Berbagai caruk maruk permasalah negara Indonesia dari kasus-kasus korupsi para politisi-politisi yang bukan hanya dari partai umum, bahkan partai yang mengatasnamakan agama pun ikut terlibat. Walaupun menurut informasi bahwa jumlah pemilih golput meningkat dari pemilu tahun 2009, tetapi pelaksanaan pemilihan umum hari ini cukup berjalan dengan baik.
Yang membuat saya berhasrat untuk menulis di blog tentang pemilu ini adalah karena saat ini saya sedang menjalani tugas belajar di negeri gadjah Thailand. Berbeda karena pemilu luar negeri hanya memilih DPR pusat saja, juga tarik menarik kepentingan partai sangat terasa di sini.
Hegomoni PKS terhadap mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang tugas belajar sepertinya mulai meredup, mungkin karena berita buruk yang belakangan tersiar di berbagai media masa yang menurut mereka tidak adil terhadap partainya. Di Thailand sendiri, PKS merupakan partai pemenang pemilu tahun 2009 yang lalu. Tetapi kenyataan saat ini berbeda, di tanah air sendiri hasil quick count PKS tidak memperoleh target 3 besar yang diharapkannya, bahkan kalah oleh PKB yang meningkat hampir dua kali lipat dari pemilu yang lalu. Lebih sial lagi adalah Partai Demokrat yang cukup drastis turunnya akibat kasus-kasus yang menimpa ketua partainya yang dulu, Anas Urbaningrum. Untung saja strategi SBY untuk menggalang kekuatan dari capres-capres potensialnya sebagai pendongkrak suara sepertinya cukup berhasil. Gerindra sepertinya tertawa lebar karena kenaikannya hampir tiga kali lipat, karena memang mesin politiknya yang bekerja cukup baik dari kader-kadernya yang terus dilatih, baik real maupun lewat media internet. PDIP sendiri walaupun peringkat pertama, tetapi prosentasenya di bawah target (27%) yang mungkin akibat selain banyak kasus yang menimpanya, magnet Jokowi kurang berhasil mendongkrak suara, karena banyak pemilih yang belum tahu bahwa Jokowi capres dari PDIP. Tentu saja dampak dari lainnya seperti citra negatif oleh lawan-lawan politiknya di media, cukup mengganggu kenaikan hasil pemilu, walaupun dibanding tahun 2009, PDIP tetap naik sekitar 1 persen.
Untuk pemilu presiden 91 hari lagi, sepertinya akan terjadi pertarungan sengit antara Jokowi dengan Prabowo. Isu adanya poros tengah dari partai-partai Islam yang akan menyokong Mahfud MD juga perlu diwaspadai oleh capres PDIP dan Gerindra itu. Golkar diperkirakan akan bergabung dengan capres yang akan unggul karena partai ini dikenal sebagai partai yang selalu berkoalisi dengan pemerintahan. Bagaimana dengan PKS? Ini merupakan pertanyaan yang unik mengingat perseteruannya dengan PDIP sangat tajam. Jika PDIP menang di pilpres, PKS sepertinya akan menjadi partai oposisi, walaupun tentu bisa saja berkoalisi dengan PDIP di pemerintahan walaupun koalisi yang dilakukan oleh PKS cukup unik, dan tidak dapat saya beberkan di sini karena bisa menyinggung perasaan kader2nya. Salah satunya adalah PKS kerap keluar dari kebijakan koalisi yang sempat membuat ketua partai koalisi, SBY, sedikit geram dengan sikap partai yang dua muka tersebut.
Apapun hasilnya harus kita terima dengan lapang dada. Saya ucapkan Alhamdulillah karena berjalan dengan lancar dan memenuhi perundang-undangan. Gambar di atas foto bareng dengan panitia pemilu Bangkok yang datang menjemput bola para pemilih di kampus Asian Institute of Technology (AIT) Thailand (Saya kebetulan pake kaos warna kebangsaan he he). Coba kita perhatikan negara lain, seperti Afganistan yang untuk memilih saja rakyatnya kesulitan karena ancaman dari pihak pengacau keamanan. Di tempat saya belajar pun, Thailand, pemilu bulan februari lalu dibatalkan oleh pengadilan Thailand karena tingkat partisipasinya yang jauh dari persyaratan, baik jumlah pemilih, maupun jumlah wilayah yang mengadakan pemilihan umum.