Hari ini muncul wajah baru, sebuah sedan hatchback (orang sering nyebut sedan tepos) berwarna merah di tempat kami. Sayang saya sendiri tidak bisa langsung melihat karena sedang berada di negeri gajah. Mesin 4 silinder 1.4 Liter (1400 Cc) dengan transmisi otomatis pesanan istri sudah tiba. Wajahnya yang tampan sepertinya membuat istri saya jatuh hati.
Mungkin ada yang bertanya ini mobil apa? Silahkan googling sendiri di internet. Yang jelas mobil ini mendapat penghargaan disain terbaik. Terbaik di mana? Bekasi? Tentu saja dunia dong … Yang menjadi trade mark nya adalah Tiger Nose karya disainer Peter Schreyer pada grill pendingin udaranya.
Mengapa beli jenis kendaraan ini? Selera aja sih. Dari dulu kami memang lebih suka membeli kendaraan yang unik yang jarang dijumpai di jalan (bukan kendaraan sejuta umat). Bagaimana harga jualnya? Kalau ga ada yang mau beli nanti, ya dikasihkan saja, beres. Yang jelas niatnya sih untuk menunjang pekerjaan sehingga menambah pemasukan karena produktivitas dalam bekerja (anti hujan, aman dengan airbag dan ABS, irit biaya transportasi). Macet ? ya pastilah .. untungnya sudah jarang bertugas di Jakarta (sekitar planet bekasi saja).
Walaupun tidak seperti layaknya versi yang dijual di eropa dimana kontrol audio yang terletak di stir, atap yang bisa terbuka (sun roof), tetapi lumayanlah dengan harga segitu dapat hatchback kelas menengah. Yang terpenting tidak perlu keluar duit lagi untuk jok kulit, solar guard / kaca film, sensor parkir, talang air, mantel mobil, velg yg sudah 16″, fog lamp, dan tetek bengek lainnya, alias tinggal pakai.
Yang jelas, transmisi manumatic-nya (bisa manual, bisa matic) sangat membantu ibu-ibu yang maunya tinggal gas rem, dan bisa menurunkan gigi secara manual jika mau menyalip, terutama di tanjakan.
Update: 13 Januari 2015 (service 1000 km).
Ketika liburan saya pulang ke Bekasi dan mencoba si Rio. Kesan pertama tampilannya seperti ford fiesta, dan lebih besar dikit dari jazz milik adik ipar. Terasa gas dan rem sangat sensitif. Tidak ada ngelitik seperti keluhan Rio keluaran 2012.
Interior walaupun masih di bawah Jazz tetapi space duduk dan bagasi serta kursi yang ergonomic (pas di badan) cukuplah. Entah kenapa mesin agak berubah-ubah responnya, apa karena saya sering gantian nyetirnya (beda karakter).
Sepertinya cocok untuk pengguna dalam kota, apalagi ibu-ibu yang ingin nyaman. Dibandingkan dengan jazz saat menikung rio agak limbung. Sepertinya butuh tambahan batang stabilizer karena per yang sangat lembut.
Update 12 Juli 2015 (service 5000 km)
Berhubung belum ganti oli semenjak mobil datang, sekalian saja servis gratis kedua di bengkel resmi kia. Muncul masalah standar mobil dengan kompresi tinggi yaitu mesin yang mengelitik. Ketika tiba di bengkel, langsung saja “curhat” bahwa dengan bensin pertamax 92, mesin terkadang mengelitik ketika berakselerasi awal (rpm rendah). Memang sih jika tombol ECO mode dimatikan, ngelitik sedikit berkurang, tapi sayang jika fasilitas ECO mode tidak dipakai.
Update Engine Control Unit (ECU) mutlak harus dilakukan, mengingat untuk kompresi 10:1 mengharuskan octane tinggi, yaitu pertamax plus. Namun saya meminta untuk cocok dengan pertamax 92 saja, karena khawatir jika dicocokan timing pengapian dengan premium berefek pada borosnya bahan bakar, toh saya tidak menggunakan premium.
Setelah ganti oli dan update ECU, ngelitik bisa dihilangkan (dalam batas riding style normal). Terasa gas sedikit dalam, berbeda dengan setelah awal yang tersentuh sedikit saja gas, mesin bereaksi. Untuk konsumsi BBM yang menurut spesifikasi 14-18 km/liter di tol, ketika dicek menyentuh 100/7=14.3 km/liter. Masih dalam range-nya, walau di batas bawah (jauh di bawah 18 km/l). Lihat brosur yang baru, kaget juga harga rio yang dulunya 197 juta kini menjadi 223 juta untuk yg matic.
Update 15 November 2015
Entah karena kebanyakan make AC dan radio dalam keadaan mesin mati, baru setahun aki (accu) sudah diganti karena pagi-pagi aki ga ngangkat. Terpaksa habis 900-an untuk aki baru (pesan di shop n drive).
Info terbaru, mungkin dampak dari kenaikan dollar, hampir kebanyakan pabrikan menaikan harga jual kendaraannya, KIA Rio pun dibandrol hingga 238 jutaan, gile. Oiya, jika ingin liat perbandingan dapat dibuka situs perbandingan hatchback ini, secara total dimenangkan Rio tapi tentu saja berbeda versi eropa dengan versi yang dijual di Indonesia.
Update 10 Mei 2017 (Kia Rio Model baru 2017)
Kia rio merilis model baru dengan Sun Roof yang terkesan mewah untuk hatchback harga 250-an juta. Silahkan simak plus minusnya di video ini. Siapa tahu ada yang mau merasakan seumur hidup punya mobil dengan sun roof .. he he.
Update 16 Maret 2018
Terus terang RIO saya gunakan saat kondisi tertentu, fisik kurang fit, hujan terus, siang yang panas atau mengendarai di malam hari yang dingin. Selebihnya saya lebih menggunakan motor karena ga tahan macet. Akibatnya servis rutin 20.000 km belum sempat tercapai km-nya. Paling jauh pun dipakai Bekasi – Bandung. Lumayan irit sih (terutama pas pulang karena turun). Transmisi yang otomatic membuat saya harus mengambil jarak dengan kendaraan di depan agar kanvas rem dan ban lebih irit. Uniknya sudah 4 tahun kondisi tetap seperti baru, hanya ganti aki saja yang sering (setahun sekali).
Update 16 Januari 2019
Pada 3 Januari yang lalu, servis 20.000 km terpenuhi. Lama juga, maklum jarak dekat terus. Entah mengapa setelah diservis terasa enaknya. Sebelumnya sepertinya tidak ada perbedaan, mungkin hanya ganti oli saja. Terasa pada bagian kaki-kaki yang lebih balance serta ngelitik yang hampir tidak ada lagi. Tak terasa mobil yang menemani istri ketika saya di Thailand akan lunas tahun ini. Ingin berganti, tetapi sepertinya mobil ini masih nyaman dan mudah dikendarai.
Update 02 Oktober 2019
Setelah kaki-kaki diganti dengan ban Turanza dari Bridgestone, suara aspal nyaris tak terdengar. Apalagi setelah sekalian di spuring, tangan jadi lebih santai karena balance (tidak lari kanan kiri). Sempat juga aki mati (sudah tiga tahun) dan terpaksa menelepon “shop n drive” untuk ganti aki baru, 1,5 jtan.
Yang lebih menyedihkan adalah mobil ditawar orang. Karena takut ada apa-apa kalau ada yg suka dengan mobil saya, dijual dah seharga 110jt. Trus naik apa dong? Lama juga mencari mobil yg senyaman Kia Rio saya, akhirnya ketemu juga: Mitsubishi Xpander.
Alasannya, anak mulai besar2, butuh kursi yang lapang 7 penumpang. Suspensi ternyaman di kelasnya walaupun harus hati-hati karena beban shockbreaker jauh lebih berat. Kekedapan kabin mirip Kia Rio hanya saja body lebih tipis dibanding Kia Rio tapi selama menggunakan Kia Rio toh tidak terlalu signifikan tebal tipisnya body terhadap “fun to ride”. Tipe yg saya beli “Ultimate” dengan tambahan fitur “Cruise Control” dimana ketika di tol pada kecepatan tertentu jika diset cruise control maka kecepatan akan dijaga pada posisi tersebut tanpa kaki menginjak pedal gas, alias kaki anti pegal. Untuk mesin? Ternyata Mitsubishi lebih “garang” mesinnya dibanding Kia dan bahkan Toyota yang sudah cenderung ngeset keiiritan (dual VVTi).
Update 06 Juli 2020
Kangen juga lihat Rio. Ada untungnya jual mobil ke sodara, bisa lihat terus mobil kenangannya.