Paper ilmiah merupakan sarana bertukar fikiran antara satu peneliti dengan peneliti lainnya di seluruh dunia. Peneliti yang handal akan memiliki paper yang dari sisi kualitas dan kuantitas akan baik pula. Jika ada peneliti yang tidak memiliki publikasi ilmiah dalam bentuk paper dapat dipastikan bahwa peneliti itu tidak melakukan penelitian atau menyembunyikan hasil penelitiannya. Peneliti yang baik tentu saja selain memiliki kemampuan akademik terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terkini juga memiliki jiwa berbagi (sharing) yang tinggi.
Di Indonesia, paper kebanyakan hanya menjadi sarana pendidikan di perguruan tinggi ataupun syarat kenaikan pangkat bagi dosen. Dikti sudah mensyaratkan terhadap mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi untuk mempublikasikan hasil penelitiannya. Sungguh berat tetapi apa boleh buat, kita sudah tertinggal dari sahabat kita Malaysia dari sisi jumlah tulisan yang dipublikasikan.
Melihat grafik di atas pantas saja dirjen DIKTI Djoko Santoso mensyaratkan kelulusan perguruan tinggi yaitu publikasi ilmiah. Jumlah penduduk indonesia yang besar sudah selayaknya memiliki jumlah publikasi yang tinggi juga. Jangankan dengan Malaysia, dengan Vietnam saja kita masih kejar-kejaran. Belum lagi dengan negara-negara lain seperti Jepang atau negara-negara maju lainnya, Untuk melihat kinerja negara-negara terhadap publikasi ilmiahnya dapat diakses di sini.
Bagaimana Mempublikasikan Paper?
Jika kita sudah sadar dengan posisi negera kita yang lemah dari sisi publikasi ilmiah, muncul pertanyaan bagaimana cara mudah mempublikasikan paper kita? Cara paling sederhana adalah mensubmit paper, tentu saja jika kita punya paper. Jangankan menulis paper, membaca paper saja sudah pusing. Padahal kalau kita perhatikan satu naskah paper (perhatikan saja jangan dibaca, takut tambah pusing) ada referensi yang jumlahnya belasan hingga puluhan yang pasti telah dibaca oleh penulis paper tersebut. Sebanyak itukah paper referensi yang harus dibaca? Tentu saja tidak, pasti lebih banyak dari itu mengingat yang dicantumkan di dalam referensi adalah yang “beruntung” karena sesuai dan mendukung paper yang kita tulis, sementara yang “sial” lainnya tidak mendukung paper kita. Kata “sial” di sini adalah karena kita sudah capek-capek membaca, tapi tidak ada hubungannya dengan riset kita.
Publikasi ilmiah bisa berupa jurnal dan seminar (conference). Alangkah baiknya kita menoleh ke jurnal internasional atau seminar internasional mengingat ketertinggalan negara kita adalah di level internasional. Sangat disayangkan bila tulisan-tulisan kita yang cukup banyak hanya diterbitkan di jurnal lokal yang tidak terindeks di level internasional. Apakah indeks itu? Indeks itu seperti google, bedanya google akan mencari seluruh data di dunia yang berhasil dia tangkap, sementara indeks ini hanya data yang dia akui keberadaannya, misalnya google scholar, scopus, dll. Tentu saja kita memilih indeks yang diakui dunia seperti scopus, thomson, dan minimal diakui oleh DIKTI.
Beberapa rekan saya menanyakan bagaimana cara mudah mempublish paper kita? Saya sempat kaget juga karena yang bertanya adalah rekan dosen senior yang pangkatnya jauh di atas saya. Sebenarnya mereka sanggup membuat paper dan mempublishnya hanya saja ada beberapa kendala yang menghadang, terutama dari sisi bahasa dimana bahasa Inggris menjadi satu keharusan. Kendala lainnya adalah waktu dan mental. Untuk masalah waktu, sepertinya sudah tidak begitu menghambat mengingat pemerintah sudah menyadari hal itu dengan memberikan tunjangan profesi lewat sertifikasi dosen sehingga mengurangi dosen yang “ngajar sana ngajar sini” atau “proyek sana proyek sini” sehingga dapat fokus ke riset dan penulisan. Tinggal masalah mental yang menurut saya harus dibenarhi.
Saya sudah setahun lebih jadi gelandangan di negeri orang, mengais-ngais ilmu yang berceceran, dan cukup kaget dengan adanya perbedaan kultur antara negara kita dengan negara lain. Entah mengapa sesuatu yang sulit di negara kita menjadi mudah di negara lain. Mungkin bukan sulit, melainkan dipersulit. Ego para dosen di Indonesia sangat tinggi dengan tingkat subjektivitas yang kebangetan. Cerita dari rekan-rekan saya jika dua dosen (bahkan ada yang ditambah kata “kubu” di depannya) muncul persaingan atau perselisihan, yang jadi korban adalah mahasiswa bimbingan. Karena terjadi bertahun-tahun ada sedikit trauma barangkali sehingga jika ada sedikit “senggolan” langsung terasa “sakitnya itu di sini”. Oke, jangan ambil pusing .. itu obatnya.
Submit Paper itu Gratis !
Kata-kata penolakan bagi dosen/mahasiswa di negara lain merupakan kata yang biasa, tetapi bagi dosen dan mahasiswa di Indonesia adalah kata yang “luar biasa” menyakitkannya. Akibatnya adalah kekecewaan yang mendalam dan menghalangi untuk mencoba kembali. Yang paling parah adalah melampiaskan kekecewaannya kepada yang lain (rekan dosen/mahasiswa), istilah yang terkenal “balas dendam”. Tapi jika diperhatikan dengan kepala dingin, apakah ketika submit paper kita keluar uang? Tentu saja tidak. Apakah penolakannya begitu saja? Tentu juga tidak, ada keterangan dan hal-hal yang harus diperhatikan. Ini kan ilmiah, bukan hal-hal lain di negara kita dimana kritik berupa hinaan dan cacian tanpa ada saran perbaikan.
We have now completed the review of your submission “A Web-GIS Based
Integrated Optimum Location Assessment Tool for Gas Station Using Genetic
Algorithms .” . We regret to inform you that your paper was not selected
for publications in …..
Kata-kata di atas merupakan kata standar untuk penolakan terhadap paper yang kita submit. Memang ketika membaca “sakitnya itu di sini”.. he he (makanya tulisan di atas saya buat format ‘center’ agar seperti puisi). Tapi jangan berhenti di situ, terus perhatikan di mana letak kesalahannya.
Too many grammatical mistakes. For example:
“Database is important to GIS because it store,
manage, process, and organize both raster data
(images) and vector data (points and lines). We use
postgresql with its relational characteristic and open
source.”
Tulisan di atas adalah hanya salah satu contoh dari reviewer kedua. Banyak lainnya yang kemudian saya perbaiki satu persatu. Kesalahan grammer yang menjadi kendala karena bukan bahasa asli kita sebenarnya dapat kita atasi dengan bertanya ke rekan kita yang lebih mahir. Jika semua telah diperbaiki coba submit lagi ke penerbit lainnya.
Based on the recommendations of the reviewers and the Program Committee, I am very pleased to inform you that your paper #1570036001 (‘A Web-GIS Based integrated Optimum Location Assessment Tool for Gas Station Using Genetic Algorithms’) for **** has been accepted
Jangan lupa untuk mengecek jurnal/conference yang dituju apakah terindeks di indexer terkenal agar memudahkan paper kita dicuplik (sitasi/cited) oleh penulis lain dan akhirnya meningkatkan kualitas paper kita (cited per document). Selamat mencoba !
Terimakasih mas. Sangat bermanfaat sekali. Semoga lancar dan sukses terus. aaminn ya rababa’alamin.