Instal Visual Studio Code pada Apple Silicon Processor

Berbeda dengan era 90-an atau awal 200-an dimana bahasa pemrograman memiliki satu Integrated Development Environment (IDE) yang satu paket ditor teks dengan compiler/interpreter, saat ini bahasa pemrograman memisahkan antara compiler dengan fasilitas-fasilitas lain, seperti editor teks maupun fasilitas-fasilitas lain seperti emulator, web server dan lain-lain. Saat ini teks editor canggih sudah tersedia dengan cuma-cuma, salah satunya adalah Visual Studio Code [Link].

Apple dengan Mac OS memang terkenal sebagai notebook dengan performa yang baik ketika digunakan untuk kebutuhan harian seperti mengetik, presentasi, maupun spreed sheet, termasuk browsing dan lain-lain. Untuk game dan programming masih banyak yang menggunakan PC biasa dengan Windows maupun Linux. Ketika menggunakan prosesor Intel, Mac dapat diinstall Windows di dalamnya dengan memanfaatkan Bootcamp. Namun ketika Apple memutus kerjasama dengan Intel dan menggunakan processor M1 buatan Apple Silicon, fasilitas dual OS dengan Bootcamp sudah tidak bisa lagi, hasilnya terpaksa pengguna Macbook hanya bisa menggunakan Mac OS.

Mau tidak mau, programmer yang memanfaatkan Macbook perlu menyesuaikan diri dengan prosesor mobile tersebut. Di awal memang agak kesulitan karena M1 sendiri masih menggunakan emulator bernama Rosetta agar aplikasi berbasis Intel dapat berjalan di M1. Namun lama kelamaan beberapa aplikasi sudah menyesuaikan dengan Apple Silicon. Pada fasilitas pengunduhan tersedia pilihan Apple Silicon. Silahkan simak video bagaimana menginstall VS Code disertai dengan Python pada prosesor M1.

Kualitas Udara Kita

Kalau kita jalan-jalan ke Jakarta sering kita jumpai tempat/jalur pesepeda yang kadang-kadang diisi oleh motor. Saya lihat pesepeda rata-rata cukup lengkap dari seragam, alat minum, hingga asesoris-asesori lainnya. Sempat terpirkan bagaimana mereka sanggup menggenjot sepeda di kondisi udara Jakarta seperti itu. Postingan ini sedikit membahas bagaimana mengetahui kualitas udara di tempat kita.

Kualitas udara secara detil dapat diperoleh dengan memasang sensor di titik-titik tertentu di wilayah yang akan dicari datanya. Salah satu website yang dapat diakses antara lain Link berikut [URL]. Gambarannya adalah sebagai berikut.

Kalau dilihat Jakarta berwarna ungu yang dari legend artinya Berbahaya. Silahkan kalau mau bersepeda pun tidak apa-apa asal bawa masker. Link yang lain ada juga yang lebih detil membahas kualitas udara berdasarkan titik-titik tertentu [URL].

Situs ini berisi informasi lokasi sensor kualitas udara. Hasilnya dapat dilihat secara detil berikut ini. Kondisi berbahaya ternyata ada saran untuk penduduk berikut ini.

Di sini tampak bahaya bagi kelompok orang yang sensitif. Untuk yang masalah di paru-paru, istilahnya halusnya apa ya, bahasa betawinya sih bengek, silahkan menggunakan masker jika ingin beraktifitas di wilayah tersebut.

Ibu Kota Baru – Nusantara

Pilpres 2024 sudah berlalu dan kemungkinan besar presiden pendukung ibu kota baru yang menang, jadi IKN tetap berjalan (walau siapapun yg menang sih, karena sudah ditetapkan). Terpikir di benak saya keinginan untuk melihat seperti apa sih IKN itu. Mirip istilah Semesta Mendukung (mestakung) yang dicetuskan oleh Prof Yohannes Surya, tiba-tiba ada tugas ke salah satu kampus negeri di Balikpapan. Kebetulan dah.

Seperti biasa, pesawat menuju bandara Sepinggan dari tempat saya lewat Soetta. Berangkatlah ke sana dengan Garuda selama kurang lebih dua jam. Bandara itu ternyata tidak terlalu besar tidak juga kecil, mungkin karena tidak sepadat bandara di kota-kota besar lain seperti Surabaya, Bali, atau Jogja. Namun fasilitas sudah cukup baik.

Karena hari sudah menjelang siang, terpaksa mampir di warung makan Buguri, yang merupakan singkatan dari Bumbu Gurih. Lokasinya di pinggir pantai, dengan pemandangan yang oke banget.

Perjalanan ke IKN karena belum ada toll langsung harus melewati toll ke Samarinda, berbelok ke barat melewati jalan berliku dari lokasi hotal Platinum butuh 1.5 jam. Kabarnya jika sudah ada toll langsung yang melewati muara yang menjorok ke dalam IKN tidak sampai 1 jam.

Banyak kendaraan berat lewat, maklum ada target deadline 17 Agustus 2024 akan ada upacara 17-an di IKN yang dihadiri oleh presiden Jokowi. Nah, ada warung makan Acang, yang dikepalai oleh keturunan Cina yang ternyata enak juga dengan rasa khas masakah Cina.

Setelah shalat, lanjut ke IKN yang melewati jalan naik turun (tidak rata). Setelah tiba tampak pohon-pohon ekaliptus yang biasa dijadikan bahan baku kertas. Sepertinya dulu tempat hutan untuk pabrik kertas.

Sepertinya masih on progress agar bisa jadi tempat rekreasi. Ada satu stan untuk nyewa foto-foto di titik nol IKN. Titik nol ditandai dengan satu gapura kecil buatan Badan Informasi Geospasial (BIG). Lihat orang-orang yang foto, jadi kepengen juga.

Hari ketiga (selasa) entah kenapa tiba-tiba di hotel ramai, banyak polisi, ternyata beberapa hari kemudian (hari jumat), presiden Jokowi menengok progres pengerjaan IKN. Tiga hari ternyata sudah cukup untuk melihat bagaimana kondisi Balikpapan yang sepertinya tidak lama lagi akan ramai. Oiya, jangan lupa beli Mantau rasa sapi lada hitam ya …

Mem-bo-san-kan

Di dunia per-medsos-an, atau mungkin saat ini yg lebih tepat per-tik-tok-an, bosan merupakan indikator kalau suatu konten gagal. Tiap orang berusaha membuang jauh-jauh istilah tersebut kalau ingin tetap diperhatikan. Di sinilah problem untuk bangsa kita, dengan jumlah nitizen yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Apakah ini baik-baik saja?

Untuk menarik perhatian usaha membuat sesuatu itu tidak membosankaan adalah baik, tetapi lebih baik lagi membuat sesuatu yang membosankan menjadi menarik. Mbah surip pernah menyanyikan lagu dengan lirik ” bangun tidur, tidur lagi. Bangun lagi, tidur lagi. Bangun … tidur lagi, hahaha”. Unik juga, sesuatu yang membosankan bisa dikemas menarik.

Sebagian besar kegiatan kita sehari-hari pun bisa dibilang membosankan, akan tetapi toh tetap harus dijalankan. Jika kita perhatikan anak-anak, mereka melakukan sesuatu yang bagi kita membosankan dan tidak menarik dengan keceriaan. Ternyata salah satu prinsip yang mereka jalankan adalah keingintahuan atau kalau dalam bahasa Inggris curiosity. Atau dalam istilah kekiniannya: kepo. Anak-anak ingin tahu segala hal, maka bagi mereka kehidupan tidak ada yang membosankan. Repotnya ketika masuk dunia pendidikan, khususnya pendidikan di negara kita, keingintahuan secara perlahan berkurang.

Saya pernah menghadiri pelatihan seminggu tentang penulisan artikel ilmiah. Dalam kondisi habis sesi ISHOMA, hawa kantuk mulai menyelimuti peserta dan sang profesor pun agak kesulitan dalam mengatasi kondisi membosankan.

Karena ngantuk saya coba untuk menggunakan ke-kepo-an saya. “Prof, mengapa judul gambar di bawah tetapi judul tabel di atas?”, wajah sang profesor pun tiba-tiba cerah. Sepertinya terkejut senang karena ada juga yang memperhatikan. Dia menjelaskan dengan sedikit logika bahwa judul tabel di atas karena tabel tumbuh ke bawah, sementara judul gambar di bawah karena biasanya gambar tumbuh ke atas, walaupun ada gambar tertentu yang memang tumbuh ke bawah, misalnya bagan organisasi. Lihat, sesuatu yang membosankan ternyata bisa juga menarik.

Einstein enggan dibilang orang cerdas, dia hanya ingin dibilang orang yang selalu ingin tahu. Nah, rendah hati bukan? Ya, rendah hati adalah salah satu obat kalau ingin memiliki sifat ingin tahu.

Saya pernah ikut kuliah umum pada mata kuliah tertentu tentang GIS, selesai presentasi beberapa mahasiswa bertanya. Yang unik adalah terkadang pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang berasal dari Jepang adalah pertanyaan yang menurut saya waktu itu biasa saja, kalau tidak ingin dibilang ‘katro’, kalau dalam istilah anak gaul “ya elah, gitu aja kok nanya”. Tapi kalau dipikir-pikir, namanya orang bertanya pasti maksudnya ingin tahu kan? bukan ingin dipuji. Jadi jika ada keingintahuan di hati kita, buang jauh-jauh gengsi, takut dibilang bodoh, dan lain-lain.

Ketika masih mengagung-agungkan gengsi maka salah sendiri jika menderita karena tidak tahu, mirip puisi Khairil Anwar “Bukan maksudku mau berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing’. So, agar tidak bernasib malang, buang jauh-jauh gengsi agar tidak ‘malu bertanya sesat di jalan’ menyelimuti kita. Yang tidak sedang tugas belajar pun jika selalu ingin tahu, maka berarti lifelong learning ada dalam diri kita. Oiya, sebaiknya jangan pangkas keingintahuan hanya pada gossip, atau ghibah, atau perpolitikan praktis yang saat ini sedang jadi alat baik media massa ataupun medos agar jadi trending topic, gunakan untuk pekerjaan/tugas sehari-hari juga, dan semoga pekerjaan dan tugas kita hari ini lancar ya gays.

Kita Ingin Diperlakukan Sama

Cepat sekali waktu berlalu, tahu-tahu sudah mulai bulan puasa lagi. Beberapa kegiatan banyak yang numpuk minggu-minggu menjelang bulan penuh berkah ini. Hari jumat ini, sudah bisa ditebak, tema kutbah Jumat pasti tidak jauh dari perintah puasa.

Salah satu ayat yang terkenal adalah Al-Baqarah ayat 183 tentang perintah untuk berpuasa. Yang unik dari surat ini adalah “..sebagaimana telah diwajibkan kepada kaum-kaum sebelum kamu..”. Argumen sederhana yang menyentuh salah satu sifat manusia yang selalu membanding-bandingkan dan iri jika diperlakukan tidak adil.

Perintah sunat pun perlu narasi penjelasan bahwa perintah tersebut telah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya bahkan sejak jaman nabi Ibrahim a.s. Sepertinya sifat ingin diperlakukan sama merupakan bawaan dari manusia.

Ketika diimplementasikan pada kebijakan, hasilnya pun serupa. Kalau tidak membeda-bedakan, hasilnya dijamin akan damai, sebaliknya jika ada perlakuan yang membeda-bedakan, diskriminasi, dan sejenisnya, pasti ada penolakan. Mirip apartaid di Afrika Selatan, atau jaman penjajahan Belanda dulu, tidak akan lama, penguasa akan runtuh. Bukan hanya sekedar sama, tentu ada unsur keadilan juga. Mirip permintaan Nabi Muhammad SAW yang meminta adanya perlakuan khusus untuk umatnya yang umurnya singkat, berbeda dengan jaman nabi-nabi yang terdahulu yang bisa sampai ratusan tahun usianya. Akhirnya diberikanlah malam Lailatul Qadar, yang satu malam jika beribadah setara dengan 1000 bulan atau sekitar 83 tahun.

Untuk pemerintahan yang sebentar lagi berganti, jika ingin damai, sebaiknya kebijakan tidak membeda-bedakan, karena tidak ada yang suka diperlakukan berbeda dengan yang lain.

Katanya Kita Semua Sakit Jiwa

Berbeda dengan sakit fisik/jasmani dimana kita langsung ke klinik, mumpung ada BPJS, sakit jiwa biasanya santai saja, karena kita tidak merasa sakit.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca novel karangan Sydney Seldom berjudul ‘Naked Face’. Novel ini menceritakan seorang psikiater yang menangani beragam pasien sakit jiwa, dari yang kecil, sedang, hingga parah. Suatu waktu ada seorang pasien yang ternyata istri seorang bos Mafia Italia, yang bermaksud memerlukan bantuan psikiater tersebut untuk menyembuhkan masalah kejiwaan sang suami. Walaupun si wanita tersebut tidak menceritakan bahwa suaminya seorang mafia, tetapi mata-mata si mafia mengetahui bahwa istrinya mengunjungi psikiater.

Alhasil, khawatir rahasia sang bos mafia terbongkar akhirnya nyawa sang psikiater terancam. Walau berat, karena banyak polisi yang jadi antek mafia, alhasil ketika berhadapan dengan si bos mafia, dengan ilmu psikologisnya si psikiater mampu mempecundangi bos mafia sampai tewas. Di akhir cerita si psikiater menangis terus, ketika ditanya oleh sang detektif dengan sedih sang psikiater berkata, “ibarat seorang dokter, si penjahat itu adalah orang sakit yang seharusnya menjadi pasien saya, saya yang ditugasi menyembuhkan tidak seharusnya malah membunuh orang yang sakit”.

Sang psikiater juga mengatakan bahwa setiap orang ada penyakit jiwa yang seharusnya bisa disembuhkan, misalnya luka/trauma lama, dan sejenisnya, atau yang saat ini sedang trend adalah sakit jiwa akibat kalah pemilu.

Oke, sekian dulu tulisan singkat ini, semoga kita yang sama-sama, maaf sakit jiwa, bisa sembuh .. minimal jika belum sembuh tidak memperburuk keadaan bangsa yang sedang berusaha menjadi negara maju ini.

Ingin Begini, Ingin Begitu

Yang suka nonton film doraemon pasti mengenal judul di atas, yang sering muncul saat awal film. Dari bayi yang baru lahir, anak-anak, hingga orang dewasa pasti ingin sesuatu. Bukan hanya itu, organisasi pun ada yang diinginkan. Istilahnya objektif yang akan dicapai. Kalau istilah perusahaan, berbeda-beda, misalnya visi misi, atau istilah lain misalnya north-star metric ala GOJEK.

Google, sebagai perusahaan ternama yang menguasai dunia IT memanfaatkan istilah Objectives and Key Results (OKRs). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang kapitalis ternama: John Doerr, dengan formula ternamanya [link]:

I will … as measured by …

Ketika formula tersebut diimplementasikan pada OKRs maka menjadi I will (Objective) as measured by (Key Result). Sangat sederhana, begitu juga waktu pengukurannya biasanya tiap bulan dan bukan tiap tahun. Jika anda ‘ingin’ tapi tidak tahu cara mengukurnya maka itu dikatakan bukan ‘goal/tujuan’. Jadi apapun keinginan Anda harus tahu ukuran ketercapaiannya.

Misal Anda seorang mahasiswa, ketika ingin lulus maka alat ukurnya adalah tentu saja harus bisa diukur tiap bulan jika menerapkan OKRs. Kalau ukurannya nilai mata kuliah, maka itu terlalu lama, so .. nilai tugas, latihan, absen dan lain-lain yang bisa diukur perbulan harus ada. Untuk dosen biasanya diukur tiap semester dalam bentuk beragam, yang jelas untuk yang sudah tersertifikasi bisa menggunakan BKD, untuk per bulan? silahkan cari sendiri.

Untuk yang sedang S3? Nah ini sedikit unik mengingat S3 adalah riset. Banyak rekan saya yang sanggup menjalankan OKR saat di fasa course, tapi kewalahan saat fasa riset. Biasanya mengukur lewat latihan-latihan soal, tugas, dan lain-lain terkait kuliah, kini saat riset harus mengukur progress tiap bulan. Alhasil, karena terlalu lamanya ukuran dari kampus (seminar progress) karena terlena akhirnya tidak sanggup mengejar deadline. Ada satu hal yang diwajibkan saat penelitian, yakni log book. Walaupun ini sekedar mencatat, bisa dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana progres yang telah tercapai, sehingga bisa digunakan untuk mencapai objective-objektive kecil yang menjawab objective utama.

Ok, selamat menyelesaikan objektif-objektif Anda, semoga lancar. Jangan terpengaruh objektif-objektif orang lain yang bukan objektif kita ya, e.g., menjadi presiden, DPR, dan lainnya, … nanti dikhawatirkan objektif utama kita malah terlupakan, selain tentu saja membuat tekanan darah kita tidak normal.

Pendapat Anda

Manusia ketika lahir tidak memiliki skill seperti hewan, misalnya kerbau, sapi, kambing, dan lain-lain yang ketika lahir langsung bisa jalan. Manusia harus belajar, entah dari orang tua, lingkungan maupun bangku sekolah. Berbeda dengan seorang pawang/pelatih hewan melatih binatang peliharaan, melatih manusia jauh berbeda karena manusia memiliki kesadaran.

Di tahun 80an, di jaman guru sangat mendominasi, galak, penuh dengan hukuman, sebagian besar siswa cenderung takut mengeluarkan ide, pendapat, dan aspirasi lainnya. Jangankan protes bertanya pun takut, apalagi mengeluarkan pendapat. Berbeda dengan saat ini, guru harus berhati-hati, jangan sampai kebablasan dalam menghukum, bisa-bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib. Hal ini ditunjang oleh banyak tools/alat bantu belajar seperti Google dan yang terkini adalah ChatGPT, serta alat bantu berbasis AI lainnya. Kehebatan guru tidak terlau dominan lagi.

Nah, untuk Anda yang mengalami luka lama seperti saya yang mengalami pendidikan di sisa-sisa jaman penjajahan dahulu, ada sedikit trik yang bisa digunakan, khususnya jika akan lanjut kuliah lagi (S3 khususnya). Jenjang S3 memang menuntut adanya Tesis yang berupa pendapat terhadap kasus tertentu yang akan diuji saat sidang, baik progress, tertutup, maupun terbuka.

Pendapat merupakan satu alat ukur mengenai hal-hal yang ada di kepala kita. Misalnya kita membaca sebuah buku, tanpa adanya ‘ujian’ berupa entah pertanyaan terkait buku atau resensi/kritik, kita tidak bisa mengatakan telah membaca buku itu. Pendapat juga merupakan satu alat bantu untuk mencari kebenaran. Berbeda dengan ilmu pasti, khususnya ilmu sosial sebagian besar tidak 100% benar atau 100% salah.

Kemarin, tanggal 14 Februari 2024, sebagian besar penduduk mengeluarkan pendapat lewat pemilu. Di sini rakyat yang beragam tingkat pendidikan, kepercayaan, kekayaan, dan lain-lain menyalurkan pendapat mengenai siapa pemimpin negara 5 tahun ke depan. Kedewasaan kita dalam menerima pendapat yang berbeda diuji, apakah kita marah dengan orang yang beda pendapat dengan kita, ataukah menerima karena tiap orang punya pandangan yang berbeda.

Itulah menariknya manusia, karena memiliki pendapat yang beragam. Suatu malam saat saya tinggal di kos-kosan di Yogya, rekan saya yang suka begadang, asyik mengobrol dengan temannya. Suaranya terdengar hingga kamar tidur saya. Tidak terlalu berisik sih, cuma omongannya membuat kepala saya aktif kembali dan jadi sulit tidur. “Eh, menurut kamu, bintang itu isinya apa ya?”, tanya rekanku di ruang tamu kos yang memang tidak ada atapnya sehingga langit terlihat jelas. “Apa ya?”, jawab teman satunya lagi, sepertinya berfikir keras. “Menurut pendapat saya, itu seperti batu, cuma nyala aja”, jawab si penanya. Upss .. praktis saya jadi ikut mikir di tempat tidur sendirian. Anda yang membaca tulisan ini kalo jadi ikutan tidak bisa tidur .. Sorry ye.

Problem Solving

Jika Anda membaca literatur kuno India, khususnya agama Budha, sesuatu itu muncul akibat ketidaktahuan. Terlepas percaya atau tidak, hal-hal yang dulu tidak ada dan sekarang ada akibat hal tersebut. Kita mungkin sudah lupa atau tidak sadar bagaimana ketika bayi kita tidak tahu bagaimana caranya mensuplai makanan ke tubuh kita. Jadi, ketidaktahuan akan sesuatu memantik problem yang harus diselesaikan. Ketidaktahuan memancing keingintahuan, dan memunculkan ilmu-ilmu baru. Ok, filsafat mungkin memusingkan, postingan ini kita membumi saja.

Problem Jangka Pendek

Dari kecil kita sudah mampu menyelesaikan problem-problem yang tidak perlu membutuhkan pemikiran mendalam. Dengan bertanya, searching di internet, dan kegiatan sederhana lainny bisa menyelesaikan problem sederhana. Repotnya kebanyakan soal-soal di bangku sekolah masuk kategori ini, sehingga ketika anak itu kuliah, ada kebingungan, khususnya ketika muncul problem yang perlu pemikiran mendalam.

Problem Jangka Panjang

Berbeda dengan problem jangka pendek yang sederhana, problem jangka panjang memerlukan pemikiran yang mendalam, terkadang berupa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang anak/pelajar. Terkadang berbeda dengan problem sebelumnya yang bisa dilakukan lewat kursus, pelatihan, dan sejenisnya, problem jangka panjang membutuhkan effort untuk menyelesaikannya. Usaha tersebut terkadang meminta ‘tumbal’. Banyak rekan-rekan saya yang tidak kuat, sakit, bahkan meninggal dunia. Seorang anak yang cerdas dan terlatih menyelesaikan problem-problem singkat berupa soal-soal ujian terkadang kewalahan ketika problem harus diselesaikan tidak dalam waktu beberapa menit saja, bisa satu hari, satu bulan bahkan satu tahun, yang jika tidak sabar akan mengganggu pikirannya.

Repotnya banyak problem-problem jangka panjang yang butuh pemikiran mendalam harus diselesaikan oleh seorang anak yang harus memutuskan masa depannya, misalnya melanjutkan jurusan/bidang apa, karir apa yang akan diambil, bekerja di mana dan sebagainya yang tidak bisa dilakukan dengan cepat karena harus memikirkan secara mendalam. Bagi yang pernah mengambil doktor, sudah pasti mengenal tipe problem ini.

Salah satu buku ternama ‘furute skills‘ membahas bahwa problem solving merupakan skill utama di atas critical thinking dan creativity ya karena memang problem-solving merupakan induk dari keberlangsungan hidup umat manusia. Jadi cara paling mudah dalam belajar adalah dengan ingin mencari tahu hal-hal yang tidak/belum diketahui. Ketika membaca, kuliah, atau aktivitas lain jika Anda berhasil memancing keingintahuan, dipastikan ada yang ‘berbekas’ dari aktivitas itu … minimal tidak tertidur.

Rata Kanan-Kiri (Justify) Pada WordPress.com

Selama ini untuk kepraktisan saya menggunakan wordpress template untuk membuat postingan di wordpress. Ketika mencoba membuat langsung dari wordpress.com ternyata agak ribet juga untuk yang rata kanan kiri. Hal ini karena tidak ada pilihan justify di wordpress, yang ada hanya rata kiri, center dan rata kanan.

Memang lebih mudah dengan template jika dengan word 365 [link], atau langsung share di microsoft word 2007 [link] atau 2016. Ternyata tombol untuk rata kanan tersembunyi di sebelah kanan hyperlink, yakni tombol menu yang diklik terlebih dahulu.

Tinggal klik ‘Rata kanan kiri’ untuk meratakan sisi kiri dan kanan pragraf kita. Hasilnya tampak seperti postingan ini. Sekian, semoga bermanfaat.

Istilah Machine Learning dalam Bahasa Indonesia yang Bermasalah

Kita pernah mendengar istilah-istilah konversi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Di sini banyak yang bermasalah mengingat keterbatasan bahasa kita. Salah satunya adalah dalam bidang Machine Learning (termasuk juga Deep Learning). Postingan ini sedikit mengupas problem yang muncul, khususnya pada skripsi/tugas akhir mahasiswa.

Prediksi

Istilah ini muncul ketika fuzzy. inference system (FIS) muncul. Istilah inference ketika diterjemahkan artinya prediksi. Nah, munculah istilah ini pada mesin-mesin yang dengan masukan variabel-variabel tertentu dihasilkan prediksinya. Nah, saat ini jika istilah ini digunakan akibatnya jadi rancu karena istilah ini sangat umum. Kita bisa saja memprediksi kurs dolar beberapa hari ke depan, bisa saja mengatakan memprediksi nilai tertentu masuk dalam kelas apa, atau memprediksi nilai kontinyu tertentu dari fitur-fitur input. Tentu saja istilah itu seharusnya diganti berturut-turut menjadi proyeksi (forcasting), klasifikasi, dan regresi.

Klasifikasi

Klasifikasi adalah proses memasukan suatu set dalam kelas-kelas tertentu, misalnya pada model deteksi kanker, suatu set data dimasukan dalam kelas positif kanker atau negatif kanker, jika dua kelas. Jika lebih dari dua kelas, bisa saja kanker, kanker jinak, bukan kanker, pengapuran, dan lain-lain. Istilahnya dulu disebut multiclass untuk membedakan yang dua kelas. Nah, saat ini model ML hampir lebih dari dua kelas, jadi istilah multiklas sudah jarang disebut, baik dalam konten apalagi dalam judul artikel ilmiah. Untuk akurasi biasanya menggunakan matrix confusion. Sekali lagi jika diindonesiakan jadi matriks kebingungan .. bingung kan??

Regresi

Regresi mirip dengan klasifikasi, hanya saja outputnya bukan kelas tapi nilai tertentu yang biasanya bilangan real pecahan. Nah, untuk mengecek akurasinya tentu saja tidak bisa dengan matriks konfusi (saya lebih suka istilah ini daripada matriks kebingungan) karena sangat sulit nebak benar angka kontinyu yang tak hingga. Biasanya menggunakan Mean square Error (MSE).

Proyeksi

Nah ini merupakan prediksi jenis lain. Atau sebaiknya kata prediksi tidak dipakai ya karena terlalu umum. Langsung saja peramalan (projection). Salah satu syarat proyeksi adalah adanya data time-series. Misalnya prediksi harga saham maka variabel yang mempengaruhi adalah harga saham itu sendiri tapi berbeda waktunya (sequantial). Walaupun saat ini proyeksi dikombinasikan dengan regresi dengan eksternal input (dalam contoh ini selain harga saham, misalnya inflasi) yang bisa saja memengaruhi nilai proyeksi.

Object Detection, Segmentasi Semantik, Instance Segmentation

Nah istilah-istilah spesifik lainnya silahkan searching di internet baik definisi maupun paper-paper yang membahasnya. Jika object detection bermaksud mendeteksi (dengan pointer tertentu, misal kotak berwarna) kelas tertentu dalam satu gambar, segmentasi dan instan segmentasi bermaksud mengklasifikasi piksel gambar/citra/video menjadi warna tertentu yang merepresentasikan kelasnya. Misalnya segmen di video jalan raya, segmentasi semantik akan memberi warna objek tertentu, misal orang, mobil/kendaraan lain, pedesterian, rambu lalulintas dan lain-lain. Bagaimana instance segmentation? Ini merupakan tingkat yg lebih advance dari segmentasi semantik yang membedakan warna pada kelas yang berbeda, instance segmentation membedakan kelas yang sama, misalnya ada tiga ayam maka ada tiga warna untuk tiap-tiap ayam.

Klasterisasi (Clustering)

Ini sangat berbeda dengan klasifikasi dkk karena di sini data yang digunakan sebagai data training tidak memiliki label/kelas tertentu. Oiya, data training merupakan bahan baku model machine learning saat proses training untuk membuat model. Jadi jangan menggabungkan Naive bayes atau KNN dengan K-Means karena merupakan domain problem yang berbeda (yang satu klasifikasi, yang lain clustering). Tentu saja ada kombinasi problem, misalnya antara SVM yang klasifikasi dengan SVR yang regressi.

Jadi ketika menggunakan istilah-istilah itu sebaiknya dipahami dahulu agar tidak membingungkan orang lain. Contoh di atas hanya sebagian saja, silahkan selidiki problem lain misalnya optimization.

Publish Gratis Web-Based AI dengan Streamlit Share

Beberapa situs penyedia server gratis banyak tersedia, misalnya webhost [Link]. Sayangnya tidak bisa digunakan untuk AI berbasis python, hanya php dan sejenisnya (javascript). Beberapa bisa memiliki akses ke konsol untuk menginstal library python, namun ada kalanya diminta memasukan kartu kredit, walau gratis, ini cukup memberatkan.

Untungnya saat ini ada situs yang menyediakan deployment gratis berbasis python. Di sini kita bisa menjalankan AI yang berbasis Python dan diakses via website, namanya Streamlit Sharing [Link]. Urutan langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Konversi aplikasi menjadi python (bukan ipynb).

2. Buat menjadi format Streamlit (dengan library streamlit). Tentu saja kita harus memasangnya dengan PIP biasa.

3. Mengupload aplikasi py dengan streamlit tersebut ke Github. Di sini fungsinya agar Streamlit menerima aplikasi python yang telah dibuat.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada video youtube berikut ini. Sekian selamat mencoba dan mendeploy sendiri aplikasi python berbasis web dengan Streamlit.

Tools Programming Yang Mulai Bergeser Saat Ini

Di tahun 90-an salah satu bahasa pemrograman adalah bahasa visual basic. Karakteristik bahasa satu paket visual studio dimana compiler, tampilan dan sejenisnya tersedia full. Namun saat ini ketika pemrograman web berkembang pesat dimana satu aplikasi memanggil fungsi-fungsi lain yang tidak ada di komputer programmer membuat programmer era 90-an harus terbiasa dengan hal ini.

Jika dicari di Youtube, saat ini sedang ada pergeseran programmer dari menggunakan akses full lengkap dari bahasa pemrograman menjadi menggunakan aplikasi teks editor sederhana lalu mengujinya menggunakan komputer lain di server yang sering disebut server development. Pernah saya menjadi project manager, salah satu programmer menggunakan Mac Book dengan processor M1 yang bertipe mobile untuk membuat kode Node-JS. Bagaimana dengan Python? Tentu saja jika untuk testing, bisa menggunakan google cloud yang menginstall Jupyter notebook di server tersebut, selain tentu saja dengan Google Colab. Video ini sedikit membahas hal tersebut.

Jadi laptop tidak terbebani dengan beban seperti server testing. Itu kalau satu bahasa pemrograman, jika ada banyak repot juga.

Untuk pemrograman basis data, banyak juga yang menyediakan server gratisan, seperti berikut [Link]. Selain menyediakan domain, juga menyediakan web server untuk file-file php, html, css, dll, dan database management system dengan MySQL. Lihat video singkat ini:

Namun untuk PHP yang ada Python di dalamnya, tentu saja membutuhkan vendor lain, misalnya heroku. Jadi sepertinya laptop sedikit demi sedikit mulai bergeser karena banyaknya penyedia cloud. Menarik untuk terus memantau perkembangan ini.

Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Model merupakan konsep yang menggambarkan kondisi real. Awalnya disebut model matematis, tetapi untuk mempersingkat biasanya disebut model saja. Ada model fisika, teknik, dan ada juga model ilmu sosial, misalnya pada faktor-faktor yang berpengaruh satu sama lain. Model yang ada biasanya merujuk pada penelitian sebelumnya, jadi kita tidak diperbolehkan asal membuat model tanpa ada rujukan. Misalnya pada postingan ini model yang mengecek apakah faktor-faktor pelayanan, kepuasan dan loyalitas saling berpengaruh.

Banyak tools yang dapat digunakan, misalnya LISREL dan AMOS. LISREL merupakan model yang telah lama dikenal, sementara AMOS merupakan tool baru yang kini menjadi bagian dari IBM yang sudah terlebih dahulu terkenal dengan SPSS. Postingan yang lalu telah dibahas model analisis Jalur [Link], nah kali ini kita coba untuk Confirmatory Factor Analysis. Silahkan lihat tayangan berikut yang mengilusrasikan secara singkat CFA dengan AMOS graphic.

Mengetahui Ringkasan Video Youtube dengan Cepat

Saat ini nonton youtube terkadang lebih mudah dibanding membaca. Tapi bagi pembaca yang terbiasa membaca terkadang menonton bisa menghabiskan waktu beberapa menit hingga beberapa jam. Tentu saja ini sangat membosankan jika diminta mencari ringkasannya. Namun, saat ini perkembangan Artificial Intelligence (AI) sudah dapat mempermudah pekerjaan kita. Postingan ini bermaksud memperkenalkan Anda bagaimana cara cepat mengetahui isi video tanpa perlu menonton full link video youtube, misalnya:

Langkah pertama adalah membuka video tersebut, dilanjutkan dengan menekan view transcript di bagian bawah video tersebut. Setelah tombol ditekan maka transkript akan muncul di bawah. Berikutnya tinggal Anda kopi dan paste saja di sembarang text editor.

Anda bisa membacanya atau dengan menanyakan ChatGPT apa ringkasan atau isi dari transkrip tersebut dengan prompt> rangkum, tulisan ini tentang apa: < paste naskahnya>. Anda akan menerima jawaban yang lengkap. Selamat mencoba.