Tahun ajaran baru akan memunculkan wajah-wajah baru di tiap jenjang pendidikan. Untuk sekolah sepertinya tidak ada masalah berarti, kecuali kondisi yang masih setengah online. Namun untuk kampus atau sekolah tinggi, masalah klasik adalah berbedanya metode pembelajaran dibanding ketika sekolah dahulu.
Dari pengalaman, kerap terjadi seorang siswa yang hebat di sekolah, ketika masuk dunia kampus kesulitan dalam mengikuti perkuliahan. Tidak jarang yang drop out atau pindah ke jurusan lain. Mungkin alasan utamanya tidak cocok atau salah jurusan. Mungkin benar, tetapi ketika pindah tetap saja ‘bermasalah’, berarti ada faktor lain. Postingan ini sedikit mengurai masalah tersebut, semoga mahasiswa baru dapat mengatasi hambatan tersebut sebelum terlambat.
Saya termasuk mahasiswa yang kesulitan mengikuti perkuliahan di awal-awal semester. Walaupun sadar bahwa ada perbedaan pendidikan di sekolah dengan perkuliahan di kampus, ternyata ada faktor-faktor lain yang berpengaruh.
Zona
Berbeda dengan sekolah yang mempelajari ilmu secara garis besar, pendidikan tinggi lebih spesifik, baik dari sisi kurikulum maupun target lulusannya. Ketika sekolah, saya ikut dengan kakak yang ambil jurusan informatika. Terkadang ikut masuk ke lab sebagai ‘penunggang gelap’ karena memang kampus tidak terlalu ketat (tanpa seragam, tanpa id card, dan sejenisnya, yang penting ada kenalan).
Terbiasa dengan situasi tersebut akhirnya terbawa hingga kuliah di jurusan yang bukan IT. Sesuai dengan judul di atas ada perbedaan zona antara mahasiswa IT dengan mahasiswa lain, dimana seorang mahasiswa IT yang saat ini diwajibkan coding/programming harus tahan duduk berjam-jam di depan komputer terpaksa harus ke lab atau ke lapangan pindah sana pindah sini.
Begitu pula jika Anda mahasiswa psikologi, komunikasi, dan sejenisnya, silahkan sesuaikan dengan karakteristiknya, jangan sampai salah. Nah, repotnya terkadang tiap jenjang berbeda, misalnya D3, D4, S1, S2 dan S3 sangat berbeda. Saya sempat diajar oleh dosen yang baru “sembuh” karena sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya, ketika ambil S3 di Jerman gagal (drop out).
Teach your self ..
Namun dari semua itu, ada obat yang ampuh, yaitu belajar mandiri. Berbeda dengan siswa di sekolah yang di-cekoki dan benar-benar dibimbing harus belajar sendiri ketika kuliah. Hal ini terjadi karena perkembangan ilmu yang sudah ‘established’ di sekolah berbeda dengan kampus yang terus berkembang.
Sebagai contoh, perkembangan hardware, software, dan metode saat ini sangat cepat. Mungkin jurusan lain juga sama, misalnya otomotif yang sudah terkomputerisasi atau mesin yang akan digantikan dengan motor listrik. Sementara mungkin dosen masih dengan ilmu yang lama. Jadi, mahasiswa harus PD kalau ilmunya tidak jauh berbeda dengan dosen. Tentu saja jika cepat belajar sendiri lewat media yang saat ini berkembang pesat, yaitu internet.
Awas Jebakan Batman
Saat ini berbeda dengan dahulu dimana tingkat pendidikan tidak berkolerasi dengan pendapatan. Banyak yang bilang orang sukses malah ketika kuliah drop out, atau tidak menonjol. Atau bahkan kalah oleh Youtuber.
Google pun heboh dengan membuat lowongan kerja tanpa membutuhkan gelar/pendidikan akademis. Ditambah lagi iklan lowongan sebagai ‘janitor’ alias OB yang puluhan ribu dolar. Tidak serta merta Anda langsung tidak kuliah atau menganggap enteng kuliah.
Orang IT memang berbeda dengan dokter atau pengacara. Dokter/lawyer berusia 50 tahun tentu lebih berpengalaman dibanding dokter/lawyer 40 atau 30 tahun. Sementara untuk bidang tertentu, misalnya software engineer, yang berusia 50 tahun belum tentu lebih hebat dari yang 40 tahun. Silahkan lihat atau baca pengalaman pekerja-pekerja di perusahaan seperti Google, FB, dan sejenisnya. Sederhananya jika Anda memiliki 2 asisten rumah tangga, sama-sama berkualitas, tetapi yang satu memiliki sertifikat menjahit level expert misalnya. Anda tentu akan cemas dengan yang kedua kan?
Mungkin Anda bisa beralih menjadi konsultan, dosen, kontraktor, dan sejenisnya, kombinasi pengalaman dan gelar dan sertifikat-sertifikat lain, jika sudah bosan bekerja di industri. Banyak mahasiswa yang berhenti kuliah dan lebih fokus menjadi Youtuber. Memang itu pilihan, seperti pilihan Duta Sella on 7 yang berhenti kuliah di UGM karena ingin fokus menyanyi. Namun ada baiknya anda lihat nasehat Youtuber ini.
Di kampus Anda belajar matematika, aljabar, algoritma, struktur data, teknik kompilasi, network dan sejenisnya. Terkadang tidak dibutuhkan secara langsung di lapangan. Tetapi usaha sedikit, sebenarnya, lewat baca buku, bertanya, nonton video tutorial, dan lain-lain bisa juga Anda lalui, walau dengan susah payah. Salah satu hasil yang jelas Anda memiliki level di atas rekan-rekan yg tidak kuliah atau yang dropout.
Dalam dunia yang uncertaint tidak ada salahnya tetap memastikan dan memantaskan diri. Jika Akhirnya semua terserah Anda, jika yakin dengan algoritma Youtube, no problem. Tetap jaga-jaga tidak ada salahnya. Oiya, kabarnya ketika tulisan ini dibuat, akun Youtube Onno W. Purbo ditutup Youtube, karena kerja algoritmanya, padahal sangat bermanfaat konten2nya. Semoga postingan ini bermanfaat.