Hibah Matching Fund – Kedaireka

Pekerjaan dosen selain mengajar adalah meneliti. Hasil penelitian selanjutnya dipublikasikan agar bermanfaat bagi sesama. Beberapa dipatenkan agar memberikan manfaat ekonomis bagi penelitinya. Penelitian sendiri membutuhkan dana yang terkadang sulit ditentukan besar kecilnya.

Dana penelitian bisa berasal dari beragam sumber, salah satunya adalah dari pemerintah, lewat mekanisme hibah penelitian. Jenis-jenis hibah (sering diistilahkan skema) sangat banyak, dan yang saat ini termasuk baru adalah hibah matching fund. Hibah ini merupkan gabungan pendanaan dari pemerintah maupun mitra swaste. Silahkan kunjungi situsnya.

Pada situs tersebut dapat diunduh panduan yang menjelaskan langkah-langkah pengajuan proposalnya. Namun di sini saya hanya berbagi pengalaman, termasuk keluh kesah yang dialami.

1. Menemukan Mitra

Untuk menemukan mitra, mudah saja. Selain lewat MOU atau MOA dari kampus, bisa juga lewat situs kedaireka karena tiap mitra bisa mengajukan diri untuk bekerjasama. Tapi biasanya mitra yang sudah kenal lebih mudah, karena mereka sudah percaya dengan pengusul.

2. Seleksi Pitching

Sebelumnya ada seleksi proposal yang berisi upload-upload dokumen penting, dari proposal hingga surat-surat dengan tanda-tangan di atas materai, dimulai dari kesepakatan dengan mitra, pernyataan bahwa pengusul tidak sedang kuliah, dan lain-lain, yang jelas menghabiskan beberapa materi 10 ribu.

Ok, materai mungkin tidak jadi soal, yang jelas ada kegiatan baik silaturahmi antara mitra dengan pihak kampus pasti terjalin. Jelas, network sangat penting saat ini. Kampus saya sendiri mengirimkan hampir 10 proposal, namun hampir semuanya gagal di proses pitching, yaitu proses wawancara online (via zoom) dengan reviewer dari pemerintah. Mitra pun diwajibkan untuk hadir, kalau tidak sudah dipastikan gagal.

3. Proposal Lengkap

Jika pithcing lolos, selanjutnya ada beberapa tahap yang bisa dilihat dari panduan resminya. Salah satunya adalah proposal lengkap. Jika dulu kita langsung mengajukan proposal lengkap, sekarang sebelum proposal lengkap melewati berbagai tahapan. Bagi dosen atau kampus sepertinya tidak jadi masalah kalau ditolak. Toh, sudah kebal berkali-kali ditolak. Nah, kali ini agak sedikit sedih ketika mengabari mitra bahwa proposal ditolak, khususnya pada tahap pitching. Mereka yang sudah meluangkan waktu, bertemu berkali-kali meeting, terkadang menyusun proposal dan diskusi bareng ternyata tidak bisa lanjut. Apalagi jika ditanya ‘dimana letak gagalnya?’.

Berbeda dengan pejabat yang anaknya sliweran pakai jeep rubicon, atau perwira dengan ajudan yang banyak, seorang dosen hanya mengandalkan mengajar dan proyek-proyek di sela-sela kesibukannya. Keyakinan akan keberkahan saja yang membuat mereka tangguh. Untungnya saya hanya peserta yang tinggal mengajukan proposal, presentasi, dan menunggu hasil. Seandainya saya jadi reviewer, rasanya berat sekali menolak mitra dan peneliti yang sedang berusaha menjalin kerjasama. Sebagai penggembira, kami yang berasal dari kampus sederhana, turut bergembira memasarkan program kampus merdeka, dari menunggu lama saat mengantri wawancara, sampai unggah video ke Youtube .. agar kemdikbud terkenal di seluruh dunia. Saat tulisan dibuat, keesokan harinya ada sosialisasi, silahkan lihat link youtube, rekamannya.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.