Belajar Pengolahan Citra dari Sumber-Sumber di Internet

Mempelajari hal-hal baru, tidak hanya pengolahan citra, dapat dilakukan dengan memanfaatkan internet. Terlebih ketika kondisi pandemik seperti saat ini dimana perkuliahan dilaksanakan secara daring. Praktikum yang biasanya dilaksanakan secara offline di laboratorium, terpaksa memanfaatkan fasilitas pribadi milik mahasiswa, yakni laptop yang dilaksanakan secara online. Untungnya, salah satu bahasa pemrograman, yakni Python, diadposi oleh Google dengan meluncurkan aplikasi onlinenya untuk pemrograman, yakni Google Colab (silahkan lihat infonya di sini).

Semenjak kemunculannya, banyak peneliti, kampus, dan pemerhati artificial intelligent membagi kodingannya via Google Colab. Dengan menggunakan kata kunci: “Google Colab” <topik>, kita dapat menemukan sumber informasi yang diinginkan. Kalau pun tidak berupa link Google Colab, biasanya dalam situsnya disertakan juga link Google Colabnya. Nah, di situlah kita bisa belajar hal-hal yang terkait dengan teknologi yang kita inginkan.

Ada juga kontroversi terkait dengan belajar instan lewat internet, salah satunya adalah masalah ilmu dasar yang kurang diperhatikan mengingat biasanya hanya untuk aplikasi-aplikasi siap pakai saja. Menurut saya wajar, karena memang kaum milenial memiliki karakter “instant” yang harus dipenuhi oleh pengajar. Sebenarnya cukup membalik dari teori dan aplikasi menjadi aplikasi dan teori sudah mampu menarik minat mereka. Kalaupun ingin menerapkan teori dulu baru aplikasi, sebaiknya jangan terlalu panjang jedanya, syukur-syukur di pertemuan yang sama.

Beberapa dosen tidak menganjurkan menggunakan bahasa pemrograman dalam bentuk paket atau library-library seperti misalnya OpenCV untuk pengolahan citra. Alasannya tidak mendidik mahasiswa memahami dasar-dasar ilmu pengolahan citra. Mereka cenderung menggunakan Bahasa C++ dalam perkuliahan. Menurut saya baik, tetapi untuk mengejar ketertinggalan teknologi dengan negara-negara lain ada baiknya mengikuti trend teknologi terkini, apalagi jika mahasiswa ingin bekerja pada vendor/perusahaan yang memang cenderung menerapkan teknologi terkini baik dari bahasa, library, dan tools lainnya. Pembuat library pun menyediakan dasar-dasar ilmunya yang dapat diakses di situs resminya, misalnya OpenCV di link https://opencv.org/ atau pada dokumentasinya di sini, seperti contoh filter 2d dibahas pula dasar-dasar teorinya.

Tentu saja kita harus membaca buku teks standar pengolahan citra atau dasar-dasar matematika seperti kernel, matriks, dan lain-lain. Jika di era 90-an kita belajar ilmu dasar tanpa melihat langsung penerapannya, saat ini siswa lebih mudah melihat langsung penerapan ilmu dasar yang diajarkannya. Silahkan lihat video berikut untuk mengakses topik tertentu di Google Colab.

Iklan

Mengunduh Citra Satelit Resolusi Tinggi Google

Salah satu riset terkini adalah klasifikasi penggunaan lahan (land use) dengan Deep Learning. Data yang digunakan adalah citra satelit. Banyak penyedia data, misalnya USGS. Hanya saja data yang diunduh per Tile (istilah satu segmen potret satelit) kurang tajam (resulusi 30 m). Bandingkan dengan resolusi google earth yang bahkan di wilayah tertentu dalam skala sentimeter. Nah, untuk klasifikasi menggunakan pola gambar (bukan warna), perlu resolusi tinggi (kurang dari 1 m), salah satunya lewat Google Earth. Postingan ini membahas teknik pengunduhan citra satelit dari Google Earth.

Google Map Customizer

Salah satu situs penyedia pengunduhan adalah Google Map Customizer yang dapat diakses di link berikut ini. Fasilitas ini memanfaatkan citra Google Earth. Isian yang diperlukan adalah ukuran dari layar yang akan ditangkap. Arahkan saja ke resolusi yang sesuai, dilanjutkan dengan mengisi ukuran lebar dan tinggi (width dan high).

Perhatikan di sini saya menempatkan pojok kiri di daerah Aceh dengan resoulis wilayah Indonesia, berukuran 9000 baik untuk lebar dan tinggi. Ukuran sebesar ini, sebagai informasi, menghasilkan ukuran citra *.png 200 mb. Lanjutkan dengan menekan “Set Dimension”. Tunggu beberapa saat tergantung ukuran peta (makin besar makin lama pengunduhannya).

Save Screenshoot

Untuk lebih jelasnya Anda dapat mengklik “How to Use” di bagian bawah Google Map Customizer. Di situ disebutkan tentang alat bantu untuk screenshoot satu berkas panjang lewat addins Save Screenshot yang tersedia untuk Mozilla dan Google Chrome.

Tekan “Save as Image” untuk mengunduh citra. Anda bisa juga memilih PDF. Tunggu beberapa saat hingga proses pengunduhan selesai. Perhatikan, di sini citra yang dihasilkan cukup detil. Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

Agar Scanner UMAX 5600 Bisa Jalan di Windows 10

Setelah beberapa tahun tidak berhasil menjalankan UMAX 5600 di Windows 10 akhirnya bisa dijalankan juga. Sebelumnya memang scanner ini bisa digunakan dengan Windows XP yang lalu, setelah migrasi entah mengapa baik di forum Microsoft maupun di Googling tidak berhasil ditemukan. Selama ini digunakan dengan menggunakan VMWare yang berisi XP di dalamnya, tapi tentu saja jadi berat karena harus menyediakan satu mesin virtual XP di Windows 10.

Namun beberapa referensi di Youtube banyak yang menyarankan menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu dengan Tips dan Trik-nya. Nah, repotnya beberapa saya jalankan, dan berhasil. Sayangnya ada sedikit kombinasi antara satu Tip n Trik dengan lainnya.

1. Gunakan Driver yang Lama dengan Kompatibilitas set ke Windows Xp sp 2

Teknik ini dianjurkan karena driver sejatinya sudah ada. Namun masalahnya adalah tidak berhasil menginstal “Hot-Key”. Tetapi ketika gagal menginstal Hot key, tetap saja beberapa file terpasang di Windows 10. Sepertinya file-file tersebut bermanfaat.

2. Menggunakan Driver Bawaan Microsoft

Metode ini dapat dilihat di link youtube ini. Ketika terpasang tetap saja “Paint” tidak mendeteksi adanya Scanner. Saya lebih suka menggunakan Paint dibanding aplikasi bawaan UMAX yang butuh waktu lama ketika membuka. Di link tersebut disarankan menggunakan “PaperScan” yang bisa diunduh di link ini. Namun ketika dijalankan Hardware Scanner tidak terdeteksi.

Untuk mengatasi hal tersebut, setelah dijalankan langakah 1 dan 2 ternyata muncul pilihan UMAX 5600 di PaperScan yang muncul kemungkinan besar karena langkah 1. Hampir saja saya “uninstall” PaperScan. Masalahnya sekarang adalah mencari software free selain PaperScan yang gratis karena masih “Trial”. Sekian, semoga ada yang bisa memberi masukan.