Maraknya Grup Kenangan Lama

Munculnya grup-grup yang beranggotakan orang-orang dengan kenangan masa lampau membuat saya jadi ingin menulis pengalaman ketika waktu kuliah dulu. Era 60, 70, dan 80-an menurut saya merupakan era yang unik karena pada era itu di negara saya sudah tidak ada perang, baik perang kemerdekaan maupun efek dari perang dingin yang diakhiri dengan peristiwa G-30 S. Kondisi negara yang mulai stabil dan membangun menghasilkan individu-individu yang punya kenangan manis, berbeda dengan era sebelumnya yang cenderung lebih banyak kenangan pahitnya.

Peminat group-group jadul saat ini kian marak dengan munculnya social media seperti facebook, twitter, dan sejenisnya. Dulu di televisi sempat bermunculan acara-acara lagu khusus lagu lama yang cukup banyak diminati oleh pemirsa. Bahkan salah satu group facebook tentang era 80 dan 90 an memiliki banyak member yang bernama Hits From The 80s & 90s.

Pakaian Jadul

Cerita menarik sempat saya alami ketika saya mau ujian sidang sarjana di jurusan mesin UGM. Sempet panik ketika mendadak syarat sidang harus memakai jas dan dasi, tetapi reda ketika sahabat saya memberitahukan bahwa ia bersedia meminjamkan jas yang menurut dia cukup bagus dan ukurannya pas dengan saya, karena memang ukuran baju saya dengan dia sama. Jika dia pas, tentu saja saya pas. Salahnya saya adalah saya tidak melihat terlebih dahulu jasnya tersebut.

Alhasil di hari “H” saya mengambil jas yang ia pinjamkan di kos-kos annya di daerah blimbing sari, pinggiran UGM. Waktu itu saya belum tahu model-model jas, setahu saya semua jas itu sama. Ternyata jas teman saya itu adalah warisan dari bapaknya, tahun 70-an. Ya ampun, apa boleh buat, toh bagus juga menurut saya. Saya datang ke kampus, karena stress dengan persiapan sidang, saya tidak terlalu memperhatikan pakaian, teman-teman saya pun tidak mengusik jas yang saya kenakan. Jas tersebut “terlalu pas” menurut saya, karena jika di bilang sempit, tidak juga tetapi jika dibilang kebesaran tidak juga karena di bagian tertentu serasa sempit (paha atas dan perut) tetapi di bagian lain kebesaran seperti di bagian bawah celana panjang.

Tak apalah, toh rapi menurut saya. Bagi rekan-rekan saya tidak jadi masalah tetapi bagi dosen-dosen penguji saya yang hidup di era 60 dan 70-an tentu saja tidak asing. Walaupun mereka tidak mempertanyakan, tetapi tampak senyuman di wajah-wajah mereka. Untungnya, dengan jas seperti itu sepertinya mereka sedikit sungkan untuk “membantai”, mungkin hanya dosen pembimbing saya saja yang “membantai”, walau menurut saya itu hanya taktik dia untuk mencari perhatian dosen penguji yang lain. Dan, Alhamdulillah .. sidang berjalan dengan lancar. “Selamat untuk sahabat baik saya .. Anda telah sukses “ngerjain” saya”, pikir saya dalam hati.

Selang beberapa bulan kemudian, giliran rekan saya yang sidang. Ternyata saya baru tahu kalau dia juga tidak mengenal jenis-jenis jas yang ada, dan tidak bermaksud “ngerjain” saya. Saat mampir ke kos-kosannya ketika saya mau melegalisir ijasah, dia bercerita lucu. Ternyata kebetulan sekali, yang menjadi dosen pembimbing dia adalah dosen yang menjadi panitia sidang saya dulu. Sebelum sidang dimulai, dia berkata “Tunggu dulu .. kayaknya saya pernah lihat Jas seperti ini dah waktu sidang”. Dia bercerita bahwa wajahnya sempat pucat karena malu. Akhirnya sidang dimulai dengan membahas masalah jas jadul. “Pak .. teman saya yang minjem jas, ini punya saya, warisan dari bapak”, protes temanku ketika diduga jas tersebut meminjam dari saya .. ha ha.

with herwan

Iklan