Menghapus dan Memasukan Artikel di Daftar Google Scholar

Oiya, sudah daftar Sinta kan? (Untuk yang belum). Banyak yang protes karena Sinta menggunakan Google scholar sebagai salah satu faktor perhitungan Sinta selain Scopus. Salah satunya adalah karena Google scholar serampangan memasukan suatu tulisan/artikel ke akun Google scholar kita. Namun karena Google scholar metodenya self assesment, ada baiknya kita menghapus dan mendaftarkan tulisan-tulisan kita secara mandiri. Postingan ini terinspirasi dari tulisan rekan saya waktu mengajar di satu kampus di jalan Fatmawati dulu (lihat di sini).

Setelah login di google scholar, masuk ke profile kita. Di bagian atas kiri ada simbol “wisuda” yang artinya profile kita. Klik untuk masuk ke dalam dan melakukan manajemen artikel milik kita.

Pilihlah tulisan-tulisan yang bukan tulisan kita. Kemudian tekan “DELETE” agar dibuang dari daftar tulisan kita. Misalnya “klasifikasi lovebird ..” (hmm sejak kapan saya nulis klasifikasi burung bercinta).

Kemudian akan muncul informasi jurnal tersebut. Berikutnya tinggal menekan simbol “tempat sampah”. Artinya kita membuang tulisan tersebut dari daftar tulisan kita.

Oiya, jangan sedih. Kan bukan tulisan kita. Tapi lama-lama repot juga kalo google “nyepam” terus suatu tulisan ke akun Google scholar kita, capek juga sih menghapusnya. Untungnya bobot Google scholar jauh di bawah Scopus yang memang “screening”nya bagus. Hanya saja masih jarang dosen-dosen di tanah air yang sudah punya ID scopus.

Berikut kalau ingin menambahkan artikel, tinggal tekan simbol “+”. Ada dua pilihan tambah artikel (manual atau otomatis). Untuk yang otomatis searching nama kita di kolom “searching” lalu tekan simbol kaca pembesar. Sementara kalau yang manual tinggal isi informasi tulisannya.

Oiya, jangan asal masukin tulisan orang. Semoga postingan ini bermanfaat.

Iklan

Jumlah Lapis Tersembunyi (Hidden Layer) Jaringan Syaraf Tiruan (Neural Networks)

Jumlah layer tersembunyi, atau yang dikenal dengan istilah hidden layer, menentukan keberhasilan jaringan syaraf tiruan (JST) dalam memecahkam masalah multilayer perceptron (waktu itu problem exclusive OR, XoR). Namun jumlah lapis tersembunyi sangat mempengaruhi proses training dengan backpropagation. Buku terkenal yang biasa jadi referensi riset JST tahun 90-an menyebutkan satu lapis tersembunyi sudah cukup dan tidak membutuhkan banyak komputasi saat pelatihan (Fausett, 1994).

Era Deep Learning

Proses pembelajaran JST merupakan bidang dari Machine Learning yang membahas proses pengaturan bobot dan bias suatu JST (lihat post yang lalu). Namun permasalahan mengenai performa menjadi kendala utama penerapan Machine learning pada multilayer JST, antara lain:

  1. Vanishing Gradient
  2. Overfitting, dan
  3. Computational load

Butuh 20 tahun, yaitu di-era 2000-an ketika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan munculnya bidang baru yang dikenal dengan Deep Learning (Kim, 2017). Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia: pembelajaran mendalam. Dalam di sini bermakna kompleksnya arsitektur dimana banyaknya lapis tersembunyi (di sini lapis beda dengan susun lho).

Lama saya tidak bermain-main dengan JST, jadi agak tertinggal, padahal ini bidang yang menarik. Apalagi dengan munculnya Deep Learning. Selamat ber-JST ria.

Referensi