Pada postingan yang lalu telah dibahas secara singkat cara membuat kalimat yang efektif pada tulisan ilmiah. Pada prinsipnya tulisan yang efektif pada publikasi ilmiah juga efektif pada publikasi yang umum seperti artikel di surat kabar, majalah, buku teks, buku pelajaran dan lain-lain. Berbeda dengan tulisan ilmiah, tulisan untuk umum, termasuk di dalamnya karangan fiksi, mengedepankan keindahan tata bahasa yang digunakan. Namun tetap baik tulisan ilmiah maupun tulisan umum mengharuskan adanya flow atau alur cerita yang baik.
Jika pada tulisan ilmiah, alur cerita didukung dengan kalimat-kalimat sederhana yang singkat, padat, dan jelas, pada tulisan umum terkadang keindahan suatu kalimat sangat penting. Salah satu buku yang membahas cara membuat kalimat efektif untuk tulisan umum adalah “writing in a purpose” karya McCrimmon yang saya peroleh dari perpustakaan kampus. Buku yang lumayan lama, tahun 1973, tetapi lumayan baik dan masih bisa diterapkan saat ini (di amazon dijual edisi ke-8). Tulisan umum biasanya tidak dibatasi oleh jumlah halaman sehingga pengarang bebas bereksplorasi dengan kata-kata, berbeda dengan tulisan ilmiah (jurnal, makalah, dan sejenisnya).

Tulisan umum membutuhkan kalimat efektif untuk mengekspresikan suatu ide. Ada empat bentuk tipe yang akan dibahas di sini, antara lain: standar, paralel, balanced, dan periodik. Walaupun beberapa kalimat mungkin gabungan dari keempat tipe di atas, tetapi keempat tipe memiliki karakteristik khusus yang membedakan antara satu dengan lainnya. Selanjutnya akan dibahas satu persatu.
A. Kalimat Standar
Kalimat standar merupakan kalimat yang paling banyak digunakan. Kalimat ini menggunakan pola biasa yaitu subyek-predikat. Penulis menggunakan klausa utama dan diikuti dengan informasi tambahan. Contohnya adalah:
Perhatikan kalimat dengan tulisan miring yang merupakan klausa utama di atas. Penulis bebas menambahkan informasi tambahan setelahnya. Selain itu, penulis juga bisa melakukan modifikasi untuk meningkatkan isi pesan dalam suatu kalimat. Mungkin sudah banyak yang memahami maksud modifikasi karena memang pasti dijumpai di bangku sekolah. Penambahan makna dapat dilakukan baik pada bagian subyek, predikat, maupun obyek. Contoh dalam tanda kurung berikut ini merupakan modifikasi yang menambah makna tertentu dalam kalimat.
Terkadang pemadatan makna dilakukan dengan menggabungkan dua kalimat dalam bentuk subordination dimana salah satu klause menjadi klausa utama. Misalnya contoh berikut ini:
B. Kalimat Paralel
Kalimat paralel muncul ketika menggabungkan beberapa kalimat menjadi satu kalimat dan masing-masing setara. Ada suatu pengulangan yang terjadi dan pengulangan pada tema tertentu. Misalnya kalimat di bawah ini yang merupakan pengulangan dari “the right to”:
-
I am in favor of equal rights for women, especially the right to compete on equal terms for jobs for which they are qualified, the right to get the same pay as men for the same job, the right to equal opportunities for promotion, ….
C. The Balanced Sentences
Kalimat balanced merupakan kasus khusus dari kalimat paralel dimana ada elemen yang berseberangan satu sama lain. Contoh berikut bisa dijadikan rujukan jenis kalimat ini:
-
You do your thing, and I’ll do mine.
-
Man is mortal, but humanity is not.
-
I come to bury Caesar, not to praise him.
-
His experience suggests that he can do the job; his character assures that he will do it well.
Ada sedikit jeda antara satu elemen dengan elemen lawannya, biasanya dengan koma dan kata sambung “and” atau kebalikan “not”. Tetapi terkadang juga dengan titik koma seperti kalimat terakhir. Kalimat terakhir merupakan contoh yang bukan kontras dari elemen sebelumnya, tetapi kebanyakan kalimat balanced untuk kasus kontras antar elemen.
D. Kalimat Periodik
Kalimat periodik merupakan gabungan kalimat tipe paralel dengan bagian klimaks pada klausa utama. Kalimat ini menurut saya paling rumit karena pembaca harus memahami komposisi klausa-klausa yang terlibat. Contohnya adlah kalimat di bawah ini:
-
But if life hardly seems worth living, if liberty is used for subhuman purposes, if the pursuers of happiness know nothing about the nature of their quarry or the elementary techniques of hunting, these constitutional rights will not be very meaningful.
Kalimat di atas penulis menggunakan rentetan klausa “if” untuk membuat kesimpulan pada klausa utama. Jika kita beri simbol “C” untuk klause anak, dan “M” untuk klausa utama maka diagram kalimat di atas adalah C, C, C, M. Jika suatu frasa kita beri simbol “F” maka kalimat di bawah ini yang merupakan rentetan frasa F, F, F, F, M untuk menekankan (klimaks) pada klausa utama.
Akhir kata, tidak semua jenis harus diterapkan dalam tulisan kita. Gunakan yang cocok dengan jenis tulisan yang akan dipublikasikan. Dan sebaiknya gunakan prosedur “rewriting” untuk merevisi tulisan yang telah ditulis untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas kalimat (Insya Allah pada postingan berikutnya).
Semoga bermanfaat.