Kita cenderung “wah” terhadap hal-hal besar yang dilakukan oleh sesorang, misalnya menjuarai suatu kompetisi, menemukan suatu teknologi, dan sejenisnya. Dan cenderung ingin mengikuti mereka berdasarkan hasil akhirnya saja. Padahal tidak demikian sesungguhnya yang terjadi. Ibarat gunung es di permukaan lautan yang tampak kecil dari atas tetapi ketika melihat ke bawah permukaan, malah justru lebih banyak yang berada di dalam.
Kita melupakan hal-hal kecil ketika ingin mencapai yang besar. Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang pria mengucapkan cinta kepada seorang wanita. Jika si wanita hanya melihat dari aspek “wah” saja, bisa jadi dia memercayai ucapan tersebut. Tetapi jika dia memperhatikan hal-hal kecil yang telah dilakukan oleh si pria itu selama beberapa waktu, barulah dia bisa menyimpulkan bahwa memang benar pria itu mencintainya. Seperti dalam film “Dilan”, Milea dapat mengetahui siapa yang sesungguhnya pria yang mencintainya, dari hal-hal kecil yang dilakukan kepadanya.
Saya banyak memiliki teman dosen yang kerap mengungkapkan suatu ide, niat, rencana, dan sejenisnya yang “wah”, seperti publikasi di jurnal Q1, riset ini, itu dan sejenisnya yang tidak pernah saya lihat pelaksanaannya. Namun banyak juga rekan yang melakukan hal-hal yang dimulai dari yang sederhana, menulis di jurnal biasa, berlanjut ke konferensi internasional, lolos di jurnal internasional berimpak rendah, dan hal-hal yang sepertinya sederhana tetapi dilakukan rutin tiap semester. Akhirnya yang bersangkutan berkeinginan untuk studi lanjut S3. Dengan toefl di bawah 400 dia berusaha perlahan-lahan mencapai di atas 500 dan saat ini gelar Ph.D sudah di tangannya.
Sering kali saya membaca buku-buku yang pernah dulu saya baca dan saya tidak mengerti. Tetapi saat ini ketika kembali membacanya, ntah mengapa saya jadi heran kenapa waktu itu tidak mengerti. Padahal mudah sekali. Hal-hal rutin yang sering kita lakukan seperti membaca buku, jurnal, melakukan studi ringan, mereview paper, dan lain-lain, karena sering walau kecil dan sederhana ternyata dapat membangun skill kita. Tidak ada salahnya melakukan hal-hal yang menurut kita kecil tetapi merupakan tangga dalam menempuh hal-hal yang besar. Jika ingin profesor, tidak ada cara lain saat ini untuk menempuh S3 bagi seorang dosen, dan untuk itu tidak ada cara lain mengasah kemampuan riset dan meneliti. Tidak perlu hal-hal yang besar, mulai saja dari riset dasar, mencoba membangun dan mencari GAP, mengikuti ROADMAP yang kita kuasai, dan mencoba menghadiri konferensi-konferensi, terutama yang internasional. Walau terkadang nombok karena kurang dibiayai oleh kampus tempat kita bekerja, tetapi demi kemajuan kita dan para mahasiswa kita (karena kita yang mengajari mereka) apa salahnya menyisihkan uang, hitung-hitung membantu kampus kita (terutama yang swasta) .. keren kan, biasanya kampus yang membiayai kita tetapi kita yang membiayai kampus (karena nombok). Semoga postingan ini bukan hayalan saya saja, sebaliknya bisa menginspirasi para pembaca sekalian.
Seperti hal nya dengan ngeblog, hal sederhana namun jika dilakukan secara rutin tentu akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi para pembaca :D. Salut pak.
komentar positif, walau terlihat sederhana berdampak luar biasa