Mencari Pertanyaan itu Sulit Juga

Saat ini era milenial sudah masuk ke segala bidang kehidupan mengikuti bertambahnya usia generasi Y yang lahir antara tahun 1981 hingga 1995. Generasi yang muncul akibat derasnya arus informasi menuntut generasi-generasi sebelumnya ikut gaya mereka yang mencintai segala informasi. Entah ada hubungannya atau tidak, saat generasi ini mulai beranjak dewasa istilah “KEPO” muncul, yang artinya sifat ingin tahu yang tinggi (KEPO=knowing Every Particular Object). Sifat yang membuat para guru kewalahan ini ada baiknya dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Minimal keingintahuannya diakomodir dengan alat-alat bantu pembelajaran.

Untuk bisa klop dengan generasi ini tidak ada cara lain mengikuti gayanya yang kepo itu. Tidak ada yang salah dari sifat keingintahuan yang tinggi. Hanya saja tinggal diarahkan ke hal-hal yang bermanfaat/berguna. Kemampuan mencari pertanyaan di genenerasi ini ada baiknya ditiru oleh generasi-generasi sebelumnya yang telah lama diajarkan sesuatu yang setelah tahu, digunakan seterusnya. Padahal saat ini sesuatu yang diketahui saat ini, tidak lama kemudian akan digantikan oleh sesuatu yang baru lagi dan harus diketahui agar tidak tertinggal.

Pentingnya Bertanya

Saya sempat beberapa menit menyusun sebuah komposisi pertanyaan ketika tiba di negeri orang. Maklum banyak masalah ketika terpaksa studi lanjut di luar negeri, padahal komunikas satu-satunya hanya bahasa Inggris. Aneh juga, selama ini saya belajar bahasa Inggris menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hampir tidak pernah diajarkan membuat pertanyaan, padahal di lapangan sering sekali pertanyaan harus dibuat. Einstein dikabarkan oleh ibunya ketika pulang sekolah selalu ditanya apa yang dia tanyakan ke gurunya ketika sekolah, bukan nilai atau materi pelajaran. Jika Anda telah mampu membuat pertanyaan yang tidak ada seorangpun yang menjawab, level Anda sudah masuk kategori calon doktor. Biasanya ujian kandidasi adalah mempresentasikan sebuah pertanyaan yang merupakan gap antara temuan terkini dengan yang saat ini dibutuhkan (teknik, metode, dan lain-lain).

Arah Pemikiran

Untuk menyelesaikan pekerjaan mental berupa penyelesaian masalah, diperlukan kombinasi kemampuan berfikir runtun dan acak. Namun tetap saja harus ada arahnya, dalam hal ini pertanyaan yang tepat. Semakin detil pertanyaan, semakin baik arah pemikiran seseorang. Hal ini yang perlu dibentuk ke generasi-generasi milenial yang jika tidak diarahkan hanya akan memiliki pemikiran yang banyak tetapi dangkal. Kita membutuhkan anak-anak muda yang memiliki pemikiran yang mendalam, bukan hanya luarnya saja. Memang lebih mudah mencari informasi dangkal karena tersedia secara instan di internet. Untuk hal-hal yang mendalam, kemungkinan perlu digali dari sumber-sumber lain yang baik dari sisi variasi, juga akurasinya (misalnya jurnal).

Pasangan Setia: Tanya dan Jawab

Sebagai contoh mudah adalah permainan catur. Pertama kali saya bingung, apa yang dilakukan orang bermain catur. Ternyata sederhana, menemukan pertanyaan kemudian merespon dalam bentuk jawaban. Yang repot adalah posisi yang sepertinya tidak ada solusi yang harus dijawab. Prof. Max Euwe, mantan juara dunia catur dari Belanda memberikan arahan yaitu memunculkan pertanyaan awal berupa apa saja “Ciri” bangunan saat ini, dilanjutkan dengan pertanyaan apakah bisa ber-“inisiatif”. Jadi dari awal hingga akhir isinya hanya pertanyaan dan menjawabnya, hingga ditemukan siapa yang paling mampu menjawab pertanyaan yang di level master (bukan catur jalanan) biasanya pertanyaannya sama. Sebagai ilustrasi, perhatikan partai di bawah ini, antara Grandmaster Milenial dengan Gen X yang seru. Sekian, semoga bisa menginspirasi.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.