Postingan ini dipicu oleh guyonan teman yang mengatakan jika dosen melanjutkan studi berbeda jurusan maka bisa dikatakan sebagai “penghianat”. Haruskah marah? Tentu saja tidak karena dunia luar tidak otomatis mempengaruhi dunia dalam diri kita, menurut prinsip meditasi. Jika berpendapat begitu, ya mungkin dia mendasarkan dengan sesuatu yang menurut dia benar. Oke, santai saja, jika mengeluarkan pendapat entah itu ilmiah atau tidak biasanya ada dasar-dasarnya.
Aspek Legalitas
Silahkan Anda berpendapat berjalan harus di sebelah kiri, sementara yang lain berpendapat di sebelah kanan. Jika masing-masing menyebutkan dasarnya, ya tentu saja benar karena tiap negara berbeda-beda dalam masalah ini. Untuk linearitas silahkan lihat aturan DIKTI tahun 2014 ini.
Untuk mudahnya, lihat penjelasan dari bagan di bawah ini. Sepertinya RISTEK-DIKTI kian mempermudah. Bahkasn S2 dan S3 tidak harus sama jurusannya (disebutkan dengan istilah “bidang ilmu sebelum S3”) dimana di no 5 bisa diusulkan menjadi guru besar (profesor) walaupun harus menambah angka kredit karena beberapa penelitian kemungkinan besar tidak diakui.
Aspek Sejarah
Lho kok aspek sejarah? Ya boleh saja kan. Kebetulan rekan saya yang mengatakan “penghianat” dari jurusan teknik komputer. Jika ditilik dari sejarah, ternyata jurusan teknik komputer itu terbentuk dari penggabungan teknik elektronika dan ilmu komputer. Sementara ilmu komputer itu sendiri terbentuk dari jurusan teknik elektronika dengan matematika, menurut ACM lho (lihat post sebelumnya). Jika ada profesor pengelola teknik komputer yang dulunya berasal dari teknik elektronika, matematika atau ilmu komputer, tentu saja “konyol” jika mengatakan si pendiri, yang bisa dibilang “bapak-nya” itu penghianat.
Aspek Politik
Nah kalo ini iseng-iseng aja. Saya pernah dicalonkan sesuatu dan oleh lawan diserang karena tidak linear yang menurut mereka karena beda jurusan S1 dan S2. Ya boleh saja, namanya juga politik. Bisa aja melarang pencalonan seseorang menjadi cagub atau cawalkot karena doktornya tidak linear, he he, namanya juga politik, terserah deh.
Aspek Filsafat
Apalagi ini? Ya boleh aja kan? Dari sisi filosofis apalah arti selembar kertas ijazah? Mengajar dan mengembangkan ilmu tidak terbatas dengan itu. Kalo ini maqomnya beda nih, kelas doktor filsafat. He he.
Oiya, Kopertis 12 sepertinya banyak mengulas masalah ini. Dengan teknik Ticketing seperti helpdesk tampak profesional. Semoga info iseng ini bermanfaat.