Mengetahui Kekuatan Kita

Mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sangat sulit karena menyangkut sesuatu yang sulit diukur. Namun demikian tetap harus diketahui karena terkait dengan tujuan jangka panjang. Bagi peneliti adalah roadmap penelitian, atau bagi mahasiswa berupa proposal penelitian yang akan disusun. Postingan kali ini sedikit berbagi apa saja yang harus diperhatikan dalam memahami kekuatan kita.

Meningkatkan Kekuatan vs Mengurangi Kelemahan

Namanya manusia pasti ada kelebihan dan kekurangan. Untuk pelajar yang masih fresh, baik meningkatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan dua-duanya penting dan menjadi fokus utama, walau ketika beranjak dewasa terkadang di negara maju sudah mulai fokus meningkatkan bakat yang ada, apakah sepak bola, tenis, peneliti atau penyanyi, pelukis dan spesialis-spesialis lainnya. Nah, untuk dosen-dosen seusia saya jika fokus mengurangi kelemahan, dikhawatirkan tidak ada waktu tersisa untuk meningkatkan kekuatan yang dimiliki.

Dalam suatu organisasi, misalnya kampus terkadang pimpinan tidak mampu mengumpulkan pundi-pundi kekuatan dari SDM yang ada. Bahkan dalam perputaran organisasi, para staf cenderung melihat kelemahan yang memang mudah dilihat, sementara kelebihan-kelebihan kurang di-ekspos. Saling menjatuhkan, intrik-intrik politik dalam satu organisasi terkadang lupa bahwa seharusnyalah bersaing dengan organisasi lain yang terus berbenah, apalagi di era disrupsi dan pandemi COVID-19. Hal ini terkadang lumrah dijumpai, kita cenderung kurang menghargai prestasi bangsa sendiri, terlepas dari sukses atau gagal. Di Jepang, pesumo walaupun kalah tetap dihormati dan mendapat bayaran yang tinggi. Untuk yang dekat dengan Indonesia, misalnya Thailand dan Malaysia, mereka sangat menghormati atlit-atlit yang membela bangsanya. Tampak yel-yel “don’t be sad, its ok” bergemuruh dari suporternya ketika Malaysia kalah di final memanah dengan Indonesia. Atlit-atlit Thailand, misalnya, disambut di bandara oleh para penggemarnya menang atau kalah. Untungnya saat ini negara kita mulai menghargai atlit-atlitnya yang berprestasi.

Jebakan “Iklan”

Iklan di sini maksudnya hal-hal yang menarik perhatian saat ini. Misalnya, ketika tren “machine learning”, semua pada fokus ke machine learning, tidak perduli cocok atau tidak, perlu atau tidak. Bahkan ada anekdot yang ditujukan orang yang baru belajar machine learning yang nyinyir dengan rekannya yang belajar statistik atau matematika.

Saya teringat rekan saya yang jago di satu bidang, tetapi karena godaan bidang lain akhirnya meninggalkan bidang yang dikuasainya dan beralih ke bidang baru yang lebih diminati walau dari nol lagi. Hal ini terkadang wajar, dan mirip “jebakan batman”. Ibarat anak yang sudah jago satu hal, terkadang jika tidak ada lawan sebanding akan bosan juga. Merasa keahliannya yang sebenarnya sudah tinggi, dianggap olehnya biasa-biasa saja, sehingga bosan dan berusaha mencari bidang lain yang menurutnya lebih menarik. Bayangkan, misalnya Anda menguasai Java, jika orang lain sanggup menyelesaikan satu problem dalam satu minggu, Anda sanggup mengerjakannya beberapa jam saja, maka itulah kekuatan Anda yang sebenarnya. Tapi karena bosan Anda beralih misalnya ke Python, dan Anda mengerjakan satu problem selama satu minggu, padahal orang-orang bisa dalam beberapa jam saja. Anda tidak akan dilirik orang.

Terlalu Asyik Mengerjakan Rutinitas

Beberapa rekan saya, karena asyik menjalankan rutinitas jadi kurang meningkatkan kekuatannya. Dalam satu seminar internasional, saya kebetulan satu meja makan dengan mereka. Kebetulan mereka ibu-ibu yang saya faham banyak kegiatan rumah tangga yang menyita. Saya dengan jujur berkata bahwa kalian sadar atau tidak kalau kualitas di atas rekan-rekan lain yang baru. Mereka malah tersenyum, dan mengatakan kalau saya hanya memuji. Saya malah balas berkata bahwa apa untungnya bagi saya mengatakan demikian. Eh, tidak lama kemudian mereka terkejut ketika namanya disebutkan di forum sebagai salah satu “best paper”.

Nah, bagaimana dengan kelemahan? Tentu saja harus diatasi dan dikurangi, terutama yang mengganggu jalannya kinerja. Namun jika susah, ya fokus saja ke kelebihan/kekuatan. Tidak mungkin memaksa menjadi penulis buku jika lambat mengetik, atau menjadi motivator tetapi sulit pidato. Mungkin cocok di laboratorium, atau selalu menang hibah. Kolaborasi saat ini menjadi satu keharusan. Satu kelemahan bisa diisi oleh kelebihan rekan kita. Dalam pembukaan rakornas asosiasi perguruan tinggi infokom (APTIKOM), ketua aptikom menganjurkan kita fokus ke kekuatan yang ada di kita sekarang daripada menunggu yang tidak/belum ada. Yuk, kita mulai fokus ke kekuatan kita dan berkolaborasi.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.