Tesis (thesis) merupakan salah satu syarat kelulusan mahasiswa pascasarjana. Master thesis (tesis) untuk jenjang S2 (master) dan Doctoral thesis (disertasi) untuk jenjang S3 (doktoral). Berbeda dengan program master, program doktoral kebanyakan mengharuskan mahasiswa untuk mempublikasikan tulisan di jurnal internasional (minimal sudah diterima/accepted). Tambahan syarat publikasi pada jurnal internasional untuk program doktoral menambah rumitnya menulis disertasi.
Satu disertasi bisa lebih dari satu jurnal
Bersyukurlah bagi mahasiswa doktoral yang satu disertasi bisa dipecah menjadi jurnal-jurnal yang tidak saling tergantung satu dengan lainnya. Mengapa? Karena berarti sebelum disertasi selesai dibuat, mahasiswa tersebut sudah boleh mengirimkan ke jurnal internasional yang biasanya telah ditentukan syarat-syaratnya seperti impact factor dan reputasi jurnal. Publikasi di jurnal internasional selain memakan waktu lama, prosesnya pun tidak jelas berapa lama. Yang repot adalah jika jurnal harus dibuat setelah disertasi selesai. Mengapa repot? Sederhana, berarti mahasiswa tersebut harus menyediakan waktu tambahan setelah selesai disertasi untuk publikasi yang biasanya beberapa bulan, sialnya bisa beberapa tahun, padahal “argo” tetap berjalan. Ketika mengobrol empat mata dengan pak Onno Purbo setelah beliau mengisi seminar di kampus (waktu itu saya lagi ketiban sial jadi ketua jurusan). “Kuliah doktor itu gampang, buat aja lima jurnal internasional, nanti sidang akhir jadi cepat, tinggal tunjukan saja problem ini sudah dipublish di jurnal ini, problem itu di jurnal itu, dan seterusnya”. Saya cuma manggut-manggut karena waktu itu gak ngerti, ternyata satu jurnal aja saya menyelesaikan hampir dua tahun, bagaimana dia bisa bikin lima?
Banyak hal-hal detil yang harus ditulis
Sebagai saran ampuh sebelum terlambat, “tulislah apa yang dikerjakan ketika riset tanpa menunggu selesainya riset”. Kalau tidak, silahkan tanggung sendiri akibatnya. Saya sendiri agak sedikit keliru, karena yang saya tulis adalah jurnal, harusnya disertasi, ketika riset. Ketika harus menulis disertasi (setelah publikasi ilmiah) agak sedikit kewalahan mengumpulkan hal-hal detil ketika riset (tabel-tabel, running programe, uji coba dan sebagainya). Mirip pemulung ngobrak-abrik tempat sampah mencari barang yang bisa dijual. Kebetulan disertasi saya ber-objektive lepas sehingga boleh men-submit jurnal tanpa menunggu selesai riset. Rekan saya yang mengharuskan publikasi setelah riset selesai kebingungan karena ketika mulai menulis, laptopnya “digondol” maling. Data-data, running program¸ dan sejenisnya harus diulangi lagi. Butuh satu semester untuk mengerjakan itu.
Mem-paraphrase Tulisan Sendiri
Biasanya disertasi sebelum disetujui harus dicek terlebih dahulu lewat Turnitin, yaitu software pendeteksi plagiasi. Karena berbahaya jika suatu disertasi dianggap plagiasi naskah orang lain, seperti yang terjadi belakangan ini di kampus negeri di Jakarta. Mengapa harus memparafase tulisan sendiri? Karena ketika kita sudah mempublikasi jurnal, tulisan tersebut sudah terekam di database pengindeks-pengindeks dunia. Ketika kita hanya menyalin tulisan jurnal kita ke disertasi, maka Turnitin akan mendeteksinya. Repot juga.
Menggandakan Disertasi Sebelum Pulang
Khusus untuk yang kuliah di luar negeri, ijazah harus disetarakan di dalam negeri. Salah satu syaratnya adalah disertasi, oleh karena itu jangan lupa membawa salinan tapi asli buku disertasi yang kita buat untuk ditunjukan ke divisi Ristek-dikti yang bertugas menyetarakan ijazah. Repot juga kan kalau dicetak “pas” dan tidak membawa satu pun salinan disertasinya. Terus terang saya tidak memiliki salinan ijazah master, konyol juga. Untungnya ngambil di kampus dalam negeri jadi tidak diwajibkan untuk penyetaraan ijazah.
Disertasi bukanlah tulisan terbaik kita
Ketika membaca sub-judul di atas pasti anda mengernyitkan dahi, apa maksudnya? Oke lah, kita merasa itu adalah masterpiece kita. Tetapi kita dinilai dengan kemajuan kan ? (esok harus lebih baik dari sekarang kata nabi). Jika disertasi adalah tulisan terbaik, berarti tulisan kita berikutnya adalah tulisah abal-abal alias tidak ada kemajuan. Jadi, untuk yang sedang menulis disertasi bersama dengan saya saat ini, yuk selesaikan dengan sebaiknya tanpa perlu menuntut hasil yang sempurna. Kerjakan dengan cepat, lulus, pulang, dan lanjutkan menulis yang lebih baik dari disertasi kita di tanah air lewat buku, riset baru, dan lain-lain. Selamat membuat laporan riset.