkini adalah Megawati Hangestri, atlet voli Indonesia yang memilih pulang ke Tanah Air setelah 2 musim bermain di Korea Selatan untuk merawat ibunya yang sakit, meskipun ia mendapat tawaran bayaran tinggi untuk tetap bermain di luar negeri. Keputusannya menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti kasih sayang dan tanggung jawab masih sangat hidup dalam diri generasi muda, tidak hanya melihat nominal uang dan kekayaan saja.

Menariknya, konsep stoisisme yang mengajarkan ketenangan batin dan keteguhan dalam menghadapi hidup juga mulai meresap ke kalangan milenial. Di tengah tuntutan hidup yang semakin kompleks, banyak anak muda yang mulai belajar menerima hal-hal di luar kendali mereka, fokus pada proses, dan menjaga ketenangan dalam tekanan. Ini menjadi penyeimbang di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi.

Stoicisme Saat Studi Lanjut

Manusia adalah makhluk yang unik karena memiliki dua anugerah besar: nalar dan emosi. Tidak seperti hewan yang begitu lahir sudah mampu berjalan, atau ikan yang langsung bisa berenang, manusia justru terlahir dalam keadaan paling lemah. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan mencari susu ibunya. Ketidakberdayaan ini justru menjadi titik awal dari proses belajar dan pertumbuhan yang panjang dan mendalam.

Seiring waktu, nalar manusia berkembang dan terlatih sejak kecil untuk memecahkan berbagai persoalan hidup. Namun dalam perkembangannya, manusia sering lupa bahwa tidak semua hal bisa diselesaikan hanya dengan nalar. Dalam sejarah, kita bisa melihat bagaimana bangsa Mongol yang hidup dalam keterbatasan dan kondisi alam yang keras, berusaha mengatasi masalahnya melalui ekspansi dan penjajahan. Begitu pula bangsa-bangsa Eropa setelah era Renaisans, ketika akal dan pengetahuan dijunjung tinggi, namun batas-batas kewenangan manusia dalam mengatur dunia mulai dilupakan.

Kebablasan dalam mengatasi masalah sering kali muncul akibat tidak dijalankannya peran agama, yang seharusnya menjadi penuntun untuk membedakan antara hal-hal yang bisa dan tidak bisa kita kuasai. Dari kegelisahan ini, lahirlah filsafat Stoisisme, yang menekankan pentingnya fokus pada hal-hal internal yang berada dalam kendali kita sebagai bentuk kemerdekaan sejati. Dunia eksternal, termasuk sikap orang lain terhadap kita, bukanlah ranah kebebasan kita. Bahkan Nabi Muhammad dan Yesus sekalipun tidak memiliki kuasa untuk memaksa orang agar menyukai atau mempercayai mereka.

Hal ini sangat relevan dalam dunia riset, terutama bagi mahasiswa yang sedang menempuh studi lanjut. Dalam proses akademik, banyak aspek eksternal yang tidak bisa dikendalikan. Mahasiswa hanya bisa fokus pada hal-hal internal, seperti membaca, menulis, dan menjalankan penelitian sebaik mungkin. Namun hasil akhir, seperti penilaian dari promotor, co-promotor, dan penguji, bahkan hingga diterimanya paper untuk publikasi, bukanlah sesuatu yang sepenuhnya berada dalam kendali mereka.

Oleh karena itu, bagi Anda yang sedang menempuh studi lanjut, cobalah untuk menganalisis secara jujur dan rinci: mana yang bisa Anda usahakan sendiri, dan mana yang tergantung pada pihak lain. Bahkan kesehatan kita pun, meski bisa dijaga melalui pola hidup baik, pada akhirnya tetap berada dalam kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran ini bukan untuk melemahkan semangat, tetapi untuk menempatkan usaha dan harapan secara bijak dan proporsional.

Lebaran 2025 yang Spesial

Bulan puasa berlalu, diakhiri dengan hari raya Iedul Fitri. Kondisi negara yang agak tidak baik-baik saja tidak mengurangi kegembiraan masyarakat Indonesia. Mereka dapat merasakan kesegaran dan kebahagiaan setelah menjalani bulan puasa yang panjang.

Puasa memiliki manfaat, yaitu menyehatkan badan dan jiwa. Perekonomian juga terbantu akibat perputaran ekonomi. Meskipun saat ini agak berkurang karena kondisi perekonomian global yang tidak stabil, namun berdampak positif bagi masyarakat Indonesia. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berpuasa, mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup.

Selain manfaat riil, puasa juga memiliki nilai lain dari sisi stoisisme. Filsafat stoik ini melihat sesuatu dari apa yang bisa kita ubah dengan apa yang tidak. Dalam konteks berpuasa, kita dapat melatih kemampuan untuk menderita dan bersabar dalam menghadapi kesulitan. Kita memiliki pilihan antara marah atau bersabar, dan stoik membantu kita memilih opsi yang lebih sehat.

Salah satu ajaran stoik yang praktis adalah melatih diri untuk kondisi terburuk. Berlatih ini dapat membantumu tidak hancur ketika menghadapi situasi kesulitan yang tidak terduga. Misalnya, jika kamu berlatih dalam kekurangan makanan dan air, kamu akan lebih siap ketika kamu menghadapi kondisi seperti di Gaza Palestina, di mana manusia menghadapi kesulitan serupa. Bahkan, negara Bhutan juga menunjukkan bahwa dengan setiap hari membayangkan kematian, mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk menghadapi kesulitan hidup.

Rahasia Backup WhatsApp Tanpa Ganggu Email Utama

Saat ini, aplikasi Google Drive masih menjadi favorit banyak pengguna. Salah satu alasan utamanya adalah karena penyimpanan gratis yang ditawarkan. Namun, kendala utamanya adalah batas memori yang hanya 15 GB. Ini menjadi masalah ketika digunakan untuk mencadangkan data WhatsApp, yang bisa memakan hampir 10 GB sendiri. Jika file-file lama tidak dibersihkan, penyimpanan pun akan penuh dengan cepat.

Masalah lainnya adalah jika akun yang digunakan untuk backup merupakan email utama. Hal ini bisa menyulitkan ketika penyimpanan sudah tidak cukup, karena email tersebut juga digunakan untuk keperluan lain. Solusinya adalah membuat akun email baru khusus untuk keperluan backup. Cukup buat akun Google seperti biasa, lalu masuk ke Google Drive menggunakan akun tersebut.

Setelah masuk, periksa menu “Cadangan” atau “Backup” yang ada di kanan atas Google Drive. Jika masih kosong, maka akun siap digunakan untuk mencadangkan data baru. Selanjutnya, buka aplikasi WhatsApp, masuk ke “Setelan” → “Chat” → “Cadangan chat”, lalu ganti akun Google ke email baru yang tadi dibuat.

Jangan lupa untuk login dan memasukkan password saat menambahkan akun baru di WhatsApp. Ikuti semua instruksi sampai proses selesai. Jika ternyata ada file cadangan yang ukurannya besar, bisa dipindahkan ke komputer terlebih dahulu secara manual, agar tidak menghabiskan ruang penyimpanan di akun Google baru.

Lakukan proses backup ini di malam hari agar tidak mengganggu aktivitas lainnya. Pastikan juga bahwa proses backup benar-benar berhasil sebelum menghapus data dari akun lama. Selamat mencoba dan semoga berhasil mengatasi masalah penyimpanan penuh!