Menjadi Master ber-“Sumbu Pendek”

Setiap permulaan itu susah. Entah ada persiapan atau tidak, kesulitan tetap muncul. Begitu pula dalam belajar. Sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi, pasti mengalami kesulitan-kesulitan. Bagaimana dengan pendidikan doktor, level terakhir suatu disiplin lilmu, sulitkah? Unik juga, walaupun sudah puluhan tahun kita belajar, tetap saja ketika menempuh pendidikan doktoral tak luput juga mengalami kesulitan-kesulitan, terutama di awal-awal dan bahkan berlanjut hingga akhir perkuliahan. Acara doctoral bootcamp yang diadakan baik dari pemerintah maupun inisiatif rekan-rekan dosen sepertinya bisa membantu, tetapi jangan hanya mengandalkan sarana tersebut karena memang acara itu untuk persiapan singkat saja. Padahal pendidikan doktor harus ditempuh selama tiga tahun hingga perpanjangan waktu yang tak pasti.

Silahkan bertanya dengan rekan-rekan yang sudah atau sedang kuliah doktoral. Banyak pengalaman-pengalaman yang bisa disharing. Tetapi jangan jadi patokan, karena kasus dia mungkin berbeda jauh dengan yang akan kita alami nanti. Misal saya bertanya dengan Prof. Habibie, dan jadi patokan saya, tentu saya akan stress duluan. Dua atau tiga orang Anda tanya, belum tentu juga bisa jadi patokan. Jangankan di kampus tempat kuliah yang berbeda, kampus yang sama pun pasti memiliki pengalaman yang berbeda.

Ketika pusing dan menjumpai jalan buntu, biasanya saya nongkrong dengan teman-teman se-negara, saling berbagi kesuksesan dan kesialan masing-masing. Bagi rekan kita mungkin sulit, tapi terkadang mudah bagi rekan yang lainnya. Ada yang bertahun-tahun tak kunjung terbit syarat jurnal internasionalnya, tetapi ada yang jurnal internasionalnya sudah diterima beberapa tahun yang lalu tetapi disertasi tak kunjung selesai. Ada yang tiap dua minggu harus presentasi kemajuan disertasi, ada yang dalam satu semester hanya sekali atau dua kali ketemu pembimbing, dan riset harus dijalankan seorang diri. Ada juga yang terkendala dengan syarat IPK lebih dari 3.5 dan harus mengulang atau mengambil course tambahan sebelum diperbolehkan riset. Dengan kata lain “ada-ada saja masalah yang muncul”. Satu rekan saya memilih pulang saja dan tidak lanjut, dan satu orang rekan meninggal di kampus, sudah cukup memperkaya batin dan selalu bersyukur dengan yang telah dicapai sejauh ini, sekecil apapun.

Photo by: Mbak Iwul

Beberapa tahun menjalani perkuliahan doktoral biasanya tumbuh kesadaran bahwa kita manusia biasa, ada kelemahan dan ada kelebihan. Waktu melihat rekan-rekan yang masih master, terlihat energi mereka yang besar, meluap-luap, saya sampai harus mengalah. Tepat sekali dengan istilah master yang artinya “jago banget”. Sayang juga sih ketika melihat master yang sudah berkiprah bertahun-tahun tetapi tidak melanjutkan ke jenjang yang tinggal selangkah lagi. Beberapa memang trauma dengan pusingnya mengambil S2 dulu. Tetapi kabar baiknya adalah baik pusing ketika S2 maupun tidak, untuk doktoral tidak ada bedanya. Kabar buruknya: tetap saja pusing. Untuk itulah doctoral bootcamp terkadang penting sebagai pemicu. Jika ada seorang master bertipe “sumbu pendek”, dengan dipicu sedikit, langsung semangatnya meledak dan lanjut doktoral. Tetapi kebanyakan sumbu panjang, menyala terus tetapi tidak meledak-ledak, bahkan ada yang mati dan butuh dibakar lagi.

Seorang master yang bersumbu pendek, terkadang tidak perlu doctoral bootcamp. Melihat temannya yang masih unyu-unyu berangkat S3 saja sudah bikin meledak. Tetapi untuk meledak diperlukan syarat-syarat penting: bahasa Inggris (atau yang sesuai dengan negara tujuan), kemampuan membaca (tulisan ilmiah disertai dengan keingintahuan yang tinggi), mengasah lagi ke-master-annya dengan menulis artikel, seminar internasional, dan lain-lain sehingga siapa tahu diminati oleh calon supervisor. Untuk bahasa Inggris, yang utama adalah writing; untuk listening dan speaking yang penting nyambung saja (kecuali memang doktoralnya bidang sastra Inggris). Reading tentu saja harus bisa, hampir 50-an jurnal dibaca untuk proposal disertasi. Terkadang puluhan lainnya dibuang karena tidak relevan dengan judul yang diajukan.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.