Untuk bekerja memang diperlukan sarana penunjang yang oke. Salah satunya adalah notebook atau dikenal dengan istilah laptop yang dipopulerkan oleh si “tukul arwana” dengan slogannya “kembali ke laptop”. Barang yang satu ini menjadi keharusan pekerja modern untuk menyelesaikan tugas-tugas keseharian seperti membuat laporan, mencari informasi, mengolah data, atau sekedar untuk hiburan dan entertainment. Untuk mendukungnya diperlukan spek laptop yang mendukung.
Untungnya teknologi terus berkembang sehingga tiap hari bermunculan produk baru yang memiliki kualitas yang baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah dari sebelumnya. Ketika kuliah dan tinggal di kampus, dengan satu laptop dengan spek tinggi semua masalah dapat diatasi karena memang kegiatannya hanya di kamar dan kampus saja. Masalah muncul ketika menulis laporan di luar kampus, alias di rumah, di Indonesia dimana kegiatan lain sangat menyita waktu bekerja. Ada ungkapan yang sering saya dengar dari rekan sesama dosen, saking sibuknya jangankan menulis, membuka laptop saja tidak sempat. Begitu juga yang saya rasakan, maka butuh tip dan trik untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan bantuan laptop ringan pendukung laptop utama.
Sebelumnya tablet jadi andalan saya untuk alat bantu ketika “outside” dengan fasilitas-fasilitas produktivitas yang ada. Tapi sayangnya fasilitas tersebut tidak bisa menggantikan kerja laptop sebelumnya. Tidak mungkin menulis banyak dengan tablet, walaupun bisa dengan memanfaatkan doc keyboard yang banyak beredar di pasaran. Tetap saja ketika mengelola attachment tambahan seperti image, bagan, dan sejenisnya agak kerepotan. Kalaupun bisa, tetap saja untuk meng-capture hasil running tetap saja membutuhkan laptop utama yang berisi program utama (matlab, arcGIS, Visio, dll).
Kaget juga melihat harga laptop yang murah-murah ketika jalan-jalan menemani istri membeli laptop yang ringan karena laptop sony vaio yang lama terasa berat untuk dibawa-bawa. Dengan dana tidak jauh-jauh dari 3 jutaan ternyata berhasil membeli laptop ringan 11 inch. Untuk aplikasi perkantoran biasa, ngetik dan sejenisnya, mungkin bisa tetapi saya masih sanksi jika digunakan untuk software utama. Tetapi ketika coba diinstall ternyata bisa diinstall semua dan berjalan normal (Matlab, ArcGIS, IDRISI, Visio, dan lainnya). Sementara untuk baterai pun cukup tahan lama karena prosesor yang digunakan jenis mobile, tanpa kipas dan panas yang berlebihan. Tentu saja jauh lebih lambat dibanding laptop utama yang berprosesor i5 untuk running dan data processing, tetapi dengan slogan “lebih baik lambat tapi tetap jalan daripada cepat tapi banyak berhentinya” akhirnya dengan laptop ringan pekerjaan rutin dapat diselesaikan disela-sela kegiatan remeh temeh yang dapat menghambat. Sulit memang mencari waktu satu dua jam fokus di depan meja dengan laptop menyala, tetapi dengan laptop ringan, pekerjaan dapat dilakukan kapanpun dengan laptop nangkring di mana aja. Tentu saja saran di postingan ini hanya cocok untuk saya yang selalu “low budget” karena laptop berprosesor tinggi pun tersedia dalam bentuk ringan seperti Macbook Air, zenbook, dan kawan-kawannya yang dikenal dengan sebutan ultra-book yang berharga sama dengan harga motor bebek. Tetapi dengan laptop ringan yang murah, rasanya lebih aman dan tidak khawatir dari maling dan begal yang saat ini banyak beritanya, dan lagi, fasilitas Cloud tempat menyimpan data yang banyak teredia gratis saat ini membuat kita tidak khawatir data ikut hilang ketika laptop hilang/rusak. Semoga bisa menginspirasi.