Unified Process (UP) dan Unified Modeling Language (UML)

Untuk UML kita sering mendengarnya, terutama bagi mahasiswa jurusan ilmu komputer, teknik informatika, ataupun sistem informasi. Sementara UP, sepertinya jarang terdengar, terkadang kurikulum pun tidak memasukannya. Biasanya UP dipisahkan dengan UML karena UP merupakan bagian dari proses perancangan perangkat lunak. Terkadang juga masuk dalam materi analisa dan disain sistem informasi.

Untuk informasi mengenai apa itu UP bisa dilihat di internet, misalnya wikipedia yang sepertinya akurat, sesuai dengan teori yang ada. Untuk yang ingin detilnya bisa lihat rujukan buku milik Jim Arlow (Arlow & Neustadt, 2005) atau karangan Craig Larman (Larman, 2005).

Lalu hubungannya apa UP dengan UML? Sebelumnya ada istilah Rational Unified Process (RUP) yang merupakan benchmark IBM untuk menggambarkan proses perancangan perangkat lunak. Untuk menghindari penamaan pabrikan/vendor, tri-amigos: Ivar Jacobson, James Rumbaugh dan Grady Booch menerbitkan buku khusus UP. Mereka merupakan para pencetus UML, tool untuk penggambaran dan pemodelan sistem berbasis obyek. Jadi UP itu pemodelan dan framework proses sementara UML hasil dari prosesnya (masih dalam bentuk blue-print).

UP bersifat iteratif yang tiap iterasi terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut, untuk menghafalnya disingkat IEKT:

  • Incepsi: penentuan tujuan-tujuan (life cycle objectives)
  • Elaborasi: pembuatan arsitektur sistem
  • Konstruksi: kapasitas dan kemampuan sistem dibentuk
  • Transisi: produk siap uji

Buku Arlow membahas keempat tahapan UP tersebut yang dikombinasikan dengan waterfall (requirements, analisis, disain, implementasi dan testing, disingkat RADIT). Bentuknya di tiap-tiap RADIT ada IEKT dari UP. Namun ada juga yang sebaliknya, di tiap IEKT-nya UP ada RADIT. Namun yang dibahas di buku adalah yang bentuk pertama. Sementara itu ketika melihat buku Larman yang cukup tebal, ternyata UP hanya sampai Elaborasi. Tidak ada konstruksi dan transisi. Belum sempat saya baca sampai sana, hanya saja ada elaborasi-1, elaborasi-2. Bukunya cukup tebal dengan bahasa Java sebagai ilustrasinya.

Sempat saya baca juga dalam satu kolom khusus dalam buku Larman, bahwa tidak ada peluru perak (istilahnya senjata pamungkas pembunuh vampir) dalam bentuk tools atau teknik perancangan perangkat lunak, dikatakan oleh Dr. Frederick Brookes (lihat buku Mythical Man-month). Jadi kalau ada yang bilang suatu teknik itu ampuh untuk segala bentuk sistem, dipastikan tidak mungkin alias gombal, baik yg mengatakan itu dosen ataupun sales CASE (alat bantu pembuatan software). Tetap saja jika pengguna tidak memahami konsep Object Oriented akan kesulitan menggunakan CASE jenis apapun (dibahas di buku: “Death by UML Fever” karangan Booch). Seperti biasa, tiap buku berbeda-beda pahamnya, seperti post yang lalu bahwa beberapa buku analisa disain/rekayasa perangkat lunak (Pressman, 2001; Sommerville, 2007) masih mentolerir menggunakan non-object programming dengan UML. Tidak ada salahnya juga menggunakan model lain yg bukan standar UML untuk penggambaran sistem berbasis objek asal bermaksud memperjelas pembacaan model (Fowler, 2004). Tetapi alangkah idealnya jika sistem yg dirancang dengan UML berbasis object. Selamat ber-UML.

Reference

Arlow, J., & Neustadt, I. (2005). UML 2 and the Unified Process (Second). United States: Pearson Education Limited.

Fowler, M. (2004). UML Distilled (3rd ed.). United States: Pearson.

Larman, C. (2005). Applying UML and Patterns (3rd ed.). United States: Pearson.

Pressman, R. S. (2001). Software Engineering – A Practitioner’s Approach (Fifth Edit). New York: McGraw Hill.

Sommerville, I. (2007). Software Engineering – Eighth Edition. London: Pearson Education Limited.

 

Iklan

Kepemimpinan dalam Pendidikan/Pengajaran

Gara-gara tulisan yang lalu menyebutkan bahwa mahasiswa PhD harus belajar juga kepemimpin terpaksa cari-cari buku tentang hal itu di perpustakaan kampus. Baru naik tangga sudah menemukan buku yang judulnya “The Art of Leadership” karya Manning dan Curtis dari universitas Kentacky.

Lumayan banyak isinya, dan saya langsung ke bagian-bagian akhir yang bercerita tentang kependidikan, yang cocok dengan background saya. Di paragraf awal bab itu diilustrasikan suasana kelas sekolah dasar yang menggambarkan seorang anak yang bingung dan serba salah. Repotnya lagi bukan teman sebangkunya saja yang menyalahkan, guru-nya pun bukan seorang pemimpin yang baik karena selalu menyalahkan. “Bukan disuruh menulis itu!”, “Tulis dengan pensil (karena anak itu menggunakan crayon)!”, “jangan berisik (karena ketika menulis sambil bersuara)!”, dan seterusnya. Di akhir cerita anak itu tidak mau masuk kelas lagi. Padahal anak tersebut hanya bingung, kenapa salah terus, dan sama sekali tidak ada tindakannya yang benar. Intinya adalah seorang pemimpin harus menghormati (respect) orang lain. Pasti ada sesuatu yang benar, tidak mungkin salah semua, seperti kisah berikut.

Bankir dan Pengemis

Seorang bankir ternama melewati seorang pengemis yang sedang duduk di pinggir jalan dekat bank. Pengemis itu duduk sambil iseng merakit pensil. Sambil memberi uang receh, bankir itu berkata ke pengemis itu bahwa uang itu untuk membeli pensil yang baru saja dibuatnya. Pengemis itu pun terlihat gembira dan memberikan pensil rakitannya. Tidak lama kemudian bankir itu tidak pernah menjumpai pengemis itu hingga suatu saat dia sedang membeli alat tulis dan berjumpa dengan pemilik toko alat tulis itu yang ternyata adalah pengemis yang di beri uang untuk jasa pensil-nya. Pengemis yang kini adalah pemilik toko itu menyampaikan bahwa ketika ia membeli pensil itu, sikap penghargaan atas jerih payah dan keahlianyalah yang memantik semangat di dadanya untuk tidak mengemis dan berdagang pensil. Bankir tersebut tidak menyalahkan pekerjaan mengemis, tetapi menghargai kreativitas membuat pensilnya. Selain menghargai, sifat pemimpin yang lain (hubungannya dengan pendidikan) adalah ikut berusaha meningkatkan kualitas orang lain seperti kisah pemain basket ini.

Michael Jordan dan Sang Pelatih

Kita mengenal Jordan adalah seorang pebasket ternama dari AS. Dengan keahliannya dalam mencuri bola dan memasukan ke keranjang, dia sejak awal disebut pemain berbakat. Seperti biasa, anak muda terkesan ingin dilihat dan menjadi pusat perhatian. Tetapi sang pelatih mengajarkan untuk ikut melatih rekan-rekannya dalam hal teknik bermain basket. Sepertinya Jordan sadar dan mengikuti arahan sang pelatih. Tidak lama kemudian hampir semua rekan-rekannya mengalami kemajuan dalam skill bermain basket. Tidak hanya Jordan yang kian terkenal, klubnya pun (Bulls) menjadi klub teratas yg pernah menjuarai NBA. Selain mengajarkan orang lain, belajar langsung dari master merupakan hal yang sering dijumpai, misalnya the Beatles yang belajar dari Chuck Berry, dan bintang-bintang lain yang tumbuh karena bimbingan bintang sebelumnya. Jadi terbayang bintang sepakbola Lionel Messi, yang timnya, Argentina, saat tulisan ini dibuat jangankan lolos, zona playoff pun tergusur oleh Peru (semoga tim favoritku ini lolos). Selain mengajari, seorang pemimpin pun harus terus belajar.

Thomas Watson dan IBM

Watson yang merupakan putra dari pendiri industri komputer IBM jadi serba salah dan merasa dibayang-bayangi oleh kehebatan, kecerdasan, dan kepemimpinan ayahnya. Ketika frustrasi meniru ayahnya, dia sadar bahwa tiap orang unik dan berbeda. Kemudian dia mulai menilai dirinya, dan sadar bahwa dia memiliki kecintaan dan keahlian dalah hal kedirgantaraan. Akhirnya dia menekuni hal itu, hingga menjadi pejabat di kantor pertahanan udara AS ketika perang dunia kedua. Setelah masa damai, dia menggantikan ayahnya memimpin IBM, dengan prinsip seperti dirinya bebas untuk terus belajar, terbukti perusahaan yang dipimpinnya bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya di era itu dan tercatat dalam sejarah sebagai perusahaan yang paling banyak memberi keuntungan kepada pemegang sahamnya waktu itu.

Terus apalagi ya, maaf soalnya buku rujukannya sudah saya kembalikan. Mungkin itu saja yang berkaitan dengan pendidikan/pengajaran, yang lainnya berhubungan dengan permasalahan-permasalahan bisnis dan teknis seperti problem upah yang tidak seimbang dengan kinerja (kelebihan/kekurangan), juga apa pelatihan yang perlu dibuat untuk mencapai target tertentu …. ups itu pendidikan juga ya, tapi lupa-lupa ingat saya. Misalnya untuk meningkatkan penjualan (marketing), meningkatkan hasil (teknis), meningkatkan SDM (manajer SDM), dll, apa bentuk pelatihan yang tepat. Mungkin dilanjutkan di kesempatan lain. Semoga bermanfaat.

Update: 12 Okt 2017

Syukurlah kemarin ada kabar, Argentina lolos berkat hatrick messi ke gawang ekuador.