Salah satu kebijakan Nadiem adalah bukan hanya sekedar “link and match”, tetapi antara kampus dan industri/pengguna berhubungan erat, bahkan kalau perlu menjadikan tempat kerja sebagai ruang kuliah. Bukan saja sasaran perkuliahan mengantarkan lulusan langsung 100% bekerja, tetapi ketika kuliah pun, para mahasiswa diharapkan sudah dikasih kerjaan oleh pengguna.
Kebijakan para pendahulu terkadang tidak didukung secara sukarela oleh dunia kerja. Dukungan pun terkadang terpaksa yang akibatnya tidak efektif berjalan. Nah, bagaimana konsep magang yang diperkenalkan oleh mendikbud yang baru ini? Apakah dapat berjalan? Sementara kita pantau dan dukung terus. Semoga didukung oleh dunia kerja mengingat menteri kita yang satu ini sejatinya adalah berasal dari dunia kerja, bahkan salah satu pengusaha dari generasi “milenial” yang sukses.
Saya sendiri sempat bekerja di perusahaan IT yang bergerak di perbankan berskala nasional. Antara yang dipelajari di kampus, terkadang “jauh panggang dari api”. Kurikulum didasarkan pada siapa yang ngajar bukan kebutuhan kerja. Bahkan belajar IT sesungguhnya malah dari dunia kerja. Sebenarnya sudah ada masukan dari para pencari kerja, tetapi untuk “menekan” kampus menyesuaikan kurikulum tidak semudah membalik telapak tangan. Alhasil, dunia kerja pasrah saja menerima karyawan baru dengan tambahan biaya pelatihan dan training yang cukup berat.
Ketika ke dunia kampus, ternyata berat juga menyesuaikan kurikulum dengan yang dibutuhkan saat ini. Ketika mengganti satu mata kuliah saja, siap-siap diprotes oleh dosen-dosen yang “kehilangan” mata kuliahnya. Ditambah lagi kerepotan-kerepotan lain terkait dengan kualifikasi pengajar. Jika mengandalkan expert, kesulitan utama adalah waktu yang tidak bisa diatur semaunya oleh kampus. Mungkin dengan online learning, hal ini dapat diatasi, dengan syarat-syarat yang ketat tentunya.
Siang itu, sepi seperti biasa jika perkuliahan libur semester. Para dosen biasanya sibuk mengerjakan riset, menulis paper (untuk yang mau saja), membuat laporan LKD/BKD serdos, dan sebagainya. Tiba-tiba salah satu staf TU memanggil saya katanya ada perusahaan yang meminta mahasiswanya magang. Unik juga, selama menjabat ketua program studi baru kali ini permintaan magang secara langsung. Biasanya harus mencari dahulu, itu pun ujung-ujungnya formalitas belaka dalam rangka pemenuhan kerja praktek/PKL. Yang diminta pun tidak banyak, tetapi di sini skill yang diminta jelas, yaitu pandai mendisain. Bisa diprediksi nanti skill lainnya bakal diminta pula, seperti mobila app, web developer, dan lain-lain. Tapi oke lah, dicoba dulu. Setelah memilih salah satu siswa yang kira-kira sesuai dengan permintaan, proses magang pun berjalan otomatis. Tidak perlu mengajari siswa membuat CV, berlatih wawancara, dan tetek-bengek proses penerimaan kerja lainnya karena secara otomatis mereka dipaksa melakukan itu.
Ternyata ada informasi lain dari mahasiswa bahwa beberapa mahasiswa sudah aktif magang tanpa sepengetahuan saya di salah satu web developer. Sepertinya saya harus mendata lagi, ternyata hal unik terjadi dimana dunia kerja secara gesit menerobos tembok kampus, mencari talenta-talenta yang bahkan oleh kampusnya sendiri tidak disadari. Untuk para akademisi, yuk buka mata, sepertinya era baru pendidikan sudah dimulai.