Runtuhnya Para Raksasa

Baru saja terdengar kabar bahwa sebuah perusahaan retail besar di tanah air akan menutup gerainya pada bulan Juli 2021 ini. Mungkin pembaca sudah tidak asing lagi mengingat beberapa perusahaan memang mengalami disrupsi. Bahkan maskapai kebanggaan kita pun terancam. Mereka kalah bukan karena pesaing melainkan karena alur bisnis yang sudah berubah, ditambah dengan kondisi pandemi. Mungkin bukan hanya saya yang paling “bete” antri di kasir ketika berbelanja, pembaca pasti juga. Antri yang menyedihkan adalah antri ketika bayar, karena sudah antre, duit keluar pula.

Distance is Matter

Ada prinsip geografi bahwa lokasi sangat menentukan. Kalau tidak percaya, tinggal saja dekat jalur Gaza sana. Walau tidak ikut ribut, terkadang ada saja rudal yang nyasar ke arah kita. Nah, dalam kasus retail banyak yang lebih suka ke mini market-mini market kecil yang letaknya dekat rumah. Toh, sama saja dengan retail besar yang kadang juga menawarkan diskon atau promo, idola para ibu-ibu.

Nah, sepertinya prinsip ini akan bergeser juga ke bisnis lain. Gawatnya ke pendidikan nih. Pemerintah saja sudah menerapkan zonasi untuk pendidikan, yang mengindikasikan sekolah tidak perlu jauh-jauh. Kampus-kampus swasta yang bakal terkena dampaknya, seperti informasi dari rekan saya di Jogja. Jika dahulu ada prinsip kuliah merantau, kos, dan sejenisnya tetapi banyak yang mencari lokasi terdekat, apalagi kalau swasta. Untuk kampus negeri mungkin masih bersedia kuliah jauh.

Kampus merdeka sudah ada gejala-gejala sharing resource dimana mahasiswa bisa lintas kampus untuk belajar. Yang kekurangan mahasiswa akan dikompensasi oleh yang kelebihan mahasiswa. Nah, pengajar pun bisa berbagi ilmu dengan kampus-kampus lain.

Kesombongan Tidak Laku

Di Indonesia, dengan Nitizen +62 nya memang terkenal ganas. Tidak boleh sedikit pun kesombongan, karena efeknya bakal dibully. Dengan basis pelayanan, sebuah organisasi harus memperhatikan tingkat kepuasan konsumen jika tidak ingin ditinggal.

Kesombongan hanya akan mengurangi jumlah teman. Kabarnya Israel pun mulai menggunakan prinsip mencari teman dalam menghadapi Palestina. Kemajuan teknologinya digunakan untuk mencari partner sebanyak mungkin demi memuluskan cita-citanya. Kabarnya ada sekitar 6 negara arab yang mulai bermitra. Di asia tenggara saja tinggal beberapa negara yang masih enggan bermitra, termasuk negara kita dan Malaysia (karena persemakmuran Inggris sepertinya otomatis bermitra, minimal bersikap dua kaki).

Sebenarnya saat ini tidak etis kalau ada sombong sedikit pun di hati, karena kondisi pandemi. Termasuk sombong dengan cara menganggap remeh COVID, tidak pakai masker, atau terang-terangan menghina vaksinasi seperti di salah satu grup yang saya ikuti, upss ..

Iklan