Salah satu kerjaan sosial para peneliti adalah mereview artikel suatu jurnal. Disebut kerjaan sosial karena hampir semuanya tanpa dibayar. Tetapi namanya peneliti yang juga penulis artikel, pasti senang membaca artikel ilmiah. Seperti seorang penulis novel yang pasti gemar membaca novel, kecuali anekdot Cak Lontong yang ketika temannya mengkritik dia yang berniat menulis buku padahal tidak bisa baca, berkata “kan saya menulis, orang lain yang baca”, hehe. Kebetulan postingan ini sedikit membagi pengalaman mereview, kebetulan akhir-akhir pekan cenderung dihabiskan untuk membaca-baca artikel atau buku ilmiah.
Menjadi Reviewer
Menjadi seorang reviewer biasanya lewat undangan dari pengelola jurnal berdasarkan kepakaran peneliti. Bisa juga lewat rekomendasi reviewer lain. Kepakaran di sini terkadang sangat spesifik, misalnya seorang doktor informatika akan memiliki kepakaran yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Ada yang fokus ke machine learning, big data, perolehan informasi dan lain-lain. Biasanya editor memilih reviewer yang memiliki makalah yang banyak disitasi sebagai indikator kepakaran dan ketersebaran ilmu si calon reviewer. Tentu saja calon reviewer itu boleh menolak, karena yang tahu kemampuan adalah reviewer yang bersangkutan (bila revewer yg ditunjuk merasa kurang ‘pede’. Disamping masalah beban kerja calon reviewer tersebut yang mungkin sangat sibuk.
Tipe-tipe Artikel Ilmiah
Artikel kebanyakan hasil penelitian. Hanya beberapa yang merupakan studi literatur penullis tentang tema yang sedang “in” saat ini. Biasanya ditulis oleh tokoh yang diakui keilmuannya di bidang tersebut, dan tentu saja tulisannya baik dan mengikuti kaidah ilmiah. Dari sisi penerbitan, ada jurnal, seminar, maupun book chapter. Walaupun ada istilah jurnal nasional dan internasional, di postingan ini yang dimaksud adalah internasional karena kebanyakan jurnal nasional tidak melewati tahap review, atau setidaknya hanya formalitas saja, kecuali untuk jurnal-jurnal nasional yang terakreditasi yang proses review nya bisa beberapa ronde.
Hal-hal Yang Direview
Kebanyakan aspek yang dinilai adalah kebaruan (novelty) karena inti dari riset adalah menemukan hal-hal baru. Jika mengulang sesuatu yang sudah dilakukan/direset orang lain maka tidak dapat dikatakan sebagai riset. Masalah di kampus adalah kebanyakan riset mahasiswa S1 hanya menerapkan teori yang didapat, atau membuat alat/aplikasi tanpa ada sentuhan hal-hal yang baru. Jika dikirim ke jurnal internasional pasti ditolak. Tugas berat dari si pembimbing menambahkan hal baru agar bisa dipublikasikan bersama mahasiswanya.
Tiap jurnal/prosiding memiliki point-point tertentu yang sedikit berbeda. Berikut ini contoh ilustrasi kriteria yang muncul saat mereview.
Beberapa seminar biasanya menggunakan sistem review free yang banyak beredar seperti easychair. Format evaluasinya seperti soal pilihan berganda dengan bobot angka yang nantinya dikalkulasi score-nya.
Ada juga EDAS yang berbayar tetapi cukup baik dalam mengelola naskah, apalagi kabarnya saat ini disertai dengan cek plagiarisme. Jurnal-jurnal ternama biasanya menggunakan sistem buatan sendiri seperti Elsevier di atas.
Beberapa manfaat yang didapat ketika mereview sebuah artikel antara lain:
-
Meningkatkan kualitas penulisan
-
Meningkatkan kecepatan membaca
-
Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris ilmiah
-
Mengetahui perkembangan IPTEK lebih cepat karena naskah otentik langsung dari peneliti
-
Bisa menemukan ide-ide baru dari naskah yang direview
-
Mendapat pengakuan kepakaran (sertifikat, dan sejenisnya)
-
Memperlebar jaringan antar peneliti, dll
Yah, jika tidak dibayar jangan khawatir, pahala mengalir terus, apalagi jika naskah yang kita review banyak dilihat orang di seluruh dunia. Selamat mencoba.
Update: 27 Maret 2019
Selesai mereview, sebagai ucapan terima kasih, pihak pengelola jurnal biasanya mengirimkan sertifikat bahwa kita telah mereview, contohnya Elsevier yang mengirimkan sertifikat tidak sampai seminggu setelah submit hasil review.