Era Industri 4.0 ditandai dengan perkembangan IT, salah satunya adalah Big Data. Dengan konsep serba “V” seperti “velocity”, “volume”, dan “v” lainnya membuat siapa yang bisa memanfaatkannya akan menang dalam persaingan. Bentuk Big Data yang “Variety” membuat rumitnya pengaksesan dan pengolahan, khususnya data yang tidak terstruktur dimana tidak berlaku standar QUERY lagi.
Beragamnya jenis data mengakibatkan para perancang aplikasi saat ini tidak lagi berpatongan dengan “single database” yang dikenal dengan istilah monolitik. Tentu saja akan sulit menyimpan beragam tipe data dalam satu sistem basis data, misalnya sistem yang terdiri data Geospasial harus bekerja sama dengan Non-Spasial.
Microservices
Untuk mengatasi beragamnya jenis basis data, saat ini banyak yang menerapkan metode microservices yang membagi aplikasi menjadi service-service kecil. Selain bermanfaat ketika dihadapkan dengan jenis tipe data yang beragam, microsoervices juga dapat mengatasi “bottleneck” ketika satu transaksi akan diakses oleh banyak pengguna, misalnya ketika deadline atau hari terakhir submit.
Aplikasi-aplikasi E-Commerce seperti Gojek, Grab, Traveloka, dan lain-lain sudah pasti menggunakan prinsip tersebut. Perpaduan antara data spasial yang dibutuhkan mitra, gudang data yang menggunakan NoSQL, misalnya mongodb, akan menyulitkan jika server hanya satu. Traveloka pun menggunakan prinsip mengakses service dari situs lain, seperti Lion, AirAsia, Garuda, dan maskapai lainnya, selain tentu saja hotel dan akomodasi pendukungnya. Servis ini dikenal dengan istilah Application Programming Interface (API). API ini ibarat tombol yang dapat diakses oleh siapapun tanpa harus menggunakan bahasa pemrograman atau platform yang digunakan oleh penyedia. Ibarat tombol listrik, tidak peduli arus searah atau bolak-balik, yang penting pengguna dapat menekan tombol on-off.
Data Semistructure
Dalam pertukaran data, aplikasi berbasis web tidak menerapkan format data terstruktur dengan baris dan kolom. Jenis data yang digunakan adalah tipe yang ramah dengan HTML, yakni XML dan Jason. Nah, ketika transaksi berjalan, dengan pertukaran message/pesan lewat metode REST ataupun SOAP, aplikasi lain dengan aman mengakses data dari service lain yang diijinkan.
Untuk mempraktikannya, misalnya kita buat sebuah database dengan aplikasi berbasis PHP-MySQL berisi data siswa. Ketika dibuat sebuah service, misalnya “data.php”, maka dapat digunakan untuk mengirim data lewat fungsi GET yang akan dimanfaatkan oleh fungsi lain. Banyak server-server testing yang gratis yang dapat dimanfaatkan. Tentu saja, yang berbayar lebih baik seperti Amazon Web Service (AWS) dan sejenisnya.
Aplikasi di atas menunjukan bagaimana service diakses langsung dari PHP server. Ketika mengakses data di atas, sistem tidak secara langsung mengakses basis data lewat SQL melainkan lewat format GET yang disiapkan oleh satu file bernama “data.php” lewat “form_get.php” untuk mempersiapkan data berformat Jason.
Sebagai bukti servis dapat dimanfaatkan oleh aplikasi lain, lewat browser kita dapat langsung mengakses “data.php” yang berisi data siswa. Tentu saja perlu menambahkan API key agar menjaga akses dari pihak-pihak yang tidak diijinkan, terutama untuk service POST dan PUT yang menginput dan mengedit data. Untuk jelasnya silahkan lihat video berikut, semoga bermanfaat.