Tiap orang kebanyakan menilai lebih diri sendiri. Aksi demonstrasi buruh yang meminta kenaikan gaji merupakan salah satu menilai diri melebihi upah yang diberikan. Wajar tapi ada baiknya melihat pendapat-pendapat dari tokoh ternama ataupun riset-riset tentang manajemen sumber daya manusia.
Jack Ma mengatakan dalam bekerja ada baiknya bukan mengejar uang, tapi uang yang mengejar kita. Dalam artian, uang yang dibayarkan berdasarkan nilai (value) dari diri kita. Intinya adalah dari pada fokus mencari uang ada baiknya kita meningkatkan nilai diri baik dari pengalaman, pelatihan, studi lanjut, setifikasi, dan lain-lainnya. Dengan demikian kualitas yang ada dalam diri akan mempengaruhi kinerja di tempat kerja kita. Kualitas bisa berupa keterampilan atau pengalaman lain yang tentu saja harus dibuktikan dengan sertifikat dan sejenisnya. Kualitas ini juga mengikuti ketersediaannya di sekitar tempat kerja, jika keterampilan tertentu langka maka bayarannya pun berbeda dengan keterampilan yang banyak orang menguasainya. Prinsip “yang pertama” juga ada baiknya diperhatikan. Jack Ma juga mengatakan jika tidak bisa/sulit jadi yang terbaik, cobalah menjadi yang pertama. Tentu saja yang pertama dalam hal-hal unik yang baik.
Pareto dan Prinsip 80/20
Selain dari pengalaman pakar seperti Jack Ma di atas, ada juga dari hasil riset yang dilakukan oleh Pareto dengan prinsip 80/20-nya. Prinsip ini mengatakan 20% mempengaruhi 80% dari hasil. Angka tersebut bisa saja 10/90 atau bahkan 1/99. Namun prinsipnya adalah ketidakseimbangan (unballance). Lihat saja sekitar kita, terkadang 20% orang-orang menguasai 80% dari kekayaan daerah tersebut.
Prinsip berbasis statistik tersebut ada baiknya diterapkan dalam organisasi kita. Fokuslah memperhatikan 20% dari karyawan yang menghasilkan 80% penghasilan organisasi/perusahaan. Mencari 20% karyawan tersebut adalah tugas berat dari divisi SDM yang terkadang kebanyakan organisasi di daerah kita hanya sekedar bertugas menerima/memecat karyawan saja. Ditambah lagi budaya KKN yang melanda kebanyakan organisasi. Silahkan abaikan 20% karyawan top tersebut jika ingin perusahaan tersebut terpuruk karena mereka kecewa dan kabur meninggalkan perusahaan tersebut.
Yuk, evaluasi diri apakah kita termasuk 20% yang menghasilkan 80% output organisasi atau sebaliknya 80% dari yang kurang menghasilkan apa-apa plus datang dan pergi sesuka hati. Khusus para mahasiswa coba terus mengasah skill dan meningkatkan nilai diri di era yang serba cepat dalam medan pertarungan inovasi dan kreativitas, yang bukan sekedar rutinitas belaka, dan jangan lupa nikmati kehidupan yang singkat ini dengan kegiatan-kegiatan sesuai dengan minat dan pasion.