Kalau berbicara riset dan pengembangan (research and development) di Indonesia, orang awam akan melihat berdasarkan produk-produk yang kita hasilkan. Merk mobil, handphone, dan peralatan lain buatan kita masih sangat jarang. Namun untuk hal-hal tertentu seperti pesawat, ternyata kita sudah mampu bukan hanya membuat tapi memasarkan hasil produksinya.
Walaupun hasil-hasil karya teknologi buatan Indonesia bukan dari kampus, tapi tetap saja hubungan erat keduanya ada. Toh, pakar-pakar yang ada berasal dari dunia pendidikan kita, minimal pendidikan dasar dan menengah di tanah air.
Butuh Usaha Lebih
Kalau dari riwayat periset yang berlanjut di negara kita, mereka memiliki semangat dan tekat yang tinggi. Mungkin sudah dari sananya negara kita berbakat untuk “nyinyir”. Kesuksesan oleh orang-orang kita terkadang tidak disukai, apalagi bagi yang baru mulai. Kecuali kalau memang sudah terbukti dan diakui dunia barulah dielu-elukan. Makanya saat ini startup aplikasi buatan kita sulit bersaing karena mungkin kurang support dari rakyat kita sendiri. Untung ada Gojek dkk yang sahamnya diakuasai orang-orang kita.
Mungkin pernah ada yang mendengar teknologi sosro bahu, Prof Tjokorda Raka Sukawati. Memang negara kita sangat menghargai hasil karyanya, tapi dari wawancara ternyata terpendam kekecewaan. Bayangkan saja, patennya di Jepang lifetime tapi di tanah air malah dibatasi waktu tertentu. Dari cerita beliau bahkan ilmuwan-ilmuwan luar menertawakan idenya. Tapi ternyata hasilnya mencengangkan mereka, terbukti patennya diterima di negara-negara maju yang menertawakannya itu.
Dana Penelitian
Kalau ini memang diakui kita masih lemah, bahkan saat ini kalah oleh negara tetangga asia tenggara kita seperti singapura, thailand, dan malaysia. Namun saya pernah mendapat pelatihan dari salah satu Prof ternama di ITB yang pakar nano technology ternyata di negara kita perlu trik untuk mengurangi jumlah anggaran untuk penelitian, baik dari sisi laboratorium maupun aspek-aspek lainnya. Tentu saja tidak semua bisa seperti itu terkait dengan standar internasional. Silahkan lihat situs worldbank untuk melihat dana penelitian yang digelontorkan oleh pemerintah kita yang dibandingkan dengan GDP di link berikut yang datanya bisa diunduh.
Pendidikan
Masalah pendidikan sebagian besar masyarakat kita merasa kurang, baik fasilitas maupun kualitasnya. Sebenarnya dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan para pengajarnya. Jepang ketika di bom atom, kaisar pun segera mengumpulkan guru-guru yang tersisa (dalam stand comedy disebut karena guru-guru mau dibayar murah hehe). Ternyata kita masih kalah juga dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand (warna gelap).
Kreativitas
Jika dana kurang, penghargaan kurang, dan lain-lain juga kurang, jangan khawatir, kita masih punya senjata andalan, yaitu kreativitas. Saat ini memang era-nya kreativitas. Aspek ini mulai merambah ke segala bidang. Yang sederhana saja, youtuber-youtuber di tanah air dengan penghasilan besar pun andalannya adalah kreativitas. Tentu saja tidak serta merta semua jadi Youtuber. Aspek kreativitas tersebut yang perlu diterapkan ke bidang kita masing-masing. Asalkan kreativitasnya tidak melupakan tujuan utama yakni membangun bangsa, apalagi sampai melanggar norma. Yuk, pantang menyerah, tapi tetap jaga kesehatan ya.