Road Map Penelitian

Kemungkinan tulisan ini dibaca oleh mahasiswa yang sedang tugas akhir, skripsi, tesis, atau bahkan disertasi. Dan kemungkinan besar yang dicari adalah contoh-contoh road map yang baik. Jujur saja, sulit untuk mencari road map yang baik, dalam hal ini yang cocok dengan diri kita. Kita boleh saja mencontek road map orang lain, tetapi jangan lupa kalau road map itu adalah peta jalan yang akan dilalui oleh orang yang bersangkutan dalam meneliti. Yang pasti road map akan berbeda antara satu individu dengan individu yang lain atau satu institusi dengan institusi yang lain.

Kembali ke para mahasiswa, jika ingin serius menjadi peneliti, entah itu dosen atau bekerja di lembaga penelitian, divisi riset dan pengembangan (R&D), ada baiknya melihat riset yang Anda lakukan saat ini. Mengapa? Beberapa road map kebanyakan berasal dari penelitian yang dikerjakan di bangku kuliah, terutama yang S3. Selain itu beberapa yang kerap digunakan untuk patokan antara lain: prioritas dari penyandang dana, tren penelitian, dan berdasarkan kebutuhan. Oke, sepertinya itu masih terlalu sulit dipahami, untuk itu kita coba ngobrol-ngobrol yang gampang dan santai saja.

Kita sering mendengar ada rekan dosen yang sering mendapat hibah, menulis artikel ilmiah, seminar, dan sejenisnya dengan judul yang terkesan itu-itu saja. Kebanyakan berasal dari penelitian ketika kuliah dulu. Sebenarnya itu biasa saja dan tidak mengherankan karena dia secara tidak sadar sedang mengikuti road mapnya. Walaupun jika disuruh menjelaskan apa itu road map belum tentu yang bersangkutan paham, termasuk saya, he he. Jadi untuk kesepakatan awal kita katakan road map itu seperti rangkaian penelitian yang berlanjut dari a, b, c dan seterusnya yang terus mengembangkan hal yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya tetapi lebih besar atau dalam. Tapi jangan lupa, a, b, c tersebut adalah hal-hal yang benar-benar difikirkan dengan matang, ilmiah, dan ada dasarnya. Di sinilah mengapa road map biasanya dimulai dari bangku kuliah. Ketika kuliah, suatu tema telah dibahas, diuji, dan terkadang pengembangan dari tema-tema mahasiswa lama yang sudah lulus. Dan ketika seorang mahasiswa mengikuti tema itu, secara otomatis dia sudah mengikuti rel-nya. Sering saya melihat rekan saya yang melupakan tema yang telah dia tekuni ketika kuliah dan mencoba “mainan baru” yang menurutnya sangat menarik. Sebagai nasehat, “awas jebakan batman”. Mungkin “mainan baru” itu baginya bagus, “wah” dan spektakuler. Sialnya bagi peneliti yang memang road map-nya “mainan baru” itu akan geleng-geleng kepala. Biasa orang yg baru belajar akan merasa pakar. Dan sebaliknya “mainan lamanya” yang bagi dia membosankan, terlalu gampang, justru bagi orang lain sangat menarik, dibutuhkan, dan berpeluang didanai.

Sebenarnya mengapa road map akhir-akhir ini mencuat dan menjadi syarat lolos atau tidaknya suatu proposal? Sebenarnya hal ini berawal dari lemahnya publikasi peneliti kita dibanding negara lain di dunia, bahkan untuk ASEAN sekalipun. Malaysia bahkan tiap tahunnya mempublikasikan artikel ilmiah sekitar empat kali negara kita, bahkan Jepang sebanyak hampir 50 kali jumlah publikasi negara kita. Menurut saya kita harus fokus mengejar, daripada gembar-gembor memprotes pengindeks internasional, seperti scopus, yang katanya kapitalis, hanya mencari untung dan lain-lain. Lebih baik benahi saja diri sendiri, seperti dalam istilah serdos: evaluasi diri. Kesimpulannya, salah satu indikator road map yang baik adalah keberhasilan dalam publikasi di jurnal internasional.

Aspek penting lainnya yang harus diperhatikan adalah road map bukan untuk gaya-gayaan. Dia harus benar-benar dilaksanakan, waktu yang jelas dan indikator terhadap keberhasilannya dapat dilihat. Jika Anda pernah menerima hibah penelitian pada topik tertentu, dan anda mengajukan usul baru melanjutkan topik tersebut ke arah yang lebih luas atau dalam, maka kemungkinan besar usul itu diterima. Mengapa? Karena reviewer melihat riwayat penelitian kita yang dulu. Jadi lolos karena dua hal, riwayat yang dulu memang ada (terbukti) dan mengikuti alurnya yang disebut road map. Jika tidak lolos mungkin sedang sial saja (kuota sudah habis, atau salah skim/jenis penelitian, atau syarat administrasi). Jadi berbahagialah yang sudah “terdata” riset pertamanya, karena untuk melanjutkannya lebih mudah (kalau bisa pakai nama sendiri). Terdata di sini bisa juga terindeks oleh pengindeks yang bereputasi (scopus, thomson/wos, dan lain-lain). Sebenarnya ada cara lain yang lebih mudah, yaitu nebeng gerbong kereta lain. Maksudnya jika ada peneliti senior yang sesuai dengan bidang kita, kita coba mendaftarkan diri menjadi tim agar ikut “terdata”. Tapi ya tentu saja kurang dari sisi penerimaan dana, jika dibanding kita sendiri yang menjadi ketua.

Terakhir, jangan lupa sering-sering membaca jurnal internasional. Jangan Cuma baca berita hoax di fb melulu. Dengan sering membaca jurnal, kita bisa tahu tren penelitian saat ini ke arah mana dari tema yang jadi bidang kita. Setelah membaca dan memahami satu saja artikel dengan tema tertentu, walaupun susah payah dan berhari-hari, untuk artikel berikutnya dengan tema yang sama pasti mudah.

Berikut ini contoh kasus dalam menemukan road map yang cocok. Misal kita telah meneliti AHP, sistem penunjang kepetusan (DSS) ketika master dulu, apakah AHP menjadi road map kita? Tentu saja tidak harus, karena agak sulit. Saya menyarankan membaca satu buku DSS yang didalamnya ada bermacam metode DSS selain AHP. Anda tinggal mebandingkan metode-metode itu, memperbaiki kelemahan, menggabungkan (hybrid), atau sekedar menerapkan ke bidang lain di luar bidangnya (multi-disiplin). Kalau sudah sering meneliti, terkadang kita memiliki “brand” terhadap hal-hal tertentu, misal: jika Anda pengen tahu hal tertentu, misalnya telur, coba tanya ke bapak atau ibu anu di kampus anu. Selamat meneliti.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.