Mencoba OpenCV di Google Colab

Python memiliki beragam library. Salah satu library terkenal untuk pengolahan citra (image processing) adalah OpenCV (https://opencv.org/). Untuk mencoba library ini silahkan buka Google Colab (http://colab.research.google.com) di browser kita.

Instalasi OpenCV

Untuk menginstal OpenCV, gunakan PIP dengan disertai simbol “!” di depan cell Google Colab sebagai berikut. Setelah itu tekan simbol run di sebelah kiri sel tersebut.

! pip install opencv-python

Tunggu beberapa saat menunggu Google Colab selesai menginstall OpenCV.

Import Library OpenCV

Tidak serta merta ketika diinstal OpenCV dapat langsung digunakan. Import terlebih dahulu. Gunakan satu sel baru agar lebih mudah men-debug nya.

  • import os
  • import numpy as np
  • import matplotlib.pyplot as plt
  • import cv2

Tekan run dan pastikan tidak ada kesalahan. Di sini numpy dan matplotlib merupakan library untuk pengolahan matriks dan plotting. Nah, cv2 di sini merupakan OpenCV.

Membaca, Menampilkan, dan Konversi Citra

Berikutnya kita berlatih menggunakan fungsi OpenCV antara lain, membaca, menampilkan, dan mengkonversi ke hitam putih sebuah citra. Pada google colab upload image sembarang (berformat jpg/png). Tekan terlebih dulu simbol folder di sebelah kiri Google Colab kita.

  • from google.colab.patches import cv2_imshow  
  • img = cv2.imread(‘Rahmadya.jpg’, cv2.IMREAD_UNCHANGED)
  • cv2_imshow(img)
  • grayImg = cv2.cvtColor(np.array(img),cv2.COLOR_BGR2GRAY);
  • cv2_imshow(grayImg)

Kode di baris atas menambahkan satu patches karena cv.imshow tidak berjalan di Google Colab maupun Jupyter Notebook. Variabel img merupakan citra asli, sementara grayImg yang sudah dikonversi ke hitam putih (gray). Perhatikan di OpenCV formatnya Blue-Green-Red (BGR), bukan RGB.

Plotting

Selain dengan OpenCV, ada baiknya kita belajar menampilkan dalam bentuk Plot karena lebih rapih. Gunakan kode berikut di sel yang baru.

  • plt.subplot(121), plt.imshow(img), plt.title(“Original”)
  • plt.xticks([]), plt.yticks([])
  • plt.subplot(122), plt.imshow(grayImg), plt.title(“Edited”)
  • plt.xticks([]), plt.yticks([])
  • plt.show()

Pastikan program berjalan dengan baik.

Silahkan kunjungi video tutorial ini untuk lebih jelasnya.

Iklan

Membuat Resume/CV dengan Microsoft Word

Resume atau Curriculum Vitae (CV) merupakan sarana penting untuk memperkenalkan kita kepada pihak-pihak yang membutuhkan kemampuan kerja kita. Resume yang baik selain dapat memberikan gambaran yang tepat juga harus memiliki aspek estetika. Postingan ini membahas proses pembuatan CV baik dari bawaan Microsoft Word maupun template-template yang tersedia di internet.

1. Template dari Microsoft Word

Microsoft Word menyediakan template standar yang dapat dibuka ketika kita membuat naskah baru selain beberapa template lain seperti brosur, undangan, dan lain-lain.

Misalnya kita memilih “Blue Spheres Resume” untuk kita jadikan template. Ketika ditekan maka sebuah template siap dibuat.

Education bisa Anda ganti dengan “Pendidikan” dan copas saja menjadi beberapa bagian menyesuaikan tingkat pendidikan yang telah kita lalui. Foto dapat Anda ganti dengan mengklik kanan, pilih Fill lalu cari foto Anda.

2. Template Dari Internet

Silahkan searching “Free Resume Template Microsoft Word” di Google, maka Anda akan menjumpai beragam situs, misalnya: https://www.freesumes.com/modern-resume-templates/. Pilih saja satu resume yang menurut Anda menarik, unduh dan edit seperti langkah pada template bawaan Microsoft Word.

Beberapa software dapat juga digunakan misalnya Photoshop dengan kualitas yang tidak kalah baik. Namun karena Word paling banyak digunakan saat ini, ada baiknya kita dapat membuat resume dengan Microsoft Word. Selamat mencoba.

Memulai Meeting Online dengan Google Meet

Dulu Google Meet bernama hangout, namun perkembangan kuliah daring di masa pandemi membuat aplikasi-aplikasi meeting berbenah. Salah satunya adalah google meet. Google merupakan perusahaan besar yang kerap melakukan riset dari hal-hal sederhana pekerjaan kantor sehari-hari hingga skala besar.

Bisa dengan Akun Gmail Biasa

Buke email anda dan perhatikan simbol di atas bagian atas kanan (1). Tekan dan di sana ada banyak pilihan, salah satunya adalah “meet” yang berarti Google Meet (2). Silahkan tekan.

Setelah itu kita tinggal membuat satu meet baru dengan menekan “Start a meeting”. Perhatikan kalimat di atasnya: “premium meeting is free for everyone”, yang artinya dulu hanya bisa gmail versi tertentu ac.id atau yang berbayar, sekarang oleh siapapun bisa, asal gmail.

Kolom enter meeting code jika kita ingin bergabung, bukan sebagai admin. Tekan “Join Now” untuk membuat satu “meeting” baru.

Begitu saja, sangat sederhana untuk memulainya. Kita tinggal meng-copas link dan men-share ke rekan lain yang ingin ikut bergabung. Tentu saja yang ingin bergabung harus punya gmail.

Ketika seseorang memiliki link yang di-copy-kan tersebut, maka dia bisa langsung “join”. Keluar masuk cukup mudah hanya dengan menekan simbol “telepon” di bagian tengah.

Lama Durasi Meeting Google Meet

Sebagai informasi tambahan yang penting, Google Meet gratis seharusnya maksimal satu jam, tetapi sampai 30 September 2020 bisa sampai 24 jam, silahkan kalau kuat.

Terbukti saya gunakan mengajar dari jam 08.00 WIB sampai Jam 17.00 WIB tidak ada masalah, juga untuk acara lain seperti seminar yang beranggotakan puluhan hingga ratusan. Kabarnya bisa sampai 250 peserta, silahkan coba. Sekian semoga berfaedah.

 

Menggunakan Graphics Processing Unit (GPU) Google Colab

Google Colab selain menyediakan Integrated Development Environment (IDE) yang diserta kompiler Python juga menyediakan CPU dan GPU-nya. Untuk membuktikannya Google Colab memberikan link tersendiri di sini.

Jika langsung dijalankan sel pertama akan muncul pesan kesalahan sebagai berikut.

Hal ini terjadi karena kita belum mengeset accelerator GPU. Pilih accelerator dengan masuk ke menu Edit Notebook Setting.

Berikutnya Anda diminta memilih acceleratornya. Ada dua pilihan: 1) Graphics Processing Unit (GPU) dan 2) Tensor Processing Unit (TPU). Pilih saja sesuai pokok bahasan kita yaitu GPU.

JIka dijalankan sel pertama program contoh pengaksesan GPU akan muncul keluaran sebagai berikut yang memastikan bahwa GPU ditemukan.

Jalankan sel berikutnya yang menguji kecepatan tensorflow menggunakan CPU dan GPU. Pastikan tidak ada error.

Perhatikan kecepatan eksekusi menggunakan GPU yang lebih cepat kira-kira 20 kali lebih dari CPU. Sekian semoga membuat tertarik memanfaatkan hardware GPU Google.

Yuk, Menggunakan Google Classroom

Saat tulisan ini dibuat, wabah COVID-19 mulai membesar, bahkan di tempat saya, Bekasi, sudah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Entah mengapa saya tidak suka dengan istilah COVID-19, terutama angka di belakangnya, seolah-olah nanti ada COVID-20, COVID-21, dan seterusnya, repot dah.

Wabah COVID-19 memaksa institusi memanfaatkan metode pembelajaran online. Repotnya tidak semua kampus atau sekolah siap dengan infrastruktur pembelajaran online. Nah, untungnya saat ini banyak fasilitas-fasilitas yang tersedia dan tidak berbayar yang bisa digunakan sebagai tools pembelajaran online baik dalam bentuk kuliah online, ujian online, maupun pembelajaran online. Salah satu yang cukup ampuh dan secara official resmi diperkenalkan oleh Kemendikbud adalah Google Classroom yang dapat diakses di situs: https://classroom.google.com. Berikut surat resminya.

Bahkan saat ini Google Classroom sudah terintegrasi dengan Google Meet untuk kuliah online. Asalkan Gmail Anda bukan @gmail.com bisa memulai Google Meet, misalnya email dengan “ac.id” buatan google berikut ini.

Untuk bagaimana mennggunakannya silahkan lanjut ke post berikutnya.

Membuat Soal Ujian dengan Kahoot

Saat wabah Corona seperti saat tulisan ini dibuat, aplikasi-aplikasi online menjadi primadona, baik itu pembelajaran streaming online, e-learning, maupun ujian. Salah satu aplikasi yang kita bahas di postingan ini adalah aplikasi untuk ujian online dengan aplikasi yang dipilih KAHOOT !.

Mendaftar Kahoot (Sign Up)

Kahoot bisa diakses di www.kahoot.com dengan login bisa langsung lewat Gmail. Atau bisa juga dengan memasukan alamat email dan passwordnya untuk sign up jika Anda belum punya akun kahoot.

Ada paket berbayar, tapi jangan khawatir, tersedia juga paket yang gratis. Klik saja di bagian “get basic for free” yang kecil di bawah. Setelah itu Anda siap menggunakan Kahoot.

Berikutnya ada data yang harus diisi, misalnya nama universitas tempat Anda mencari sesuap nasi (khusus dosen) atau tempat Anda berpusing-pusing ria (khusus mahasiswa).

Membuat Quiz

Tekan Create di bagian kanan atas untuk membuat quiz baru.

Tekan create new kahoot di bagian tengah di jendela yang baru muncul. Selanjutnya ada bagian soal, bagian jawaban, dan bagian navigasi.

Ada pilihan waktu untuk menjawab tiap soal, misalnya 10 detik, 20 detik dan seterusnya. Tinggal klik tidak perlu mengetik waktu tersebut.

Tekan Add question di bagian navigasi untuk menambah soal baru. Jika sudah selesai tekan Done di bagian kanan atas. Selanjutnya Anda siap menjalankan quiz tersebut.

Menjalankan Quiz

Ada dua pilihan Quiz, kontes bareng-bareng atau seperti ujian masing-masing siswa mengerjakan sendiri-sendiri. Jika di dalam kelas, lebih seru menggunakan kontes. Tetapi jika saat masa “work from home” tidak ada kelas di kampus, bisa menggunakan pilihan Assign.

Untuk ujian ada baiknya dengan assign karena tidak memakan bandwidth besar akibat “streaming online” lewat zoom, google meet, dll. Akibatnya jika si dosen lepas sinyalnya, maka permainan jadi kacau.

Membuat Skenario Ujian Online

Setelah memilih assign maka dosen akan mengeset jadwal ujian yang sebaiknya ketat dan dalam waktu bersamaan agar si mahasiswa tidak membocorkan soal. Karena bisa jadi siswa meng-capture soal ujian dan disebarkan ke teman-temannya.

Misalnya ada 10 soal, per soal 20 detik, maka ada kira-kira 200 detik (3 menitan) jika dia langsung next ke soal berikut. Untuk jaga-jaga siswa tidak langsung ke soal berikutnya, ambil jeda kira-kira 30 detik per soal, maka butuh waktu 200 detik + 300 detik = 500 detik (9 menit).

Misal rencananya quiz hari ini, hari minggu, dan akan ditutup jam 10 malam. Untuk menghindari kebocoran soal, kabari saja siswa siap-siap di depan laptop/hp jam tertentu. Create saja quiz di date = minggu, time= 9.45 (untuk jaga2 sekitar 5 menit), dan ketika di share, siswa harus segera menjawab karena jam 10.00 (lihat isian di atas) quiz ditutup (ujian berakhir). Jadi tidak ada peluang siswa meng-capture soal dan membocorkannya.

Berikutnya Anda tinggal share link (challenge link) atau PIN yang diakses lewat www.kahoot.it. Misal kita beri nama peserta quiz “testing”. Tekan Ok, go !

Tampilan soal seperti di bawah ini sebagai gambaran. Jika jawaban salah muncul sebagai berikut.

Jawabannya dikumpulkan secara otomatis dan dapat dilihat langsung skornya. Klik Report di atas dan pilih quiz yang ada. Jika “in progress” berarti quiz masih menunggu jawaban/belum ditutup, jika sudah ditutup muncul tanggal pelaksanaannya.

Tampak skor “Testing” dengan jawaban benar 6 dan salah 4. Total score berdasarkan hitungan Kahoot yang memperhitungkan kecepatan menjawab, selain jawaban yang benar. Sekian semoga bermanfaat.

Update 12 Nov 2021

Ada sedikit masalah, ternyata untuk yang free max ujian/lesson 10 peserta saja. Akhirnya saya beralih ke Quizziz yang bisa sampai 25 orang.

Merubah Bahasa Inggris ke Indonesia Pada Windows 10

Ketika membeli laptop, saat pertama kali dinyalakan, maka Windows langsung terpasang dengan beberapa setingan yang harus diselesaikan. Waktu itu dipilih bahasa tertentu, misalnya Bahasa Inggris (English). Karena pada laptop tersebut hanya Windows yang berlisensi, maka harus menginstal yang lainnya misalnya Ms Office. Kebetulan tidak tersedia di toko tersebut. Terpaksa ke toko lain yang menjual program. Ketika tiba di toko yang menjual MS Office, dan iseng minta diganti bahasa sistem operasinya, toko tersebut mengatakan jika Windows terlanjur disetting bahasa tertentu, maka tidak bisa dirubah, harus instal ulang Windows. Tentu saja aneh, tidak mungkin Windows sebodoh itu merancang OS. Akhirnya iseng-iseng googling, ketemu langkah-langkahnya di Youtube. Sederhana tetapi tetap saja ribet bagi orang yang sibuk. Berikut kira-kira ringkasan langkah-langkahnya di Windows 10.

1. Masuk ke menu “Settings”

2. Masuk ke menu “Accounts” yang ada di jendela “Settings”.

3. Setelah masuk ke “Accounts”, klik “Sync your settings”.

4. Cari “Language preferences” dan matikan (Off).

5. Mundur lagi dengan menekan simbol “Back” di pojok kiri atas. Masuk ke “Time & Language”.

6. Masuk ke “Language”. Atau “Region & Languages” untuk versi Windows 10 tertentu. Tekan “Add a prefered language” untuk menambahkan bahasa, misalnya Bahasa Indonesia.

7. Pilih Bahasa Indonesia, dilanjutkan dengan menekan tombol “Next”. Jangan lupa, ceklis “Set as my display language” jika belum tercentang. Tekan tombol “Install” di bagian bawah.

8. Karena kita mengeset “Bahasa Indonesia” sebagai display language maka Windows meminta kita “Sign Out”.

9. Sign out, atau Restart juga boleh. Nanti setelah login lagi maka bahasa langsung berubah menjadi bahasa Indonesia, tidak perlu menunggu seminggu seperti bikin e-KTP. Misalnya “Recycled bin” menjadi “keranjang sampah”, dan lain-lain. Sekian, semoga bermanfaat.

Membuat Mask (Bingkai) Pada Citra & Manfaatnya

Postingan ini bermaksud menginformasikan problem ketika pencocokan pola citra kurang berhasil akibat pola yang tidak memiliki bingkai. Ketika dengan Autoassociative Memory diminta memprediksi angka satu berikut (lihat yang berwarna putih).

Prediksi di sebelah kanan memang tepat angka satu, tetapi terpotong di bagian atas dan bawahnya. Kita coba untuk menambahkan bingkai pada citra yang akan dilatih dan diterka.

Menambahkan Nol di Sekitar Matriks

Misal angka nol di bawah akan dibuatkan bingkainya. Langkah pertama adalah mengetahui ukuran matriks angka nol tersebut.

Gunakan fungsi size di Matlab. Setelah itu dengan fungsi “zeros” buat matriks berukuran dua digit lebih banyak dari ukuran sebelumnya. Misalnya matriks di atas memiliki ukuran baris x kolom sebesar 5 x 3 maka buatlah matriks nol dengan ukuran 7 x 5.

  • imshow(nol,’InitialMagnification’,’fit’)
  • nolmask=zeros(7,5);
  • nolmask(2:6,2:4)=nol;
  • imshow(nolmask,’InitialMagnification’,’fit’)

Perhatikan angka nol (yang berwarna putih) telah memiliki bingkai (warna hitam di sekelilingnya). Berikutnya kita coba melatih jaringan syaraf tiruan (JST) yang sebelumnya tanpa bingkai. Diuji dengan angka satu udah ok: hasil: “satu” (sebelah kiri) dan yang sebelah kanan nol dengan sedikit error berhasil mendeteksi (hasil deteksi: “nol”).

Mengkonversi Polygon Peta Pada ArcGIS ke Matriks di Matlab

Terkadang untuk melakukan manipulasi dengan Matlab membutuhkan konversi dari data berupa peta menjadi matriks. Jika sudah dalam bentuk matriks maka beragam metode dapat diterapkan untuk memanipulasi matriks peta tersebut seperti pengklusteran, klasifikasi, dan lain-lain. Postingan ini bermaksud mengkonversi citra polygon menjadi matriks di Matlab.

Mempersiapkan Poligon

Terlebih dahulu persiapkan peta poligon, misalnya lokasi sekolah di bekasi selatan. Karena fungsi polygon to raster di ArcGIS tidak berlaku untuk titik maka diperlukan proses “buffering” agar dihasilkan region sebuah titik. Cari fungsi “buffering” tersebut di kolom “search” pada ArcGIS anda.

Di sini dibuat lingkaran dengan jarak 50 meter dari pusat titik di tiap-tiap lokasi. Secara default tipenya adalah lingkaran. Jika sudah tekan “OK” di bagian bawah. Pastikan peta baru yang berisi lingkaran dengan jari-jari 50 meter yang berada di sekitar titik lokasi.

Konversi ke Raster

Untuk menjadikan poligon menjadi matriks diperlukan proses konversi dari poligon ke raster dengan fungsi “Polygon to Raster”.

Tekan “OK” dan tunggu sesaat hingga ArcGIS membuat rasternya seperti gambar berikut ini. Perhatikan yang tadinya lingkaran (round) sedikit berubah menjadi kotak-kotak.

Membentuk Matriks di Matlab

Terakhir kita menarik data yang telah dibuat oleh ArcGIS ke Matlab. Pertama-tama data perlu di- “Export” terlebih dahulu. Bentuknya terdiri dari beberapa layer dengan komponen utamanya berekstensi TIF yang mirip dengan JPG atau PNG.

Pastikan di folder target terdapat salah satu citra yang akan dibaca matriksnya lewat Matlab. Arahkan “Current Directory” pada lokasi yang sesuai agar bisa dibaca Matlab. Jalankan perintah ini untuk melihat “image”nya.

  • imshow(‘sekolah_PolygonToRaster11.tif’)

Jika kita lihat ukurannya masih sangat besar.

  • I=imread(‘sekolah_PolygonToRaster11.tif’);
  • size(I)
  • ans =
  • 474 248

Ada baiknya resolusi sedikit diturunkan agar diperoleh matriks yang mudah dimanipulasi. Gunakan fungsi “imresize” dengan sebelumnya mengkonversi gray menjadi biner.

  • I2=imresize(I,0.25);
  • size(I2)
  • ans =
  • 119 62

Tampak resolusinya berkurang seperempatnya. Konversi menjadi biner agar dihasilkan image yang tidak pecah-pecah seperti di atas. Untuk membahas masalah tersebut perlu postingan lain tentang pengolahan citra. Semoga bisa menginspirasi.

Red, Green, dan Blue (RGB) Pada Matlab

Representasi warna yang dikenal antara lain: i) Red, Green, Blue (RGB), ii) Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK), iii) Hue, Saturation, Brightness (HSB), dan iv) CIE-XYZ. Di sini yang paling mudah dan terkenal adalah RGB. Postingan ini bermaksud menjelaskan secara mudah model warna RGB ini.

Sejarah

Kita mengenal TV berwarna yang mengkombinasikan tiap piksel dengan gabungan komposisi warna Red, Green, dan Blue. Jika seluruh warna R, G, dan B nol atau padam, maka dihasilkan warna hitam. Sebaliknya jika seluruhnya menyala maksimal, diperoleh warna putih.

Membuat Warna

Perhatikan warna Turqoise di bawah ini. Warna ini merupakan kombinasi warna Red, Green, dan Blue berturut-turut 64, 224, dan 208. Bagaimana merepresentasikannya dalam Matlab?

Baik, kita mulai saja dengan membuka Matlab versi 2008 ke atas (mungkin sebelumnya bisa, asalkan ada fungsi “imshow” dan “cat” pada matriks).

Format RGB pada Matlab

Matlab menggunakan format matriks tiga dimensi, berbeda dengan gray atau biner yang menggunakan satu matriks saja. Oke, misalnya kita buat piksel yang membentuk huruf ‘c’.

  • c=[1 1 1;1 0 0;1 1 1];
  • imshow(c,’InitialMagnification’,’fit’)

Disini “InitialMagnification” artinya memperbesar huruf c tersebut agar bisa dilihat jelas. Coba saja tanpa fungsi itu, pasti hanya berupa titik kecil saja.

Nah, di sini kita diminta merubah huruf c format biner tersebut menjadi warna turquoise pada gambar di atas sebelumnya. Caranya adalah dengan merubah satu matriks ‘c’ tersebut menjadi komposisi tiga matriks R, G, dan B berupa perbandingan dari 0 hingga 255.

Warna Red, Green, Blue

Di sini warna merah adalah 64 dari 255. Tuliskan di command window instruksi berikut.

  • r=c*64/255
  • r =
  • 0.2510 0.2510 0.2510
  • 0.2510 0 0
  • 0.2510 0.2510 0.2510

Dengan cara yang sama buat juga Green dan Blue.

  • g=c*224/255;
  • b=c*224/208;

Jika komposisi R, G, dan B sudah dibuat, berikutnya adalah meng-concatenate tiga matriks tersebut (r, g, dan b) menjadi satu.

  • image=cat(3,r,g,b);
  • imshow(image,’InitialMagnification’,’fit’)

Pastikan diperoleh huruf ‘c’ dengan warna turquoise seperti di bawah. Jika Anda bisa memanipulasi satu piksel maka Anda pasti bisa memanipulasi beragam citra menjadi warna-warna tertentu. Sekian, semoga bermanfaat.

AppSheet – Aplikasi Android Untuk Mengelola Data Excel

Mungkin banyak yang bertanya, apa maksud judul di atas? Apa hubungannya Excel dengan android? Tentu saja di sini Excel yang digunakan bukan Excel di laptop melainkan menggunakan cloud application bawaan Google, yaitu AppSheet. Sambil membaca postingan ini, ada baiknya anda menginstall aplikasi sebesar 13-an Mb tersebut di playstore. Oiya, karena berbasis Google, tentu saja lebih optimal menggunakan browser Google Chrome dibanding lainnya (Mozilla, Safari, IE, dll).

1. Siapkan file Excel

Untuk membuat aplikasi yang membaca secara interaktif data sheet, terlebih dahulu siapkan datanya, yaitu data yang dibuat di Microsoft Excel. Misalnya daftar nilai mahasiswa berikut ini:

2. Upload ke Google Drive

Berikutnya kita buka Google Drive. Cara termudah adalah dengan masuk ke akun email dilanjutkan dengan menekan tombol empat titik dilanjutkan dengan menekan simbol Drive.

Upload file excel tersebut lewat menu File – Open dan lanjutkan dengan mengupload file excel yang akan dibuat ke appview.

Buka via Google Sheet file tersebut, sehingga memunculkan sheet yang mirip Microsoft Excel. Perhatikan di sini Google Sheet berbeda dengan sekedar view sheet. Tampilah Google Sheet dapat dilihat di bawah ini.

Sepertinya butuh koneksi internet yang cepat untuk membuka Google Sheet ini. Jadi, harap bersabar.

3. Mengeset AppSheet

AppSheet merupakan Add on yang disediakan oleh Google Chrome. Oleh karena itu di browser harus ditambahkan terlebih dahulu. Add on ini gratis

Jika Add on sudah ditambahkan maka pada Google Sheet akan muncul Add on serta koneksi ke AppSheet Anda.

Kemudian kita tinggal masuk ke AppSheet dengan terlebih dulu menambahkan Add on yang ada.

Cari AppSheet dan klik ketika ditemukan. Lanjutkan dengan menginstal appview di Chrome Anda.

Jika sudah berhasil terinstal, di menu Add on akan muncul AppSheet. Jalankan dengan menekan di menu “launch”.

Di sebelah kanan akan muncul smartphone yang akan dihubungkan dengan data sheet kita. Tekan Go untuk melanjutkan proses pembuatan.

Pastikan data sudah bisa diakses via AppSheet dengan melihat di bagian kanan Chrome, tampak nama-nama yang ada di data sheet Anda.

4. Deploy Aplikasi

Terakhir tentu saja kita harus bisa mengeshare aplikasi agar bisa dijalankan via ponsel kita. Terlebih dahulu kita masuk ke Setting dan Properties di AppSheet.

Jika sudah dirasa OK, tinggal men-share aplikasi tersebut.

5. Testing

Berikutnya buka AppSheet di handphone Anda. Ketika diminta login via Google maka akan muncul satu aplikasi yang telah Anda buat. Ketika dibuka maka Anda bisa melihat dan mengedit aplikasi Excel yang sudah berupa Android App tersebut.

Ketika dishare, maka yang akan melihat otomatis diminta menginstal aplikasi AppSheet, instruksinya seperti ini. Sekian semoga berfaedah.

NOTE: untuk excel yang lebih dari satu sheet, ada instruksi untuk menambahkan sheet lainnya, karena secara default AppSheet hanya menampilkan satu sheet saja. Untuk membuat aplikasi Android secara instan, silahkan lihat pos saya yang lain dengan MIT App Inventor.

Imresize Citra dengan Matlab

Imresize merupakan fungsi dalam Matlab untuk memperkecil ukuran citra. Misal sebuah citra berukuran 100 x 100 dapat diperkecil menjadi 10 x 10. Gunanya adalah menurunkan resolusi agar dapat lebih cepat diproses. Perhatikan citra berikut (nama file “Huruf A.png”):

Citra bertipe JPG atau PNG harus dibaca di konsol Matlab. Gunakan fungsi imread untuk mengkonversi JPG menjadi matriks gambar.

  • x=imread(‘Huruf A.png’);
  • x2=rgb2gray(x);

Fungsi rgb2gray bermaksud merubah citra berwarna (red, green, dan blue) menjadi hitam putih. Berikutnya kita coba mereduksi matriksnya dengan fungsi imresize berikut ini:

  • x3=imresize(x2,.05)

Perhatikan x3 merudiksi x2 sebesar 5 persen. Jika dilihat gambarnya dengan fungsi imshow akan muncul citra yang sudah tereduksi ukurannya.

  • Imshow(x3,’InitialMagnification’,’fit’)

Citra hasil imresize dari sulit dimanipulasi. Misal dibagi dgn 255 tiap elemennya menjadi 1.

Tampak citra yang masih berbentuk gray. Untuk diolah dengan jaringan syaraf tiruan perlu dikonversi menjadi biner 1 dan 0 atau +1 dan -1. Untuk gambar yg normal bisa dengan im2bw, tetapi hasilnya akan 1 semua. Cari paling sederhana adalah membuat kode untuk merubah 255 menjadi -1 dan yang bukan 255 menjadi 1.

  • [row kol]=size(x3)
  • for i=1:row
  • for j=1:row
  • if x3(i,j)==max(max(x))
  • x3(i,j)=-1;
  • else
  • x3(i,j)=1;
  • end
  • end
  • end

Hasilnya matrix nol dan 1 yang harus dikalikan dengan 255 terlebih dahulu sebelum dimanipulasi dengan fungsi im2bw.

  • x4=x3*255;
  • x5=im2bw(x4);
  • x6=x5*2-1;
  • imshow(x6,’InitialMagnification’,’fit’)

Hasilnya adalah tampak pada gambar di bawah, berupa matriks hasil reduksi dari yang sebelah kanan. Dari ukuran matriks 190×193 menjadi matriks 10×10 yang lebih mudah dimanipulasi.

 

 

 

 

Merubah Foto Menjadi Citra Negatif dan Sebaliknya

Untuk yang pernah hidup di era 80-an, pasti mengenal foto yang dicetak dari negatif foto atau dikenal dengan nama klise. Nah, jika foto sudah jamuran atau rusak, bisa mereproduksi foto tersebut jika masih memiliki klise-nya. Gunakan scanner untuk memindai klise tersebut.

Fungsi untuk merubah citra menjadi negatif dan sebaliknya pada Matlab adalah imcomplement atau dengan persamaan 255-1-i, dengan “i” adalah imread dari citra berformat jpg, jpeg, atau png. Misal gambar berikut ini (silahkan unduh di sini).

Gunakan kode sederhana pada command window. Misal citra yang diunduh diberi nama “sample.jpg”.

  • a=imread(‘sample.jpg’);
  • b=255-1-a;
  • imshow(b)

Tampak hasil foto real dari negatif fotonya. Jika ingin menyimpan citra menjadi file gambar gunakan fungsi imwrite.

  • Imwrite(b,’hasil.jpg’)

Maka muncul satu file bernama “hasil.jpg” yang merupakan hasil pemrosesan citra file “sample.jpg” yang lalu.

Silahkan buat GUI supaya lebih mudah digunakan.

Cukup dengan kode berikut di tombol “Ambil File”, gambar yang siap cetak diberinama “konversi.jpg”:

  • x=uigetfile(‘*.jpg’);
  • a=imread(x);
  • b=imcomplement(a);
  • axes(handles.axes1);
  • imshow(a)
  • axes(handles.axes2);
  • imshow(b)
  • imwrite(b,’konversi.jpg’);

Menghitung Resiko (Risk)

mk.keamanan.jaringan.dan.sistem.informasi

Manajemen resiko dibutuhkan ketika suatu keputusan akan diambil dalam suatu organisasi. Dalam keamanan sistem informasi pun diperlukan analisa terhadap resiko yang mungkin terjadi ketika suatu sistem baru akan diterapkan. Resiko merupakan akumulasi perkalian antara seberapa besar konsekuensi terhadap seberapa seringnya terjadi.

Pada rumus di atas ada variabel m yang merupakan faktor-faktor resiko. Faktor-faktor ini harus dirumuskan oleh orang yang ingin menghitung skor resiko. Faktor resiko diperoleh lewat:

  • Sejarah
  • Analisa
  • Pengetahuan

Contoh Perhitungan

Misalnya ada kebijakan untuk merubah sistem akademik dari manual menjadi online. Bagaimana menghitung skor resikonya? Pertama-tama tentu merinci faktor-faktor resikonya. Tiap orang tentu saja berbeda-beda tergantung pengalamannya. Makin berpengalaman seseorang maka makin akurat perhitungan skor resikonya. Misalnya faktor resikonya antara lain:

  • Jadwal perkualiahan kacau di awal, sehingga mahasiswa banyak yang salah masuk kelas, bahkan bisa terjadi demonstrasi. Untuk faktor ini misalnya konsekuensi=4 dan frequency=4 dengan alasan sangat berdampak pada reputasi kampus. Sementara frekuensi besar mengingat kampus tersebut suka sekali demonstrasi.
  • Banyak dosen yang tidak bisa mengajar sesuai jadwal karena sistem bisa saja kesulitan mengaturnya. Konsekuensi=2 dan frekuensi=3. Dalam hal ini misalnya kampus dengan mudah mencari dosen pengganti dan tidak terlalu berdampak. Sementara frekuensi 3 karena kejadian tersebut jarang terjadi dan sudah biasa ditangani oleh pihak tata usaha.
  • Reputasi pembuat sistem dipertanyakan karena baru dua kali menangani sistem, itu pun tidak serumit yang akan diterapkan di kampus tersebut. Di sini konsekuensi=5 (maksimal) dan frekuensi juga 5 karena berdasarkan informasi kampus-kampus lain banyak yang harus disinkronkan antara sistem dengan pengembang, sehingga butuh pengembang yang berpengalaman.

Misalnya hanya tiga faktor saja yang dibahas, dengan skor dari 1 hingga maksimal 5. Maka total resikonya diperoleh dengan mengalikan konsekuensi dengan frekuensi di tiap-tiap faktor: 4×4 + 2×3 + 5×5 = 47 yang jika dirata-ratakan = 15,7. Perhatikan tabel di bawah ini, maka skor resiko masuk dalam kategori High Risk. Sekian, semoga bermanfaat.

Menjalankan MS Word di Ubuntu

Ada dua aplikasi terkenal yang mirip MS Word di Linux yaitu LibreOffice Writer dan satu lagi yang terkenal buatan Apache yaitu Open Office. Aplikasi yang digunakan untuk menjalankan MS Word di linux adalah PlayOnLinux. Aplikasi ini berupa mesin virtualisasi yang berupa wadah untuk proses instalasi MS Office di dalamnya. Silahkan lihat tatacara instalasinya di situs resmi ubuntu.

Tekan tombol Install pada PlayOnLinux dan pilih aplikasi yang berbasis Windows yang tersedia. Tentu saja siapkan juga software installernya. Sempat install MS Office 64 bit tetapi ternyata PlayOnLinux diperuntukan aplikasi berplatform 32bit. Akhirnya coba install Office 2010 32bit. Fasilitas-fasilitas unggul MS Word seperti Automatic Table of Contents, review, dan lain-lain dapat dijalankan di linux, sehingga mempermudah user yang sudah terbiasa dengan MS Word. Sayangnya ketika mencoba share to blog tidak berhasil teregister akun wordpressnya, entah mengapa. Ada baiknya menggunakan bawaan Linux seperti LibreOffice dan OpenOffice karena tentu saja lebih cepat, terutama jika sekedar mengetik. Selamat mencoba, siapa tahu berminat.