Jenuh dan Bosan

Pandemik COVID-19 sudah berlangsung dua tahun. Jika dibandingkan dengan awal-awal kemunculannya saat ini sudah mengalami naik turun jumlah kasus hariannya. Ketika tulisan ini dibuat, di India terjadi lonjakan eksponensial, yang tidak sanggup diprediksi oleh mesin regresi manapun. Indonesia kini sudah mulai melakukan vaksinasi corona dan sepertinya tidak ada lagi penolakan yang berarti dari masyarakat. Yang dikhawatirkan adalah mudik lebaran yang berpotensi menambah kasus infeksi harian COVID-19.

Beberapa tempat peribadatan telah dibuka, termasuk mall di tempat saya, Bekasi. Memang, jenuh dan bosan sulit diatasi. Yang terpenting adalah jangan lengah dan tetap menjaga protokol kesehatan. Tempat saya bekerja terjadi kasus karena acara pelatihan. Walaupun tidak ada orang luar, tetapi rekan kita tidak bisa dijamin tidak pernah ke mana-mana. Ditambah lagi karena sudah kenal dekat, kita yakin rekan kita tidak membawa virus, akibatnya masker dan jaga jarak kurang diperhatikan.

TIdak dapat dipungkiri, kita sudah jenuh dengan belajar/bekerja dari rumah. Terkadang kejenuhan bisa membuat seseorang nekat dan berani walau dalam keadaan pandemik. Tak apa, yang penting tetap waspada. Postingan ini mudah-mudahan bisa mengusir jenuh pembaca sekalian.

Vaksinasi COVID-19

Untuk Mahasiswa

Mahasiswa saya ada yang terkena, tetapi karena masih muda hanya beberapa minggu sudah sembuh kembali. Masalahnya adalah mahasiswa yang berasal dari dosen yang tugas/ijin belajar. Seorang rekan saya terpaksa dilarikan kembali ke ICU karena kondisinya yang lemah, padahal sudah balik ke rumah dan dinyatakan negatif. Rekan saya yang satu angkatan studi ke luar negeri beasiswa BPPLN dikti meninggal karena paru-parunya gagal menangkap oksigen untuk tubuhnya.

Saran saya untuk mahasiswa doktoral yang biasanya sudah berusia lanjut adalah efektif dan efisien dalam menyelesaikan disertasinya. Seperti saran saya ketika pembekalan dulu di tahun 2013, mahasiswa doktoral tidak dituntut untuk memenangkan hadiah nobel. Waktu sangat berharga, sehingga makin cepat makin baik, apalagi beasiswa ada batasnya.

Dalam menghadapi jenuh dan bosan ternyata anak-anak lebih hebat. Saya perhatikan dua anak saya yang masih SD dan SMP sangat menikmati kesehariannya. Untungnya aplikasi-aplikasi di gadget sangat membantu mengusir jenuh asal dibatasi saja dan aktivitasnya positif. Oiya, kemampuan mengusir rasa jenuh dan bosan juga salah satu bagian dari kecerdasan. Jadi segala daya dan upaya harus kita lakukan dalam mengusir kebosajan baik dengan beribadah, berdoa, hingga aktivitas-aktivitas yang di luar rutinitas harian. Berkebun, memelihara binatang, saat ini menjadi banyak peminatnya.

Prioritas

Boleh saja kita menyalurkan hobi dan lain-lain untuk mengusir rasa jenuh, namun tanpa prioritas dikhawatirkan tugas-tugas utama tidak dapat selesai sesuai harapan. Kemampuan menentukan hal-hal yang penting dan mana yang kurang penting sangat perlu. Jika prioritas dapat kita tentukan di awal, diharapkan kesalahan-kesalahan untuk hal-hal yang penting dapat dihindari dan hanya terjadi pada hal-hal yang kurang penting. Manusia tidak luput dari lupa, namun jangan sampai lupa terhadap hal-hal yang penting. Apa saja kah hal penting itu? Kitalah yang tahu. Jika facebook, twitter, dan medsos lainnya lebih sering Anda akses dibanding tugas utama seperti membuat jurnal, menyusun disertasi, dan lain-lain, dapat dipastikan penentuan prioritas belum maksimal. Semoga tulisan di hari libur ini bermanfaat.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.