Beberapa penasihat keuangan membahas keunggulan dari pengusaha yang memberikan pekerjaan ke banyak orang. Bukan hanya si pegawai, melainkan juga keluarga di rumah. Namun sejatinya yang pengusaha gaji tentu saja karena memberikan keuntungan pada perusahaan tempat mereka bekerja. Hal unik terjadi kepada asesor, terutama asesor BKD. Mengapa membandingkan dengan pengusaha?
Setelah mengecek, terkadang membaca berkas yang diunggah, setelah meng-‘klik’ tidak lama kemudian tunjangan serdos cair. Jika pengusaha walaupun ‘memberi’ tapi ‘menerima’ terlebih dahulu (kalau perusahaannya tidak merugi), asesor tidak ‘menerima’. Nah, di sini ada sisi unik seorang asesor (termasuk reviewer juga), tidak ‘memberi’ dan tidak ‘menerima’. Tidak rugi dong? Betul, kalau waktu dan tenaga tidak dihitung.
Terkadang ada ucapan terima kasih dalam berbagai bentuk, tapi kebanyakan hanya doa saja. Jadi ibarat kran air, hanya meneruskan rejeki ke tangan rekan-rekan lainnya. Sama halnya dengan reviewer, sudah biasa hanya berupa sertifikat ‘recognition’. Beberapa memberikan akses gratis SCOPUS, sebuah indexer ternama di dunia. Bahkan dari kampus saya S3 karena masih anggota reviewer, dapat mengakses SCOPUS dengan cuma-cuma. Yang terpenting dari reviewer jurnal adalah memperoleh update ilmu terkini (sudah tahu walau belum dipublish).
Diperlukan jenjang doktor atau lektor kepala untuk menjadi seorang Asesor BKD, dengan terlebih dahulu mengikuti ujian. Kebetulan karena COVID-19 waktu itu ujian secara ONLINE. Jadi, tertarik jadi asesor?