Mereview Jurnal Untuk Pertama Kali

Dulu pernah ada tawaran mereview jurnal, tetapi saya menolaknya karena belum ‘PD’, percaya diri, mengingat belum pernah mempublikasikan tulisan di jurnal internasional, hanya beberapa seminar internasional. Tentu saja ditambah kendala bahasa, bahasa Inggris. Setelah lelah menulis dan lelah menjawab pertanyaan dari tiga reviewer ketika submit ke jurnal dan berhasil dipublikasi, barulah bersedia menjadi reviewer. Untungnya yang menawari untuk jadi reviewer adalah jurnal nasional, sehingga bisa bekerja cepat. Pengalaman bagaimana para reviewer jurnal berimpak di atas satu itu mencecar saya, tentu saja tidak serta merta saya terapkan di jurnal nasional. Namun tetap harus direvisi agar hasil publikasinya bagus dan banyak disitasi pembaca/periset lainnya. Dan yang terpenting adalah hutang budi telah direview olah orang lain dan sekarang saatnya membayar hutang itu, dan untungnya pengelola jurnal itu adalah sebuah yayasan nirlaba.

Ketika log-in sebagari reviewer, kaget juga ternyata menggunakan aplikasi Open Journal System (OJS) yang sedang giat untuk dijalankan pada pengelola jurnal di Indonesia oleh Ristek-dikti. Perkembangan aplikasi ini cukup pesat, bukan sekedar situs untuk mendokumentasikan artikel jurnal melainkan seluruh tahapan publikasi. Sebaiknya semua pengelola jurnal lokal mengikuti aturan standar publikasi jurnal yaitu peer-reviewer. Editornya juga sudah menggunakan prinsip blind-reviewing dimana reviewer tidak bisa melihat siapa yang sedang di-review.

Barusan saya menonton film berjudul “Genius”. Ceritanya tentang pengarang yang bersahabat dengan penerbit. Bagaimana mereka mendiskusikan judul, penyuntingan dan aspek lainnya yang cukup menarik seperti masalah keharmonisan rumah tangga, ekonomi, dll. Seorang penulis harus tetap dituntut untuk memperhatikan kehidupannya. Jadi ingat komunikasi dengan penerbit waktu publikasi buku. Oiya … juga dengan pembacanya. Berikut trailler film-nya:

Iklan

2 respons untuk ‘Mereview Jurnal Untuk Pertama Kali

  1. Jadi untuk mengatasi kesulitan dalam academic writing in english, kl boleh tau apa yg bapak lakukan? Apakah ada kursusnya atau tdk pak? salah satu kesulitan dan hambatan juga adalah hal ini. Terimakasih

    1. kalo dosen ada kursus gratis IELTS, waktu itu sy ikut, mentornya dari AS, native. Pastikan scor writing di atas 6.0. Barengan saya yg dosen sastra inggris ternyata kesulitan, repotnya di situ, speaking, reading, dan listening beda dengan writing. Baca tulisan/paper/buku yg penulisnya kalau bisa native. Profesor sy yg dari AS bilang proofread ke orang native english dan bukan cuma cek tapi mau diskusi apa yg kita maksud.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.