Style atau yang dikenal dengan gaya bahasa adalah cara bagaimana suatu tulisan dibuat oleh penulis. Dengan demikian maka gaya bahasa sangat bervariasi mengikuti filosofi atau personal dari si penulis itu sendiri. Hasilnya adalah pilihan kata yang digunakan, jenis klausa yang sering digunakan, dan sejenisnya. Masalahnya adalah apa yang mendasari gaya bahasa suatu tulisan?
Masih membahas buku “Writing with a Purpose” karya McCrimmon, dijelaskan bahwa gaya bahasa adalah seluruh pilihan yang diambil oleh seorang penulis mengikuti kebutuhan tertentu. Gaya bahasa yang konsisten dapat menggambarkan: 1) sudut pandang penulis terhadap subyek tertentu, 2) pandangan terhadap pembaca, 3) personalia penulis, 4) bahan-bahan tulisan yang dipilih, dan 5) bagaimana penulis mengatur komposisi tulisan. Beberapa aspek yang menjadi ciri suatu gaya bahasa seseorang penulis antara lain: 1) struktur kalimat, 2) pilihan kata (diction), 3) Tone, dan 4) jarak (distance). Berikut penjelasan dari aspek-aspek tersebut:
Struktur kalimat bisa berupa kalimat standar, paralel, balans, dan periodik (lihat postingan tentang jenis-jenis kalimat). Gaya bahasa seorang penulis dapat diketahui dari berapa banyak dia menggunakan jenis-jenis kalimat tersebut. Termasuk penggunaan modifier untuk menjelaskan suatu kata. Pilihan kata sangat berpengaruh terhadap tingkat abstrak atau real dari tulisan seorang penulis. Tone sendiri berarti suatu perlakuan/sikap penulis terhadap pembaca, apakah friendly¸ sebagai konsultan, dan lain-lain. Jarak penulis dengan pembaca dapat dilihat dari penggunaan kata ganti. Jika saya atau kita kerap muncul dalam struktur kalimat, maka penulis mengganggap jarak yang dekat dengan pembaca.
McCrimmon kemudian memberikan saran-saran dalam penggunaan gaya bahasa oleh penulis. Walaupun pada dasarnya gaya bahasa tidak bisa dipaksakan. Berikut ini bisa dijadikan patokan:
-
Ikuti gaya bahasa berdasarkan kebutuhan penulisan. Setelah kebutuhan ditentukan, maka gaya bahasa akan konsisten berdasarkan kebutuhan tersebut. Terkadang ada sedikit kesalahan, tetapi dengan konsisten terhadap kebutuhan, revisi dapat memperbaikinya.
-
Perhatikan target pembaca, terkadang perlu menggunakan gaya bahasa informal seperti berdialog sehari-hari. Manfaatnya adalah menghindari tulisan yang terlalu abstrak, general, dan samar-samar. Pastikan pembaca mengikuti tulisan yang kita buat.
-
Untuk pelajar/mahasiswa, ada baiknya tidak terlalu mengikuti secara kaku gaya bahasa yang diinginkan dosen pembimbing. Jangan terlalu memaksakan diri di awal untuk membuat kalimat hebat, berbunga-bunga, melainkan biasa saja, yang terpenting adalah “honest writing“, tulisan yang jujur.
-
Se-spesifik mungkin. Ada pepatah China yang mengatakan bahwa sebuah gambar lebih baik dari seribu kata. Pepatah ini berimplikasi bahwa menulis harus berusaha membuat pembaca seolah-oleh bisa melihat, merasakan, dan membayangkan tulisan yang dibuat.
-
Gunakan kata-kata yang nyata. Manfaatnya adalah memberi gambaran yang jelas kepada pembaca. Sebagai contoh: “the man walked down the street” merupakan kalimat yang masih general. Walked sebagai kata kerja memiliki kandidat yang lain: limped, lurched, staggered, strode, atau meandered. Pilih yang benar-benar menggambarkan bagaimana pria itu berjalan. Tentu saja, jangan sampai salah, misalnya: “the blind man strode down the street” jika menggambarkan seorang buta yang berjalan hati-hati. Selain itu menambahkan modifier yang konkrit dapat juga meng-konkrit-kan kata walked, misal (perhatikan kata yg dicetak miring): “the blind man moved cautiously down the street.
-
Menggunakan jenis kata figuratif. Biasanya untuk melukiskan gerakan atau proses. Tetapi jika membingungkan pembaca sebaiknya dihindari.
-
Revisi tiap kalimat secukupnya dan beri tekanan berdasarkan kebutuhan. Seperti pada tulisan sebelumnya, gunakan urutan, perulangan, paralelisme, dan posisi untuk memberi tekanan.
-
Jika kalimat dalam tulisan kita terkesan monoton dari sisi panjang kata, atau jenis kalimat maka gunakan sedikit variasi. Mungkin ada sedikit perubahan dua kalimat dalam satu paragraf dapat menambah variasi. Tetapi jangan terlalu banyak karena dapat terkesan dibuat-buat dan tidak alami. Secara umum kalimat harus kebanyakan dalam bentuk standar, dengan panjang kira-kira 12 hingga 30 kata.
-
Terakhir, ingat bahwa “dosa terbesar dari sudut pandang pembaca adalah ketidakjelasan dan bertele-tele”. Perlu diingat jangan memotong panjang tulisan hingga mengurangi konten/isi dari pesan yang akan disampaikan. Yang penting adalah tidak menggunakan terlalu banyak kata terhadap pesan yang akan disampaikan penulis.
Demikian ringkasan dari buku yang akan saya kembalikan lagi ke perpustakaan. Postingan ini sebenarnya untuk catatan saya saja, maklum sudah sering lupa. Semoga sedikit bermanfaat.