Tidak ada yang abadi

Terus terang saya salut dengan seorang profesor yang selalu menyapa dan berinteraksi dengan siapapun, entah itu mahasiswa atau pun rekan sejawat di level apapun. Tidak ada pilih kasih dan tidak memandang gelar, jabatan, dan kekayaan dalam berhubungan. Usut punya usut ternyata prinsipnya adalah tidak ada yang abadi. Ya, sangat sederhana. Ketika melihat seorang siswa yang biasa saja, kita tidak bisa yakin bahwa nanti dia jadi orang biasa saja. Bisa saja dia menjadi pemimpin, pemilik perusahaan, bahkan seorang presiden. Bawahann kita, serendah apapun, mungkin itu saat ini, bisa saja nanti menjadi orang sukses. Terdengar, ada satu kampus yang dalam setahun berantakan, padahal kampus papan atas. Atau seorang pemimpin, orang kaya, terpandang, bisa saja dalam sekejap menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Ada satu prinsip yang dapat menenangkan jiwa, yaitu tidak ada yang abadi, apapun itu, kecuali yang maha abadi. Diibaratkan sebagai rintik air hujan yang mengenai air, bergelombang redup dan lenyap, datang lagi rintik air hujan mengenai air, bergelombang kemudian hilang. Kita pasti pernah merasa disakiti oleh seseorang, jika kita menggap orang yang menyakiti tersebut ‘abadi’, dalam artian pasti selalu menyakiti kita maka kebencian tidak akan hilang dalam diri kita. Sebaliknya jika kita menganggap tidak ada yang abadi, ketika dulu disakiti belum tentu sekarang dia menyakiti.

Kondisi pandemi dimana siswa belajar online terkadang membuat orang tua panik dan terkadang emosi karena kaget selama ini hanya menitipkan anak ke sekolah dan sekarang harus berperan sebagai guru. Terkadang ada frustasi akan masa depan anak, nanti jadi apa kalau kelakuannya seperti ini. Kembali ke cerita di atas, jangankan terhadap orang lain, terhadap anak sendiri pun tentu saja harus sama, bisa saja anak yang saat ini ‘alay’, malas, main game melulu, nonton kpop terus, dan lain-lain, suatu saat nanti bisa menjadi pengusaha, dokter, profesor, dan lain-lain. Termasuk kondisi pandemi pun kalau kita menganggap ‘abadi’ repot juga, bisa stres. Tapi kalo suatu saat pasti berhenti atau setidaknya bisa diatasi, pasti akan berlalu dengan baik-baik saja.

Banyak hal-hal terjadi dengan cepat saat ini. Rekan-rekan yang kemarin masih bersama, banyak yang sudah tiada. Kadang di atas, kadang di bawah itu adalah keniscayaan. Imam Ali r.a. memiliki prinsip jalani saja perannya, entah jadi pemimpin atau bawahan, miskin atau kaya, tidak mempengaruhi kondisi batin. Yup, ketika merasakan ketidakabadian, apapun dilalui dengan santai. Banyak yang bilang Butan merupakan negara yang rakyatnya bahagia, hal ini karena rakyatnya setiap hari selalu mengingat kematian dan menjaga kelestarian alam. jadi selalu ‘easy going’.

Orang akan selalu senang dengan orang yang tidak sombong dan selalu berterima kasih. Naik turun jabatan itu biasa, namun jika memaksakan diri dengan intrik-intrik yang ada kedzaliman di dalamnya, siap-siap akan menuai balasan yang terkadang Tuhan tunjukan ke orang yang dizalimi itu. Respect to all of you.

Iklan

Artificial Intelligence pada Bidang Geospasial

Artificial Intelligence (AI) hampir diterapkan di segala bidang dari ilmu komputer itu sendiri, kedokteran, elektronika, hingga bidang sosial humaniora seperti psikologi. Prinsip dasar AI adalah menciptakan sebuah alat bantu yang bisa berfikir dan merespon seperti layaknya manusia. Saat ini AI menjadi lokomotif era Industri 4.0. Postingan ini sedikit memprovokasi para pemerhati AI siapa tahu tertarik meneliti teknik-teknik AI yang diterapkan ke bidang Geospasial.

Kita mungkin telah mengenal mata kuliah Geografi sejak SMP, namun istilah Spasial (spatial) mungkin baru, atau pernah dengar tapi kurang mengerti maksudnya. Spasial artinya hal-hal yang berkaitan dengan koordinat yaitu letak baik dua maupun tiga dimensi. Sementara Geo di depannya berarti bumi, jadi Geospasial artinya hal-hal yang berkaitan dengan letak koordinat di bumi, termasuk standar proyeksi, misalnya Universal Transverse Mercator (UTM).

Berikut ini materi webinar saya di AMIK Master Lampung. Pesertanya banyak juga, sampai 500 orang. Salah satu keunggulan online adalah bisa menghandle jumlah orang yang banyak dan tidak perlu secara geografis ke lokasi webinar.

Jadi inget ketika kuliah dulu. Terkadang ada selentingan bercanda orang Geografi, Remote Sensing – GIS dengan mahasiswa juruasan lain. yang mengatakan: “Semua yang ada di muka bumi punya Geografi”, hehe. Kemudian dari mhs ilmu komputer membalas: “Orang Remote Sensing – GIS kalau ditanya 1 + 1 berapa, dia mengeluarkan Iphone terbaru, membuka aplikasi kalkulator dan menjawab 2”.

Teka-Teki Based Education

Kita mengenal teka-teki silang (TTS), entah yang benar atau versi Cak Lontong yang menjengkelkan, tetap menarik. Berbeda dengan menonton film atau mendengarkan musik, bermain teka-teki melibatkan otak yang aktif. Hampir mustahil ketika menjawab teka-teki kita tertidur, bandingkan dengan kegiatan pasif lainnya. Bahkan ketika sedang di kelas tidak jarang mahasiswa/siswa yang tertidur.

Pertanyaan

Prinsip utama belajar adalah menjawab pertanyaan. Bapaknya para nabi pun, Ibrahim, mempertanyakan Tuhan. Sempat menganggap matahari dan bulan sebagai tuhan. Walau akhirnya ditunjukan, tetap saja prinsip berfikirlah yang dijadikan makna peristiwa tersebut.

Tidak hanya konsep, pertanyaan pun dalam segala bidang termasuk skill/keterampilan. Bagaimana menulis yang baik, memrogram komputer dengan cepat, dan lain-lain adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik.

Kita memang biasa diberi pertanyaan, namun terkadang tidak jarang kita dihadapi situasi harus bertanya. Ketika pertama kali belajar di negeri rantau, salah satu skill penting adalah bertanya. Anehnya, waktu itu saya sulit sekali meramu pertanyaan yang efisien, di mana letak grocery, library, dan lain-lain.

Luaran

Sebagai informasi, istilah ini adalah istilah hasil dari suatu riset yang didanai, misalnya oleh pemerintah. Uang yang dibelanjakan harus menghasilkan satu karya yang disebut luaran, bisa berupa prototipe, paten, atau artikel ilmiah. Berbeda dengan proyek yang pelaporan dananya sesuai dengan belanja, tentu saja riset berbeda. Bayangkan saja misalnya Einstein yang menemukan rumus E=MC2 jika misal didanai, agak sulit mempertanggungjawabkan lewat struk belanja. Paling-paling habis untuk beli kertas, tinta, atau obat encok. Jadi jika dulu peneliti kita menghabiskan waktu risetnya untuk berfikir bukti belanja, saat ini paradigmanya dirubah menjadi luaran yang dihasilkan.

Misalnya R. Oppenheimer, selain mengajar dia juga meneliti reaksi nuklir. Luarannya? Selain artikel ilmiah lurannya juga fenomenal: bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Serem juga ya. (hmm .. Jangan sembarangan nanya luaran ke dosen teknik ya).

Jadi salah satu cara agar tidak tertidur ketika belajar, membaca, webinar, dan aktivitas pembelajaran lainnya ya carilah pertanyaan yang harus kita jawab, minimal dari acara yang sedang diikuti. Kalau tidak, dijamin webinar selesai, semua left, tinggal Anda sendiri karena ketiduran, upsss. Hahaha .. pengalaman pribadi.

Teknik Membagi Waktu: POMODORO

Ada sebuah alat yang mendeteksi gelombang EEG otak untuk mengukur tingkat konsentrasi seorang anak ketika belajar. Alat tersebut dikembangkan di Massachusetts (lihat ref ini). Alat yang sudah diterapkan di Malaysia ini juga dapat mengetahui karakteristik siswa, kapan waktu optimal seorang siswa dalam belajar. Ternyata tiap orang memiliki karakteristik bekerja yang berbeda, apakah pada pagi, siang, sore, atau malam.

Bekerja Optimal

Mungkin kita pernah duduk bekerja atau belajar berjam-jam tetapi ternyata hasil yang diperoleh tidak signifikan. Alat deteksi biasanya mengetahui adanya penurunan fokus dan segera alat tersebut memberikan musik untuk menyegarkan otak dan bisa fokus kembali. Ternyata otak butuh istirahat untuk kembali fokus. Masalahnya adalah, kapan waktu yang tepat untuk istirahat?

Pomodoro Technique

Dalam manajemen dikenal Pomodoro teknik, yaitu teknik membagi waktu kerja menjadi 25 menit dengan diselingi 5 sampai 10 menit istirahat (break). Ketika sampai empat kali, ada istirahat panjang sekitar 30 menit. Saat mencoba sepertinya ada rasa tanggung ketika 25 menit harus break, tapi ternyata manfaat istirahat 5 menit sangat efektif karena ketika kembali bekerja otak seperti fresh lagi.

Teknik ini sangat bermanfaat juga untuk yang bekerja di depan layar komputer karena mata juga butuh istirahat, bukan hanya otak saja. Disebutkan tiap empat kali “pomodoro” harus istirahat panjang, nah terkadang agak ribet juga untuk mengetahui saat ini sudah yang kedua, ketiga, atau keempat. Oleh karena itu kita butuh alat bantu, selain timer.

Alat Bantu

Alat bantu dapat diperolah baik dari website maupun aplikasi yang tersedia: play store, apple store maupun microsoft store. Jika malas menginstal bisa menggunakan situs ini sebagai timer. Selain memberi alarm tiap 25 menit dan break 5 menit, aplikasi ini dapat juga mengetahui kapan long break 30 menit harus dilakukan. Selamat mencoba.

Bekerja dengan Nyaman

Mungkin pembaca pernah merasakan bekerja di tempat di mana ketika Anda menyelesaikan dengan cepat sebuah pekerjaan, kemudian ditambak lagi pekerjaan baru yang seolah tidak ada habisnya. Atau dalam suasana kerja di mana seluruh pegawai harus terlihat sibuk mengerjakan sesuatu, walau tidak penting, karena kalau santai sedikit dianggap “kurang kerjaan”.

Valentino Rossi dalam buku biografinya menyebutkan alasan pindah dari honda selain karena ingin menunjukan bahwa pembalap tidak kalah penting dibanding motor balap adalah suasana kerja yang tidak nyaman. Tidak ada senyum, canda, atau obrolan lain selain balapan dan yang paling menjengkelkan adalah ketika kemenangan dianggap “biasa saja”.

Walau dengan partner sudah nyaman, ada chemistry, tetapi jika dengan top manajemen tidak nyaman, kita pasti tidak betah, apalagi jika kondisi partner yang juga tidak klop lagi, ada unsur intrik politik, dan sebagainya. Kontrak atau gaji tidak lagi prioritas utama. Dalam kasus Valentino Rossi katanya sampai pihak honda terbengong sesaat ketika kontrak yang dikembalikan tanpa tanda tangannya.

Ketika partner kerja nyaman, begitu juga pimpinan mendukung dan menghargai, prestasi tinggal menunggu waktu karena fokus tertuju ke target/sasaran. Tidak ada lagi kekhawatiran dijegal oleh rekan kerja atau konflik internal yang merugikan, karena harusnya bertarung dengan pesaing luar malah sibuk berkelahi di dalam. Terbukti, sang legenda motogp itu sanggup mendominasi dengan motor barunya.

Kondisi saat ini yang mengharuskan segala hal dilakukan online memperparah kondisi jika partner tidak klop. Salah komunikasi terkadang lebih banyak terjadi. Salah satu yang kurang menyenangkan adalah ketika koordinasi internal di grup WA tiba-tiba “dicapture/screenshoot” dan dibocorkan ke pihak lain. Terkadang hanya potongan yang tidak utuh yang mengakibatkan salah pengertian pihak yang menerima potongan info tersebut. Kondisi tersebut membuat “sepi” nya grup, padahal mungkin banyak ide-ide yang muncul di situ. Repotnya jika ada anggota grup yang kreatif jadi melakukan aksi diam, yang berbahaya karena tim jadi mandek akibat tidak ada inovasi.

Kabar baiknya adalah saat ini perkembangan sangat cepat. Yang saat ini mungkin sedang terpuruk dan merasa di bawah, untuk kembali ke atas terkadang tidak butuh waktu lama. Namun sebaliknya waspadalah, ada institusi yang hancur dalam waktu singkat, bahkan kurang setahun. Memang tidak sepatutnya manusia sombong, lihat saja, dunia porak-poranda karena makhluk kecil, virus COVID-19, yang pindah dari satu orang ke orang lain sambil mengganggu kesehatan bahkan banyak yang kehilangan nyawa.

Tradisi Hindu kabarnya menyebut saat ini tahun Syiwa, yakni tahun di mana banyak godaan berbuat dzalim tapi waspadalah, balasannya tiga masa kehidupan. Toh, agama manapun melarang berbuat dzalim, namun jika dibandingkan dengan kondisi normal, ejeken, hinaan, penindasan saat kondisi sekarang yang dirasakan jauh lebih menyakitkan dibanding kondisi normal sebelum pandemi. Namun, sebaliknya bantuan kecil, atau bahkan senyuman saja, sudah membuat orang senang melebihi saat kondisi normal. Yuk, saling menghargai.

Klasifikasi Citra RGB Geospasial dengan IDRISI

Citra RGB merupakan citra sederhana yang berasal dari beragam alat mulai dari satelit, drone, UAV, hingga handphone yang murah dibandingkan jenis citra lainnya baik multispektral maupun hyperspektral yang lebih dari beberapa band frekuensi dari sensor satelit. Postingan ini membahas bagaimana secara sederhana mengklasifikasi citra RGB dengan software yang banyak digunakan untuk pemrosesan data geospasial, yakni IDRISI Selva.

1. Persiapan Awal

Untuk mengklasifikasi citra satelit yang sudah memiliki proyeksi, seperti citra landsaat, ikonos, dan lain-lain, hanya menggunakan IDRISI sudah cukup. Sementara untuk citra lain seperti dari UAV, drone, atau tangkapan layar (screenshoot) dari Google Earth perlu pengolahan khusus, misalnya dengan ArcMap. Gambar berikut contoh tangkapan layar (menggunakan plugin “take webpages screenshoot” pada Chrome) yang diimpor ke ArcMap 10.1. Silahkan gunakan QGIS jika lebih menyukai sofware opensource.

File PNG yang telah dibuka di ArcMap perlu dikonversi menjadi file ASCII agar bisa dikirim ke IDRISI Selva. Perhatikan gambar di atas ada 3 band yang tampil di Table of Contents: Red, Green, dan Blue. Pilih/search “to ASCII” dan pilih toolbox Raster to ASCII.

Input raster dipilih citra PNG atau JPG yang sudah ditarik ke ArcMap dan output diisi nama file txt (ASCII), jangan lupa pilih folder/lokasi tempat file output. Pastikan ArcMap sukses mengkonversi file PNG menjadi TXT dan tampak pada Table of Contents (pada gambar di atas di bagian akhir dengan nama kara.txt).

2. Impor ASCII File di IDRISI Selva

Buka IDRISI Selva dan pilih menu Import dilanjutkan dengan Software Specific Formats ESRI Formats ARCRASTER.

Pilih file TXT hasil dari konversi ArcMap yang lalu. Beri nama file RST yang nanti akan dihasilkan, beserta lokasi foldernya.

Jangan lupa pilih radio button “ArcInfo raster ASCII format to Idrisi”. Perhatikan tombol “OK” belum bisa ditekan karena harus memasukan proyeksi denga menekan tombol Output reference information. Pilih proyeksi yang sesuai misalnya untuk kasus Karawang adalah UTM 48S (lihat link berikut untuk bagaimana menghitungnya). Jika berhasil akan tampak peta standar IDRISI (berformat *.rst) yang siap diklasifikasi.

3. Proses Klasifikasi

Klasifikasi idealnya menggunakan citra multispektral, dimana ada beberapa band citra (IDRISI maksimal 7 band frekuensi). Gambar berikut contoh menu Iterative Self-Organizing Clustering (ISOCLUST).

Isian paling kanan mudahnya biarkan saja secara default, hanya jumlah kelas yang harus diisi, misalnya di sini 11 kelas. Jalankan dengan menekan “OK”, proses lumayan lama, tergantung komputer Anda. Pastikan hasilnya tampak di IDRISI seperti di bawah ini.

Sepertinya masih agak kasar, sebaiknya gunakan resolusi tinggi untuk daerah kecil jika menggunakan citra RGB untuk klasifikasi, atau gunakan citra pankromatik resoulusi tinggi. Sekian, semoga bermanfaat.

Mengatasi Font Mendeley Terlalu Kecil

Mendeley merupakan andalan mahasiswa, khususnya yang sedang mengerjakan skripsi, tesis, maupun disertasi (lihat cara memasukan plugin). Banyak masalah yang kerap muncul, tetapi sebagian besar dapat diselesaikan. Nah, untuk masalah huruf yang terlalu kecil terkadang agak menjengkelkan, seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Pusing juga bacanya. Tidak ada setting font di Mendeley desktop. Salah satu cara adalah sebagai berikut.

  • Pertama-tama tutup dahulu Mendeley Anda.
  • Lanjutkan dengan Klik Kanan pada Icon Mendeley.
  • Pilih Properties dan lanjutkan dengan menekan tab Compatibility.
  • Tekan Change high DPI Settings hingga muncul jendela baru.
  • Checklis Override High DPI scalling Behaviour dan pilih System.

Tutup dengan terlebih dahulu menekan Apply dan OK. Buka kembali Mendeley Anda dan pastikan tampilan font membesar seperti berikut ini.

Lumayan lebih besar dan untuk yang bermasalah di mata mudah-mudahan postingan ini sedikit membantu. Berikut rincian tata cara di Youtube-nya.