Ada buku berjudul “The Death of Expertise” yang artinya matinya para pakar. Mati di sini artinya peran kepakarannya tidak dianggap oleh masyarakat. Silahkan baca resensinya di link New York Times ini. Pakar adalah orang yang memiliki ilmu tertentu, yang pada jaman dahulu (mudah-mudahan saat ini juga) sangat dihargai.
Beberapa agama, salah satunya Islam memiliki riwayat bahwa nabi Adam a.s. ketika diciptakan, Allah langsung mengajari nama-nama benda, dan Adam mampu mengikuti. Beberapa ciptaan sujud, termasuk malaikat, kecuali setan yang merasa iri karena asal usul (dari api) dan senioritas. Jadi kalau saat ini ada orang yang tidak menghargai maka mungkin itulah alasannya (iri, asal usul, dan senioritas).
Gerakan Anti-Rasionalisme
Saya sendiri belum membaca buku “the death of expertise” karangan Tom Nichols. Dari resensi di majalah online tersebut disinggung maraknya gerakan anti-rasionalisme. Maksudnya adalah tidak memandang temuan-temuan ilmiah, seperti pemanasan global, vaksinasi, dan sejenisnya. Jangankan di negara kita, di amerika serikat pun masyarakatnya juga mulai anti-rasio. Tentu saja maksud anti-rasionalime tidak sepenuhnya menolak temuan-temuan ilmiah. Bisa jadi sikap yang tidak mengindahkan (ignorance) masuk kategori anti-rasionalisme. Buku tersebut muncul dipicu oleh menangnya presiden amerika serikat, Donald J. Trumph. Bahkan ada indikasi kemerdekaan untuk tidak mempercayai ilmuwan atau rasionalitas (declaration of independent). Jadi, tak ada gunanya lagi debat terbuka calon pemimpin.
Wabah Hoaks
Seperti di negara kita, di amerika pun wabah hoaks (fake news and propaganda) muncul, terutama menjelang pemilihan umum. Munculnya internet dan banyaknya orang yang merasa “self educated genius” karena dengan mudahnya mencari informasi di dunia maya. Repotnya adalah banyak orang yang hanya mengandalkan sumber dari seseorang yang dipercaya saja. Bahkan ada istilah confirmation bias, hanya membaca sumber yang mendukung pendapatnya saja. Orang-orang seperti itulah sasaran utama hoaks yang seandainya tiap orang check and recheck dan tidak hanya mengandalkan satu sumber, maka hoaks tidak akan laku.
Merendahkan Institusi Pendidikan
Publik amerika (mungkin juga Indonesia) menuntut para ilmuwan untuk segera menjawab permasalahan nasional yang rumit dan multidisiplin, terkait satu sama lain. Repotnya, mereka mendukung orang-orang yang mewakili kemarahan mereka. Mereka ingin cepat diberi informasi dan cenderung memilih wakilnya yang berkarakter mudah marah dan protes seperti mereka. Para expert dipaksa segera menyimpulkan segala hal menurut sudut pandang bidang mereka yang memang biasanya spesifik dan kegaduhan pun muncul. Buku yang menarik untuk dibaca dan diterapkan untuk meminimalisir dampak negatif sikap-sikap anti-rasionalisme di tanah air.
Jadi bagaimana? Apakah derajat orang berilmu masih tinggi seperti surat 58 ayat 11? Walaupun saat ini kelihatannya materialisme merasuk ke sagala aspek kehidupan, dimana orang berharta lebih dihargai, tetapi perkataan tuhan pencipta alam semesta tentu saja masih harus lebih dipercaya dari pada berita hoaks. Semoga postingan singkat ini bermanfaat.
Referensi
-
Nichols, Tom. The death of expertise. New York Times. Link.
- Surat Mujadilah (58) ayat 11,
- يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬ۚ
- “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”