Bagi pembaca yang pernah mengenyam pendidikan doctoral pasti mengenal istilah progress meeting. Atau mungkin dengan istilah yang berbeda dengan aturan yang berbeda pula. Untuk level sarjana atau master biasanya karena jangka waktu riset yang hanya setahun terkadang tidak dilakukan progress meeting. Kalaupun ada tergantung kebijaksanaan dari dosen pembimbing yang bersangkutan. Sementara jenjang doktoral karena fokus utamanya adalah riset maka perlu adanya progress meeting yang fungsinya memantau perkembangan risetnya. Terkadang menjadi penentu apakah mahasiswa yang bersangkutan boleh meneruskan risetnya, ganti judul, ganti objektive atau sialnya dikeluarkan alias drop out. Biasanya pertemuan ini dilakukan menjelang akhir-akhir semester, bahkan jika supervisor, chair, atau advisor mau, ada yang dijadwalkan pertemuan tidak resmi tiap minggu atau tiap bulan sekali untuk memantau perkembangan riset mahasiswa yang bersangkutan.
Berbeda dengan level di bawahnya, program doktoral sangat tergantung dari advisor. Sulit sekali ganti advisor kecuali dalam keadaan darurat dimana si advisor secara keilmuan tidak bisa membimbing lagi. Jika hanya karena si advisor pindah kampus, maka mahasiswa doktoral yang bersangkutan tetap menjadi siswa didiknya. Cara komunikasinya bisa dengan email, chatting, atau video conference jika lokasi kerjanya jauh dari tempat mahasiswa tersebut. Bagi Anda yang mendapat jadwal pertemuan rutin, mungkin agak kewalahan karena selalu dipaksa ada kemajuan tiap pertemuan tetapi biasanya lulus dengan lancar. Sementara saya yang hanya satu kali pertemuan progress jika terlena akibatnya fatal, minimal kalang kabut menjelang progress meeting yang jadwalnya sekehendak hati supervisor/advisor. Pemerintah melalui direktorat pendidikan tinggi (DIKTI) yang sekarang pisah dengan pendidikan dasar dan menengah dan gabung dengan riset dan teknologi (RISTEK) menjadi kementrian RISTEK DIKTI menyadari hal ini, maka ketika menyeleksi calon penerima beasiswa akan memantau hubungan calon penerima beasiswa dengan calon supervisor/advisor. Email baik dari calon sepervisor ke calon mahasiswanya atau sebaliknya diminta untuk dilampirkan sebagai berkas syarat penerimaan beasiswa. Walaupun topik disertasi bisa berubah dalam perjalanannya, topik saat akan mengajukan beasiswa menjadi bahan pertimbangan. Ada baiknya topik memang menguntungkan pemberi beasiswa, jika DIKTI ya topiknya atau study area-nya di Indonesia.
Anda akan tersiksa ketika mengambil topik yang tidak disukai mengingat riset level doktoral sangat panjang dan beragam jenisnya. Ada yang tipenya objektif 1, objektif 2, dan seterusnya dengan antara objektif satu dengan lainnya bisa menghasilkan satu tulisan di jurnal, tetapi ada juga yang tidak bisa dibuat satu jurnal langsung karena antara satu objektif dengan objektif lainnya saling berkait, dan ini yang menjadi masalah ketika ada syarat kelulusan publikasi jurnal. Akan kewalahan jika selesai objektif terakhir tetapi jurnal selalu gagal diterima. Kalaupun diterima terkadang proses hingga publish cukup panjang. Untungnya terkadang kampus sudah meluluskan asalkan paper sudah diterima walaupun belum diterbitkan. Tetapi jika Anda suka dengan riset Anda, walaupun sulit dan cenat-cenut, Anda akan berusaha dengan segala daya dan upaya untuk menemukan jawabannya. Saya sendiri banyak memperoleh jawaban dari permasalahan yang muncul tidak di meja belajar. Terkadang ketika nongkrong di warung kopi, bangun tidur, ketika beribadah (ini yang menjengkelkan), atau ketika sedang bertapa di WC.
Apa sajakah biang keladi lamanya lulus seorang mahasiswa doktoral? Sebelum saya berangkat studi lanjut saya dikaruniai ngobrol dengan tokoh-tokoh di bidangnya (oiya bidang saya IT “pindahan”). Seorang doktor dari UI mengatakan kepada saya bahwa, dia berusaha membuat mahasiswa doktoralnya lulus, tetapi karena jarang bimbingan dan sibuk kerja, banyak juga yang putus ditengah jalan, alias “muntaber”, mundur tanpa berita. Sementara pa Onno Purbo, ketika makan bareng di kampus unisma selepas seminar mengatakan jika ingin lancar sidang doktoral (defense), buat saja publikasi sebanyak-banyaknya, nanti di presentasinya sebutkan saja “sudah dipublikasi di jurnal .. ini” ketika membahas topik tertentu. Tetapi kenyataannya karena mungkin itu levelnya dia, syarat satu publikasi saja susah apalagi sampai lima begitu.
Setelah progress ? ya santai temporer .. alias liburan semester
Update: 6 Des 2015
Ternyata harus utak-atik paper dulu sebelum balik. Siapa tahu bisa publish.
Update: 23 Maret 2016
Alhamdulillah baru saja submit ke jurnal internasional, semoga diterima/accepted, amiin…
Update: 10 Februari 2017
Setelah sekali ditolak (lihat update sebelumnya), akhirnya naskah tulisan saya diterima dan sudah dipublish di Jurnal internasiona. Tinggal lanjut menyelesaikan laporan disertasi, semoga lancar.
2 respons untuk ‘Progress Meeting …’