Alhamdulillah setelah mengambil beberapa kredit mata kuliah tibalah saatnya melakukan riset disertasi. Sebelum melakukan riset, mahasiswa doktoral biasanya mengikuti beberapa kredit perkuliahan terlebih dahulu. Besarnya bervariasi, dari yang satu tahun, dua tahun, bahkan lebih. Tetapi ada juga universitas yang tidak memerlukan perkuliahan, melainkan langsung riset walaupun jarang dijumpai (biasanya kampus di Jepang). Ada juga kampus yang melakukan riset dan kuliah secara bersamaan. Di Indonesia sendiri hampir semua kampus yang membuka program doktor terlebih dahulu mengikuti perkuliahan. Di AIT tempat saya kuliah, karena kurikulumnya mengadopsi MIT mau tidak mau harus mengikuti perkuliahan ketat. Jika IPK masih di bawah 3,5 (untuk 18 sks) terpaksa harus mengulang hingga tercapai IPK minimumnya. Jika tiga semester tidak terpenuhi mahasiswa itu terpaksa drop out.
Berbeda dengan riset sebelumnya (sarjana dan magister) disertasi mengharuskan peneliti memberikan kontribusi terhadap pengetahuan yang menjadi bidang penelitiannya. Seberapa besar kontribusinya? Hal ini tergantung dari institusi di mana mahasiswa S3 itu berada. Kebanyakan, mahasiswa doktoral hanya berfokus kepada bagian kecil saja dari kontribusi ilmu yang ada. Yang jelas melaksanakan riset disertasi tidak seperti ingin memperoleh hadiah nobel. Untuk menemukan sedikit konstribusi itu saja membutuhkan waktu bertahun-tahun. Apalagi adanya aturan untuk lulus, riset harus sudah diterima untuk dipublish di jurnal internasional dengan impact factor tertentu yang mengikuti aturan kampus. Padahal waktu dari submit hingga diterima terkadang sampai beberapa bulan dan itupun harus beberapa kali korespondensi untuk perbaikan naskah.
Problem Statement
Menemukan permasalahan merupakan syarat untuk melakukan riset. Mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan. Mengapa demikian? Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua permasalahan harus kita selesaikan sendiri, terkadang jawabannya sudah tersedia dari pengalaman orang-orang yang pernah menyelesaikannya sehingga tidak perlu berupaya lagi mencari sendiri jawabannya. Begitu pula dengan riset terkadang permasalahan sudah ada jawabannya baik dari buku maupun paper jurnal yang telah beredar. Bahkan menemukan jawaban sendiri murni pun sudah sulit, terkadang kita hanya memperbaiki jawaban yang telah ditemukan oleh peneliti lain dari sisi kecepatan, efisiensi, dan improvement lainnya. Oleh karena itu peneliti harus kuat dari studi literatur.
Studi Literatur
Kampus yang baik biasanya menyediakan akses gratis terhadap jurnal-jurnal internasional agar memudahkan mahasiswanya mencari “state-of-the-art” (novelty) dari bidang risetnya. Agak sulit karena jurnal terbitan saat ini pun sebenarnya hasil riset setidaknya setahun yang lalu. Masalahnya adalah kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin riset-riset yang mendukung bidang yang akan kita teliti. Oleh karena itu perlu mengetahui beberapa trik yang banyak disarankan oleh rekan-rekan peneliti antara lain:
1. Mencari Jurnal Review
Paper ini berisi artikel tentang riset terkini bidang tertentu. Walaupun penulisnya tidak meneliti langsung tapi paper-nya banyak disunting orang karena banyak pembaca yang membutuhkan permasalahan apa saja yang sudah diselesaikan oleh periset-periset serta problem apa saja yang menjadi trend dan banyak diteliti saat ini. Papernya berisi rujukan ke paper-paper lain yang dapat kita jadikan rujukan. Memang meneliti yang enak adalah meneliti yang orang lain jarang yang meneliti, tetapi nanti muncul permasalahan saat akan mempublishnya. Beberapa jurnal internasional cenderung menerima naskah yang “menjual” yang artinya yang sedang trend saat ini. Logis saja menurut saya karena makin banyak yang mendownload / membaca makin naik peringkatnya. Peringkat biasanya berdasarkan berapa orang yang menjadikan paper dalam jurnal itu sebagai rujukan (impact factor).
2. Buku Kumpulan Jurnal
Buku ini berisi kumpulan paper-paper yang berfokus ke bidang riset tertentu. Sebenarnya ini mirip no.1 hanya saja di sini pembaca tidak perlu mencari paper rujukan karena buku tersebut sudah melampirkan paper rujukan pada buku tersebut. Biasanya bab I atau bab pendahuluan berisi satu paper jenis review yang membahas peneliti-peneliti yang menyelesaikan permasalahan tertentu disertai trend risetnya dan kita tidak perlu “berkeringat” mendownload jurnal yang akhirnya sia-sia karena tidak sesuai dengan riset kita. Kelemahannya adalah biasanya buku kumpulan jurnal terlambat hampir di atas lima tahun dan dikhawatirkan permasalahan kita sudah terjawab oleh paper yang lebih baru. Tetapi karena bentuknya yang berformat buku, pembaca lebih mudah mengikuti karena tulisan sedikit diberi tambahan (teori dasar, trik-trik) agar mudah dipahami (tentu saja agar bukunya laku terjual).
Untuk bidang-bidang tertentu seperti mechantronik, robotika, dan bidang terapan lainnya, terkadang agak sulit menemukan metode/teori baru. Biasanya paper yang ada adalah menerapkan teori terhadap kasus khusus yang belum pernah/jarang ditemui, misalnya robot kaki empat yang bisa menuruni tangga cocoknya dengan teknik “A”, dan sebagainya. Dan jurnal yang menerima biasanya meminta peneliti memberikan bukti rekaman agar yakin bahwa memang terbukti bisa diselesaikan dengan alat yang dirancang dengan teknik “A”.
Demikian tulisan singkat ini, siapa tahu bisa membantu, dan jujur saja saya juga baru sampai pada tahap ini. Kalau ada “jurus” lain silahkan berbagi ya.