Yuk Melangkah

Melangkah merupakan kegiatan sederhana jika hanya sekadar melangkah. Namun di sini jika ingin menghasilkan hasil yang sesuai harapan maka perlu melangkah dengan perhitungan. Repotnya terkadang kita menemui kondisi ketika bingung harus melangkah ke mana. Melangkah di sini bisa berupa teknik, strategi, atau hal-hal yang harus dilakukan ketika ingin mencapai sesuatu. Bagi yang muslim mungkin pernah mendengar bagaimana surat Al-Alaq diturunkan, surat yang merupakan perintah pertama manusia, yaitu membaca, yang dalam bahasa arab: Iqra. Terjadi ketika nabi Muhammad bingung harus berbuat apa dan merenung di gua Hira. Cukup sudah jawabannya ketika kita bingung harus berbuat apa, yaitu membaca.

Membaca

Membaca ternyata tidak sekedar memahami sebuah tulisan. Membaca bisa melalui pengamatan terhadap apa yang ada, termasuk memanfaatkan segala aspek multimedia dari gambar, tulisan, suara, hingga video. Saat ini saya tidak kecewa ketika Youtube merajai dunia internet dan mengalahkan blog, misalnya yang sedang saya tulis ini, karena hakikat membaca bukan hanya tulisan, melainkan bisa saja berupa video. Hanya saja karena sifat video yang berat dan tidak praktis maka untuk memahami dengan cepat tidak ada cara lain selain membaca tulisan. Ketika memulai riset, biasanya seseorang dituntut untuk studi literatur dengan membaca puluhan jurnal dan buku referensi.

Baik atau tidaknya kita membaca sebenarnya dapat dilihat dari hasil setelah membaca, berupa terapan. Ketika menyelesaikan suatu tugas, seperti membuat laporan, menjawab soal, dan lain-lain biasanya sebelum melangkah kita secara otomatis di kepala berisi bayangan langkah-langkah yang harus dikerjakan, baik langkah utama atau alternatif-alternatif lainnya. Sebenarnya itu merupakan hasil rangkuman dari informasi-informasi yang kita peroleh, dari melihat, mendengar atau membaca. Di pagi hari ketika akan beraktifitas, misalnya berangkat kerja, kita akan santai karena di kepala sudah ada langkah-langkah rutin yang akan dilaksanakan. Berbeda ketika akan ujian Toefl, SIM, dan bahkan ketika mau divaksin seperti saya beberapa hari yang lalu. Takut, cemas, dan khawatir biasanya muncul karena tidak ada gambaran langkah yang akan diambil di kepala. Jika sudah paham biasanya kita akan tenang, tenang beneran, bukan menenangkan diri.

Inisiatif

Salah satu juara dunia catur, Prof Max Euwe, membuat buku teori catur. Salah satunya adalah inisiatif yang merupakan langkah awal suatu pemain untuk menyerang. Agak sedikit rumit kalau di catur karena inisiatif lebih mirip dengan kondisi yang memiliki sedikit keunggulan yang dapat dimanfaatkan. Tapi intinya inisiatif perlu kita miliki entah ada keunggulan atau dalam kondisi berat, misalnya saat COVID seperti saat ini. Inisiatif membutuhkan usaha aktif dengan memanfaatkan kondisi apapun yang ada. Tanpa inisiatif kita hanya bisa menonton dan mengkonsumsi, atau sekedar menyelesaikan tugas yang diemban saja, tanpa ada inovasi atau trobosan-trobosan.

Seperti dalam catur, pihak yang berinisiatif mengkonsumsi waktu lebih banyak dibanding pihak yang merespon. Dalam kehidupan pun demikian, pihak yang berinisiatif membutuhkan usaha, tenaga, dan waktu yang lebih banyak dibanding pihak yang statis dan hanya menunggu. Sedikit saja orang-orang yang berinisiatif sudah cukup membuat kemajuan di suatu organisasi, apalagi semua pihak memiliki inisiatif dalam bekerja. Dalam olah raga, misalnya sepakbola, tim yang banyak berinisiatif biasanya lebih enak ditonton, banyak variasi, dan kreativitas selalu tampak di lapangan. Jika dosen dan mahasiswa memiliki inisiatif biasanya kelas akan tampak lebih hidup. Tentu saja berani untuk gagal sangat diperlukan dalam setiap inisiatif yang muncul.

Imajinasi

Sebelumnya telah dibahas, kita memiliki langkah-langkah di kepala ketika akan beraktivitas. Namun terkadang dijumpai kondisi sesuatu yang tidak pernah kita alami sebelumnya, bahkan tidak pernah kita jumpai di dunia. Nah, di sinilah peran dari imajinasi. Albert Einstein pun mengatakan imajinasi lebih utama dari pada ilmu pengetahuan. Dengan imajinasi hal-hal yang belum terpecahkan di dunia dapat diselesaikan. Imajinasi pun bekerja di alam bawah sadar, misalnya “Singer” penemu jarum mesin jahit, dia bermimpi ditusuk-tusuk oleh jarum dengan bentuk lubang benang yang diujung, ketika bangun langsung selesai masalah membuat jarum yang bisa dipasang di mesin jahit. J.K. Rowling ketika menulis karya Harry Potter pasti menggunakan imajinasi karena cerita yang dibuat memang tidak ada sebelumnya di dunia.

Ketika mau lanjut S3, menulis artikel ilmiah, mencari kampus, dan lain-lain, tidak ada salahnya menggunakan imajinasi yang ada. Saya sendiri sempat bermimpi sudah berada di kos tempat kuliah tujuan, lengkap dengan suasananya, hujan rintik-rintik, suara burung berkicau dan lain-lain. Mungkin tanpa membaca, berimajinasi dan berinisiatif postingan ini pun tidak ada. Mengutip kata-kata Prof Yohanes Surya, istilahnya adalah “mestakung” alias se-Mesta mendu-Kung terhadap apa yang kita imajinasikan. Sekian, semoga menghibur di akhir-akhir ramadan ini, Minal aidin walfaidzin.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.