Postingan kali ini saya mengangkat topik hubungan komputer dengan data spasial. Hal ini karena kemarin, tanggal 10 Agustus 2017 telah diadakan seminar nasional “smart city” di Unversitas Gunadarma tentang “Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah Mewujudkan Smart City”yang diseponsori juga oleh asosiasi perguruan tinggi komputer (APTIKOM). Silahkan unduh materi yang menarik di situs resminya.
Ngomong-ngomong tentang “city” berarti bercerita tentang lokasi geografis, alias data spasial. Pentingkah aspek geografis? Untuk menjawabnya cukup dengan satu aksioma mengenai letak geografi: “banyak hal penting namun letak geografis sangat menentukan”. Kalo tidak percaya silahkan main-main deket suriah, atau jadi tetangga negara konflik, pasti merasakan dampak “letak geografi”. Jadi untuk rekan-rekan yang sedang mencari “masalah” alias proposal untuk riset (master/doktor) bisa coba masuk ke data spasial.
Saat mendaftar kuliah doktoral saya mengajukan tema e-learning dengan bantuan soft-computing. Tetapi selama perjalanan waktu ternyata hibah-hibah saya tentang data spasial yang dipadu dengan soft-compting banyak yang lolos/didanai. Akhirnya saya beralih dari e-learning ke data spasial, walaupun promotor saya menolak, ‘I don’t understand spatial data, please go to Prof …’. Akhirnya saya menghadap ke profesor yang direkomendasikannya, dan alhasil saya nebeng di jurusan Remote Sensing and Geographic Information System (RS-GIS).
Topik-topik Disertasi TI dan Data Spasial
Pada materi seminar dibahas juga konten yang membedakan jurusan komputer yang beragam. Dari teknologi informasi, sistem informasi, sistem komputer, manajemen informatika, teknik komputer, hingga komputer akuntansi mengharuskan pelajaran “rekayasa perangkat lunak” alias mengerti seluk beluk produksi software. Ribet juga pembagiannya. Saya pribadi berpendapat jurusan komputer hanya dua saja: “ilmu komputer murni” dan “ilmu komputer terapan”. Itu menurut pengalaman saya pribadi lho.
Terus terang saya termasuk orang yang “terlempar” dari ilmu komputer murni dan beralih ke yang terapan. Untungnya berkah bagi saya karena terlempar, kuliah jadi lancar. Bagaimana tidak lancar, lha wong tinggal menemukan metode yang pas untuk diterapkan di bidang tertentu, untuk kasus saya data spasial berupa lokasi geografis. Teman-teman saya yang murni ilmu komputer saat ini sedang “panas” kepalanya memikirkan menemukan metode komputasi terbaru sementara saya sedang “panas” mengetik laporan ..he he. Tapi itu untuk universitas di luar negeri, kalau di dalam negeri sepertinya ilmu komputer murni masih boleh ke arah terapan (info dari teman). Tentu saja, algoritma baru atau metode baru ilmu komputer dapat ditemukan ketika riset terapan. Tapi biasanya sih sulit menemkan metode baru, tapi tetap lulus juga sih karena kan terapan, beda kalau memang ilmu murni yang harus menemukan.
Silahkan baca jurnal-jurnal terkini mengenai data spasial, baik di jurnal komputer maupun jurnal geografi dan lingkungan. Tentu saja jika ingin publish di bidang itu harus mengikuti gaya selingkung mereka, jangan ngotot atau memaksa. Ingat, ilmu komputer itu pelayan, seperti komputer server dimana server berarti pelayan. Saat seminar proposal, pengalaman yang unik adalah hal-hal sepele jadi sulit karena istilah yang tidak familiar baik bidang mereka atau pemahaman mereka terhadap bidang kita, jadi sabar-sabar saja. Menjengkelkan juga ketika tahu jawaban tetapi tidak mengetahui istilah-istilah Inggris dari jawaban itu seperti semak belukar, batu kerikil, dan istilah lain yang asing bagi ilmu komputer. So, buka kamus dan persiapkan jawaban ketika seminar proposal.
Aplikasi-aplikasi online saat ini banyak berkutat dengan data spasial, baik dari sisi optimasi, kecepatan akses, dan sejenisnya. Pertarungan antar aplikasi (grab, gojek, uber, dll) sangat mengandalkan temuan-temuan baru ilmu komputer. Silahkan nimbrung ke sana, bukan hanya data mining terhadap data spasial saja. Sekian dulu, semoga bias menginspirasi.